Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cikariska Arifin
"Latar Belakang: Dosen, tenaga kependidikan, dan staf lainnya di perguruan tinggi seringkali menghadapi beban kerja yang besar dalam melaksanakan pekerjaannya. Beban kerja yang besar dapat mengarah ke pengabaian perilaku sehat seperti istirahat yang cukup, olahraga, makan teratur, dan pengelolaan stress. Kebiasaan kurang sehat tersebut dapat menyebabkan gangguan keseimbangan otonom sebagai regulator fungsi organ internal yang kemudian mengarah ke kondisi patologis seperti gangguan metabolik, salah satunya pada regulasi glukosa darah.  Studi ini mengeksplorasi hubungan antara status fungsional sistem saraf otonom berdasarkan Index of Regulation System Activity (IRSA) sebagai salah satu alat ukur status fungsional sistem saraf otonom yang praktis digunakan dan faktor-faktor lainnya terhadap glukosa darah puasa pada pegawai perguruan tinggi sehingga dapat menyajikan pendekatan baru dalam mendeteksi risiko gangguan metabolisme glukosa. Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional potong lintang pada karyawan Fakultas X, Universitas Y. Pengambilan data melibatkan pengukuran IRSA dan profil glukosa darah dari data sekunder pemeriksaan kesehatan tahun 2022. Analisis statistik menggunakan metode univariat, bivariat, dan multivariat untuk menilai hubungan antara variabel studi. Hasil: Hasil pemeriksaan IRSA didapatkan sebanyak 151 pegawai (67,4%) memiliki status fungsional kondisi prenosologis-premorbid, 48 pegawai (21,4%) pada status fungsional fisiologis normal, dan 25 pegawai (11,2%) pada status fungsional kegagalan adaptasi. Pada pemeriksaan glukosa darah puasa, didapatkan 36 pegawai (16,1%) memiliki glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL. Status fungsional kegagalan adaptasi (p=0,001; OR=26,43; 95% CI = 3,10-225,25) dan juga status fungsional prenosologis-premorbid (p=0,001 OR=9,78; 95% CI = 1,29-74,08) memiliki hubungan yang bermakna dengan glukosa darah puasa. Kesimpulan: Pekerja  dengan IRSA abnormal memiliki kecenderungan lebih besar memiliki glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL jika dibandingkan dengan pegawai dengan status fungsional IRSA fisiologis normal. Diperlukan tidak lanjut dari hasil pemeriksaan kesehatan secara berkesinambungan dan holistik baik untuk individu maupun kelompok yang disesuaikan dengan karakteristik dan resiko sasaran demi kesehatan serta produktivitas pekerja.

Background: Faculty members, educational staff, and other university personnel often face significant workloads in performing their duties. Work overload can lead to unhealthy behaviors and stress which can disturb the autonomic balance. These unhealthy habits can disturb the autonomic balance leading to pathological conditions such as metabolic disorders, including blood glucose metabolism. This study aims to find the relationship between the functional status of the autonomic nervous system based on the Index of Regulation System Activity (IRSA) to fasting blood glucose (FBG) levels in university employees. Method: This observational cross-sectional study used the secondary data of university employees medical checkups (MCU) in 2022 with total sample of 242 people. Variables included were IRSA from Heart Rate Variability (HRV) examination, FBG level, and other sociodemographic profiles. The MCU was conducted in the university hospital. Results: The examination results of IRSA indicated that 151 employees (67.4%) had a prenosologic-premorbid functional status and 25 employees (11.2%) had a failure of adaptation functional status. FBG examination revealed that 36 employees (16.1%) had FBG levels of ≥ 100 mg/dl. Failure of adaptation functional status had a significant relationship with FBG (p=0.003; OR=26.43; 95% CI = 3.10-225.25), as well as prenosological-premorbid functional status (p=0.03; OR=9.78; 95% CI = 1.29-74.08). Conclusion: Employees with abnormal IRSA were more likely to have FBG levels ≥ 100 mg/dL compared to those with normal physiological functional status. Ongoing and holistic monitoring of health examination outcomes is essential, catered to the specific characteristics and risk profiles of both individual and group targets, aiming to maintain and enhance worker health and productivity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan
"Latar Belakang: Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan suatu kondisi progresif dan salah satu kontributor mortalitas dan morbiditas di seluruh dunia. Gangguan sistem saraf otonom (SSO) adalah salah satu mekanisme kemunculan komorbiditas pada PGK seperti frailty. Frailty adalah sindrom penurunan kapasitas fungsional multisistem dalam menghadapi stressor, dan adanya kondisi ini menjadi faktor yang memperburuk prognosis pasien tersebut. Pengukuran Heart Rate Variability (HRV) menggambarkan fungsi SSO dan merupakan pemeriksaan potensial yang dapat menjadi penanda frailty pada PGK secara efektif dan objektif. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pemeriksaan HRV dengan frailty pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis kronik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik potong lintang dengan merekrut pasien PGK yang menjalani hemodialisis kronik di RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo pada bulan November - Desember 2024. Pengukuran HRV dilakukan 5 menit pre-HD dengan sadapan dada Polar-H10. Frailty dinilai lewat pengisian kuesioner Frailty Index 40 Item. Karakteristik pasien dan faktor perancu didapatkan dari hasil pemeriksaan serum, hasil kuesioner depresi, cemas, dan gangguan tidur, dan rekam medis. Hasil penelitian dianalisis secara statistik secara bivariat dan multivariat.
Hasil: Dari 114 subjek PGK yang diteliti, didapatkan bahwa 28.1% mengalami frail, dengan rerata SDNN 20,51ms ± 11,52, RMSSD 19,23 ms ± 11,96, dan LF/HF ratio 2,27 ± 1,69. Setelah pengkategorian dan analisis bivariat terhadap status frailty, didapatkan bahwa SDNN < 23 ms, RMSSD < 17 ms, riwayat hipertensi dan indeks massa tubuh merupakan variabel dengan tren signifikan. Setelah penyesuaian dengan analisis multivariat, didapatkan bahwa hanya SDNN < 23 ms yang memiliki hubungan signifikan dengan status frail. Simpulan: Pada pasien dengan kondisi PGK yang menjalani hemodialiasis kronik, pengukuran SDNN sebagai parameter HRV memiliki kaitan erat dan independen dengan keberadaan kondisi frail.

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a progressive condition and a contributor to mortality and morbidity worldwide. Mechanistically, CKD is underlined by various physiological disorders that interact with each other, one is the autonomic nervous system (CNS) disorders that can be the underlying mechanism for several CKD comorbidities such as frailty. Frailty is a syndrome of decreased multisystem functional capacity and reduced ability to cope with stressors. The presence of frailty in CKD patients, especially in advanced CKD patients undergoing hemodialysis (HD), is a factor that worsens the prognosis of these patients. Heart Rate Variability (HRV) measurement, which illustrates SSO function, is a potential examination that can effectively and objectively show the frailty in CKD patients. Objective: To identify the relationship between HRV assessment and frailty in CKD patients undergoing routine HD.
Methods: This study was a cross-sectional, observational study that recruited CKD patients undergoing HD at Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital from September to October 2024. HRV measurements were taken 5 minutes pre-HD with Polar-H10 chest leads. Frailty was assessed by completing the 40-item Frailty Index questionnaire. Patient characteristics and confounding factors were obtained from blood serum examination results, results of depression, anxiety, and sleep disorder questionnaires, and medical records. Bivariate and multivariate analysis were performed on the results.
Results: Of the 114 CKD subjects studied, 28.1% were found to be frail, with a mean SDNN of 20.51 ± 11.52, RMSSD of 19.23 ± 11.96, and LF/HF ratio of 2.27 ± 1.69. After categorization and bivariate analysis of frailty status, it was found that SDNN < 23 ms, RMSSD < 17 ms, history of hypertension, and body mass index were variables with significant trends statistically. After adjustment by multivariate analysis, it was found that only SDNN < 23 ms had a significant and independent association with frailty status.
Conclusion: In patients with CKD undergoing routine hemodialysis, HRV measurements, especially SDNN parameters assessing sympathetic innervation function, are strongly associated with frailty, regardless of the presence of other confounding factors.
"
Jakartaa: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library