Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meta Yunia Candra
"ABSTRAK
Latar belakang : Penerbang Sipil merupakan profesi pekerjaan yang memiliki resiko mengalamistres karena tantangan yang dihadapinya setiap hari, seperti lingkungan penerbangan, ketinggian,kebisingan, komunikasi, dan getaran. Penerbangan jarak dekat yang terjadi di Indonesia sebagainegara kepulauan tidak dapat dihindirai oleh penerbang sehingga dapat menjadi pemicu terjadikelelahan yang menyebabkan stres. Untuk mengukur kelelahan yang menyebabkan stres padapenerbang sipil dapat diketahui berdasarkan kuesioner dan biomarker stres dapat mengunakansampel saliva dengan mendeteksi kadar enzim alfa amilase saliva. Tujuan : Dengan mengetahuihubungan stres akibat faktor kelelahan pada penerbang sipil Indonesia terhadap kadar enzim alfaamilase saliva, maka diharapkan dapat meningkatkan keselamatan penerbangan sipil Indonesia.Metode : membandingkan kadar enzim alfa amilase saliva pada dua kelompok penerbang sipilIndonesia yang melakukan penerbangan sektor dan memiliki jam terbang total lebih dari 6624 jamdengan kelompok penerbang sipil Indonesia yang yidak melakukan penerbangan sektor danmemiliki jam terbang total kurang dari 6624 jam. Hasil : Terdapat hubungan peningkatan kadarenzim alfa amilase saliva pada kelompok penerbang sipil dengan Indonesia yang melakukanpenerbangan sektor dan memiliki jam terbang total lebih dari 6624 jam dengan kelompokpenerbang sipil Indonesia yang tidak melakukan penerbangan sektor dan memiliki jam terbangtotal kurang dari 6624 jam. Kesimpulan : Kadar enzim alfa amilsae saliva berbeda secarasignifikan pada dua kelompok penerbang, sehingga enzim alfa amilase saliva dapat dijadikanbiomarker untuk mengetahui adanya stres pada penerbang sipil Indonesia.

ABSTRACT
Background Aviators are one of the high risk jobs that have high levels of stress due to aviationenvironment, altitude, noise, communication and vibration. Indonesia as an archipelagic countryrequires its civilian aviators to go through high frequency intersection routes between islands. Thiscircumstance triggers fatigue that leads to a stress condition. Salivary amylase is an enzyme thatcan be used as a stress biomarker. Aim This study aims at analyzing the effect of stress on salivary amylase levels in Indonesian civil aviators. Methods comparing salivary alpha amylaseenzyme levels in two groups of Indonesian civil aviators who are on a sector flight and have a totalflight time of more than 6624 hours with Indonesian civil aviation groups that do not fly sectorsand have a total flight time of less than 6624 hours. Result Nineteen people 47.5 from 40subjects were clinically diagnosed fatigue. Ten out of nineteen subjects 52.6 had high SAAlevel and the rest had moderate one. Summary Based on this study, SAA level can be utilized asan effective tool for forensic investigation on aviation accidents and or incidents caused by humanfactors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Wahdah
"Latar belakang: Mabuk gerak dapat memberi efek terhadap kinerja dan keselamatan penerbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mabuk gerak pada calon penerbang militer di Lakespra Saryanto.
Metode: Data berasal dari pemeriksaan kesehatan calon penerbang militer pada September 2013, Januari dan Juni 2014 di Lakespra Saryanto. Desain penelitian potong lintang, pengambilan sampel secara purposif. Subyek yang diambil 135 orang, analisis menggunakan korelasi regresi linier dengan stata. Terdiri dari 11 orang calon penerbang militer periode September 2013, 108 orang periode Januari 2014 dan 16 orang pada bulan Mei 2014. Mabuk gerak diperoleh dengan provokasi kursi Barany. Gejala dan tanda mabuk gerak ditentukan dengan mengamati timbulnya: keringat dingin, pusing, pucat, mual, ruktus/sendawa, dan muntah.
Hasil: Faktor dominan yang mempertinggi mabuk gerak adalah VO2 max dan neurotik. Setiap kenaikan nilai VO2 max sebesar 1 ml/kgBB/menit akan menambah nilai indeks mabuk gerak sebesar 0,08 [koefisiensi regresi (β)= 0,083; p= 0,005] dan setiap penambahan nilai neurotik (skala klinik Hs) sebesar 1 akan menambah nilai indeks mabuk gerak sebesar 0,05 (β= 0,056; p= 0,019).
Kesimpulan: VO2 max dan neurotik cenderung mempertinggi mabuk gerak pada calon penerbang militer di Lakespra Saryanto.

Background: Motion sickness gives effect to the performance and safety of flight. This study aims to identify the factors affect motion sickness on candidates military aviator in Lakespra Saryanto.
Methods: Data derived from health examinations of candidates military aviator at September 2013, January and May 2014 in Lakespra Saryanto. Study designed was cross sectional with purposive sampling. All subjects were taken all the 135 were taken linier correlation regression was used with stata consisting of 11 candidates for military aviators for period September 2013, 108 people for period January 2014 and 16 people for period May 2014. Motion sickness obtained by Barany chair provocation. Symptoms and signs are determined by observing the motion sickness onset: cold sewat, dizzines, pallor, nausea, ruktus/ belching, and vomiting
Results: The dominant factor that heightens the motion sickness is VO2 max and neurotic. Each increase in VO2 max values of 1 ml/kg min will increase the value of the motion sickness index of 0.08 [regression coefficient (β) = 0.083; p = 0.005] and each value addition neurotic (clinical scales Hs) of 1 will add to the value of the motion sickness index of 0.05 (β = 0.056, p = 0.019).
Conclusion: VO2 max and neurotic tend to enhance the value of the motion sickness index on the candidates of military aviator in Lakespra Saryanto.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library