Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rahadian Prayudha
"Dalam meningkatkan pelayanan terhadap konsumen, salah satu inovasi yang dibuat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ialah membangun produk e-office berupa sistem penjualan tiket secara online atau Rail Ticketing System (RTS). Penelitian ini menjelaskan penerapan e-office, khususnya bentuk hubungan antara front office dan back office di PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif melalui metode pengumpulan data kualitatif.
Dari hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa tipe hubungan antara front office dan back office dalam penerapan e-office di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ialah tipe C yaitu Full Automation. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa masyarakat masih menggunakan media konvensional untuk mencari informasi seputar kereta api dan ketersediaan tiket. Dalam upaya meningkatkan pelayanan, PT. Kereta Api Indonesia disarankan untuk melakukan peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas pelayanan, mensosialisasikan secara kontinu sistem layanan online, dan mampu mengatasi dengan cepat segala bentuk gangguan dalam pelayanan penjualan tiket.

In effort to enhance service to customer, one of innovation made by PT. Kereta Api Indonesia (Persero) is to develop e-office in the form of selling ticket by online system the so-called Rail Ticketing System. This study aims to analyze e-office is applied particularly the form of the relationship between front office and back office at PT. Kereta Api Indonesia. This study is conducted through quantitave approach by qualitative data analyses.
The research found that the type of relationship between front office and back office in the application of e-office at PT. Kereta Api Indonesia is C type namely Full Automation. In addition, the study found that customer still use conventioal media to look for information on train and ticket availability. In order to enhance services, it is recommended to PT. Kereta Api Indonesia to develop quality of human resource, to increase service quality, to continually socialize online service, and capable to handle all form of troubles in selling the ticket."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Setiawati
"Dewasa ini berbisnis melalui web - lebih dikenal sebagai cyberbusiness- sudah amat lazim dilakukan, talc terkecuali oleh StandGuide Online. Namun demikian bisnis melalui web ini tidak terlalu kuat bila tidak didukung oleh sistem back office yang baik, terutama bila menghadapi rencana pengembangan perusahaan dan persaingan dari perusahaan sejenis iainnya. Dengan demikian, dirasakan perlunya membangun sistem baru untuk StandGuide Online yang akan digunakan sebagai sistem back office mereka.
Beberapa teori digunakan untuk mengembangkan sistem back office StandGuide ini, yaitu teori Arsitektur Sistem Informasi yang membagi-bagi fokus pengembangan sistem informasi dalam blok data, proses dan interface guna memudahkan melihat tahapan pengembangan sistem informasi, teori mengenai metodologi FAST (Framework for the Application of System Techniques) System Analysis Strategies yang dikembangkan oleh Jeffrey L. Whitten, Lonnie D. Bentley dan Kevin C. Dittman dalam bukunya "System Analysis and Design Methods" pads tahun 2000, Data Flow Diagram yang digunakan untuk melakukan pemodelan proses, Entity Relationship Diagram yang digunakan untuk pemodelan data, dan teori lainnya yang mendukung peraacangan sistem terutama database yaitu teori analisis dan perencanaan kapasitas.
StandGuide Online, sebagai subyek sekaligus pengguna sistem informasi baru ini, adalah sebuah standguide agency yang berada dibawah pengelolaan Jasta Eksibisindo. Selama ini StandGuide Online sudah melakukan bisnisnya melalui web dan memiliki sebuah database anggota standguide yang berkaitan dengan web tersebut Proses bisnis yang dilakukan oleh StandGuide Online adalah proses pembuatan proposal, pemilihan dan wawancara standguide, pembuatan kontrak, pembuatan invoice, pemeriksaan pembayaran kontrak dan pembayaran honor standguide. Prosedur atas proses tersebut digambarkan dalam bentuk flowchart untuk lebih memperj alas langkah-langkahnya.
Dalam melakukan analisa dan pengembangan sistem baru untuk StandGuide Online, beberapa Flowchart dibuat untuk menggambarkan prosedur baru mengenai rancangan proses bisnis yang merupakan penyempurnaan dari prosedur StandGuide Online saat ini. Pemodelan proses dibuat dalam bentuk Event Diagram untuk tiap-tiap proses, dan dibuat sebuah Context Data Flow Diagram untuk memperlihatkan seluruh interaksi antara sistem StandGuide Online dengan external agents yang berhubungan dengannya. Sebagai penggabungan seluruh event diagram secara rinci, dibuat Data Flow Diagram (DFA). Beberapa proses yang memilila sub proses, digambarkan pula t1alam bentuk Decomposition Diagram. Pemodelan data dilakukan dengan menggambarkan sebuah Entity-.Relationship Diagram (ERD) dan dirancang pula bentuk Label-Label database-nya dengan menggunakan MS Access. Sebagai pendukung, dibuat pula rancangan tampilan windows untuk input database dengan menggunakan. Visual Basic. Selain itu, dibuat pula analisa dan perencanaan kapasitas yang dibutuhkan untuk menampung database beserta seluruh program pendukungnya.
Sebagai kesimpulan, sebuah sistem informasi yang baru sampai pada tabap perancangan database ini tentu saja beium cukup untuk dapat Iangsung diimplementasikan dan dioperasikan. Dengan demikian disarankan agar perancangan dilanjutkan sedikit lagi hingga tuntas supaya dapat diimplementasikan sesegera mungkin. Kesimpulan lain adalah mengenai metodologi yang dipakai yaitu bahwa flowchart DFD, ERE) dapat memberikan informasi paling jelas mengenai seluruh sistem informasi dan menjembatani kommikasi antara perancang dan pembuat system dalam hal ini programmer komputer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T15578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Cahyadi
"PT. Garuda Indonesia adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi udara di mana dalam bisnis ini persaingan sangat ketat dan resiko sangat tinggi serta kebutuhan dana sangat besar. Hal ini mengakibatkan kebutuhan Teknologi Informasi (TI) yang semakin meningkat diantaranya sistem aplikasi untuk mendukung strategi bisnis, baik itu untuk operasional maupun pengambilan keputusan bagi manajemen. Untuk menghindari kerusakan atau kegagalan sistem tersebut, maka perlu adanya perlindungan dan keamanan bagi infrastruktur TI yang mendukung sistem aplikasi tersebut, agar operasional proses bisnis dapat terus berjalan dengan baik. Usaha untuk menjaga ketersediaan sistem TI pada suatu organisasi, diantaranya dengan membuat backup sistem.
PT. Garuda Indonesia yang menggunakan sistem aplikasi SAP (System Application Product in Data Processing) R/3 sebagai aplikasi back office dan ARGA (Automatic Reservation GAruda) sebagai aplikasi front office, pada saat ini baru menggunakan backup sistem berupa tape backup atau disk backup. Hal ini tidak akan mencukupi kebutuhan untuk menjamin ketersediaan sistem apabila terjadi bencana atau kerusakan infrastruktur TI. Backup sistem yang masih sederhana akan mengakibatkan recovery menjadi sulit dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga akan mempengaruhi operasional bisnis perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan merencanakan untuk membuat infrastruktur TI di tempat lain agar pemulihan terhadap kegagalan sistem yang dilakukan jika terjadi kerusakan di pusat komputer menjadi lebih mudah, sehingga waktu terjadinya kegagalan sistem tidak terlalu lama. Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu perencanaan dalam mengantisipasi terjadinya kegagalan sistem. Perencanaan ini diperlukan dan harus disusun dengan baik agar kegagalan sistem dapat diantisipasi dan diperkirakan sebelumnya dampak yang akan terjadi.
Ada beberapa alternatif pendekatan BCP yaitu Replikasi, Hot Sites, Warm Sites dan Cold Sites di mana yang membedakan dari alternatif pendekatan BCP tersebut adalah infrastruktur TI dan fasilitas pendukung, sehingga akan berdampak pada biaya yang akan diperlukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kuantifikasi terhadap nilai manfaat tangible maupun intangible dari sistem aplikasi untuk mengetahui kerugian bisnis dan potensi biaya yang akan timbul bila sistem tidak berfungsi serta biaya untuk mengimplementasikan masing-masing alternatif pendekatan BCP tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan skema replikasi dalam BCP memberikan biaya yang efisien dan cukup mengatasi resiko kerugian bisnis yang besar.

Garuda Indonesia is a state-owned company in airline business where competition and risk as well as budget required are high. This leads to the increasing need of Information Technology (IT) among other application system to support business strategies in both operation and management decision making. To avoid damage or failure of the system, it is necessary to provide protection and security for IT infrastructure supporting the application system to keep the business process operation running smoothly. The way to keep IT system availability in the organization is by making back up of the system. Garuda Indonesia uses SAP as a back office application and ARGA (Automatic Reservation Garuda) as a front office application.
Nowadays Garuda Indonesia has already used back up of the system in the form of tape back up or disk back up. It will be insufficient to guarantee system availability if there is a damage or failure in IT infrastructure. Simple back up of the system will cause complicated recovery and take long time, so it will influence company business operation. To anticipate them, company plans to make IT infrastructure in other locations so when the system fails, the recovery can be done easier and faster. Business Continuity Plan (BCP) is a planning in anticipating system failure. This planning is required and must be arranged well, so the system failure can be anticipated and predicted before all impacts happened. There are several BCP approach alternatives, i.e., Replication, Hot Sites, Warm Sites, and Cold Sites.
These alternatives are differentiated by IT infrastructure and supporting facilities, which consequently will affect the required cost. Therefore, quantification is required on tangible and intangible benefit values of the application system(s) to identify business loss and cost if the system fails and implementation cost of each BCP approach alternative. The result from this research indicates that the usage of replication scheme in BCP gives efficient price and sufficiently covers big business loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library