Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Bandawati
"Judul : Birokrasi in the “Backstage” dalam Lakon Reformasi Birokrasi
Birokrasi dengan struktur organisasi yang tersusun secara hierarkis
ternyata tidak dapat sepenuhnya mengekang gerak para aparatur yang ada di
dalamnya, seperti yang terlihat dalam praktik-praktik sosial mereka saat
melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi. Para aparatur secara sistem dan
struktur dituntut untuk dapat melaksanakan kebijakan tersebut sesuai dengan
aturan yang ditetapkan namun sebagai seorang aktor/agent mereka memiliki
keleluasaan untuk “bermain” dalam bentangan struktur yang ada. Terlebih lagi
kebijakan reformasi birokrasi dinilai tidak sesuai dengan budaya kerja yang telah
dipraktikan selama bertahun-tahun. Bentangan struktur justru menuntun agent
untuk melakukan praktik-praktik sosial dimana hal ini berarti struktur bukanlah
sesuatu yang sepenuhnya mengekang (constraint) tetapi disaat yang sama juga
membebaskan (enabling) sebagai proses timbal balik atau dualitas. Namun
kebebasan mereka dalam mengarungi struktur ternyata tidak dapat sepenuhnya
dilakukan dengan tanpa batas karena ada aturan main yang berlaku dalam ranah
(field) tempat mereka “bermain”. Sejauh dan sedalam apa para aparatur dapat
“bermain” mengarungi belantara struktur juga dipengaruhi oleh modal (capital)
yang dimilikinya. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk
menggambarkan bagaimana birokrasi yang sebenarnya terjadi di “backstage”.
Bisa dikatakan “backstage” adalah tempat yang tepat untuk melihat potret
birokrasi yang sebenarnya karena di sini merupakan tempat persinggungan dari
struktur organisasi, budaya kerja, dan kebijakan reformasi birokrasi saling
bertemu dan mempengaruhi praktik-praktik sosial aparatur. Pada akhirnya
birokrasi yang selalu diidentikan sebagai sebuah bentuk organisasi modern pada
kenyataannya ternyata tidak dapat meninggalkan cara-cara tradisional dalam
praktik-praktik sosialnya sehari-hari.
......Apparently, a well graded organizational structure in a bureaucracy could not
completely restraint the bureaucratic apparatus from making their moves as shown
in the social practices where they execute the bureaucratic reformation policy.
According to the system and structure, the apparatus are estimated to be able to do
the policy in tune with the regulation. However, as an agent, they have the
discretion to “play” within the structure. Moreover, the bureaucratic reformation
policy is assessed as something that isn’t in line with the work culture which has
been there for years. Structural expanse precisely guides the agent to be able to do
the social practices. It can be said that structure isn’t something that fully
constraint, but at the same time it can also enable the agent to maneuver, it’s a
dualism. There is no such thing as a complete freedom in a structure without
considering the rules existed in the field where the agent usually “play”. In
addition, capital owned by agents will affect their existence in the field during the
“play”. With the background stated, this research is trying to portray how
bureaucracy actually happens in the “backstage”. It can be assumed that
“backstage” is a suitable place to see the real picture of bureaucracy. In the
“backstage” you will see how organizational structure, work culture, and
bureaucratic reformation policy collide and influence the apparatus social
practices. At the end, it turns out that bureaucracy, which usually associated with
a modern organization, still uses some traditional ways in its daily social
practices."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andianto Mahdi Prasasya
"Jazz merupakan salah satu lapisan sejarah yang tertimbun dari kawasan THR Lokasari atau yang dulu disebut sebagai Prinsen Park. Musik jazz itu sendiri sangat terkait dengan budaya dari masyarakatnya, sebab latar belakang historis yang memberikan dinamika pada bagaimana musik jazz dinikmati. Perancangan Prinsen Jazz House bertujuan untuk mengupas ‘whatness’ dari musik jazz dan jazz culture, sehingga menghasilkan arsitektur anti-type yang melekat pada budaya masyarakat dalam menikmati jazz. Perletakkan pada muka THR Lokasari bertujuan sebagai site-planning strategis agar citra THR Lokasari yang kental akan stigma red-district pudar dengan lapisan historis yang dikembalikan pada masa kini.
......
The ‘Jazz’ is one of submerged historical layers of THR Lokasari, or what was known as Prinsen Park. Jazz music itself is closely related to the culture of its people, because the historical background imbue dynamics to how jazz is enjoyed. The design of the Prinsen Jazz House aims to explore the 'whatness' of jazz music and jazz culture, so as to produce an anti-type architecture that is attached to the culture of the people who enjoy jazz. Putting it on the front of THR Lokasari aims as a strategic site-planning so that the image of THR Lokasari which is familiar with red-district stigma fades with historical layers that are brought back to the present."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library