Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Setyo Hadi Saputro
"Fenomena peok sering ditemukan pada generator uap nuklir. Hal ini disebabkan karena tegangan lokal yang tinggi dan sebagai akibatnya tekanan menggerakkan dinding tabung inconel ke dalam. Kenyataannya, terjadi tegangan lebih besar dari pada titik luluh dari paduan sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan Tegangan kerja yang tinggi dibarengi dengan lingkungan korosif. terutama hadirnya fan Cr, maka akan mempercepat terjadinya kegagalan. Korosi retak tegang merupakan bentuk korosi yang sangat berbahaya dari pada bentuk korosi lainnya karena terjadi dengan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dilihat hanya dengan visual saja. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian terhadap ketahanan dan mekanisme korosi retak tegang pada material baja AISI 1008 dalam kondisi operasional yang disimulasikan dalam skala laboratorium. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutomo
"Butt Flash Welding banyak digunakan untuk penyambungan plat-plat baja dipabrik baja. Tujuannya adalah untuk mendapatkan plat baja dengan panjang yang kontinu dan dapat di gulung, sehingga memudahkan untuk penanganan dan pengiriman. Pelat-pelat baja terlebih dahulu disambung dengan las ini, supaya proses pembersihan kotoran dan korosi di Continuous Pickling line ( CPL ) dapat berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah pelat dibersihkan di CPL, selanjutnya direduksi di Tandem dengan digiling dingin (cold rolling). Putusnya sambungan las di CPL maupun di Tandem akan sangat merugikan.Oleh karena itu kualiatas sambungan las sangat menentukan untuk proses produksi di Cold Rolling Mill (CRM).
Pada proses pengelasan ini, terdapat beberapa parameter-parameter yang akan mempengaruhi kualitas sambungan las. Parameter-parameter yang mempengaruhi, diantaranya adalah kecepatan gerakan maju plat yang dilas, percepatan yang diberikan untuk mempercepat waktu proses pengelasan, tegangan listrik yang terjadi antara dua plat yang akan disambung dan sensitivitas yang tergantung pada komposisi logam yang disambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi parameter kecepatan dan percepatan yang optimal, sehingga dapat diperoleh sambungan las yang terbaik. Untuk mengetahui kualitas sambungan las, maka dilakukan pengujian mekanis seperti Bulged Test,Tensile Test,Mikro Hardness test,Bending Test dan test struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menaikkan kecepatan dan percepatan dari Standard Operating Procedure Pengelasan yang dilakukan selama ini,sambungan pengelasan menunjukan hasil yang lebih baik. Pada kecepatan V4 ■16/24mm/det dan percepatan ۸3 ■ 6/24 mm/det2 didapat basil Bulged Test ■ 2BB9 Psi, Tensile Test ■ 374, 39 N/mm2, lebar HAZ ■ 1, 71 mm, kekerasan VHN■ 142, 6, sedangkan menurut SOP pada kecepatan V2 ■14/24mm/det, percepatan ۸2.5/24 mm/det2 didapat hasil Bulged Test ■ 209OPsi, Tensile Test ■361, 81 N/mm2, lebar HAZ■1, 75mm, kekerasan VHN■150, 8. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ricky Mossadik Kiprianov
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli
"CO2 merupakan salah satu gas yang secara natural hadir dalam fluida pada praduksi minyak dan gas. Gas C02 yang larut di air diketahui dapat menyebabkan korosi dari pipa baja yang digunakan di lapangan produksi minyak dan gas, Kebanyakan korosi internal pada pipa baja penyalur minyak disebabkan oleh C02 Korosi C02 dalam pipa penyalur minyak dipengaruh oleh beberapa faktor seperti tekanan parsial C02, temperatur dan pH Dalam pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan parsial CO2 terhadap laju korosi pada logam baja dalam suatu media larutan yang dihasilkan dengan menggunakan polarisasi dengan perhitungan kecepatan korosi dari rumus de ward dan milhams. Pengujian ini dilakukan pada baja karbon API 3L X-42 dari pipa penyalur minyak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Pria Hutama
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pcngaruh penambahan inhibitor Pendawa 99- H yang berbasis hydrazine pada lingkungan NaCl terhadap laju korosi baja karbon dengan menggunakan metode weight loss. Data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan optimasi penggunaan inhibitor berbasis hydrazine pada lingkungan air laut. Material yang digunakan sebagai sampel uji adalah baja karbon rendah ST-41 dalam bentuk plat, sementara larutan yang digunakan sebagai lingkungan korosif adalah NaCl dengan konsentrasi 0,5%, 2% dan 3,5%. Penambahan inhibitorPendawa 99-H dilakukan dengan variasi kadar inhibitor sebesar50 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm. Peng­ekspose-an sampel dilakukan selama tujuh hari, lulu perubahan berat yang terjadi ialah menjadi nilai laju korosi masing-masing sampel. Nilai ini digunakon untuk penentuan efisiensi inhibitor. Hasil laju korosi yang didapat untuk lingkungan NaCl lanpa penambahan inhibitor menunjukkan laju korosi rata-rata sebesar 2,419 mpy pada NaCl 0,5 %; 4,840 mpy pada NaCl 2 %; dan 5,912 mpy pada NaC l 3,5 %. Sementara untuk penambahan inhibitor 50 ppm nilai laju korosi rata-rata 4,299 mpy pada konsentrasi NaCl 0,5%; 4,545 mpy pada konsentrasi NaCl 2%; dan 5,766 mpy pada konsentrasi NaCl 3,5%. Lalu untuk penambahan 100 ppm inhibitor dihasilkan 3,231 mpy pada konsentrasi NaCl 0,5%; 4,429 mpy pada konsentrasi NaCl 2%; dan 4,429 mpy pada konsentrasi NaCl 3,5%. Dan untuk penambahan 1000 ppm inhibitor dihasilkan data laju korosi sebesar 0,916 mpy untuk konsentrasi NaCl 0,5%; 4,107 mpy untuk konsentrasi 25 dan 4,429 mpy untuk konsentrasi NaCl 3,5%. Efisiensi penggunaan inhibitor berbasis hydrazine terhadap penurunan laju korosi pada lingkungan NaCl menunjukkan nilai 62,14% untuk penambahan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan NaCl 0,5. Sementara untuk penambahan 50 ppm dan 100 ppm inhibitor pada lingkungan NaCl 0,5% menunjukkan peningkatan laju korosi, dan untuk variable lingkungan NaCl 2% dan 3,5% tidak menunjukkan efisiensi yang tinggi. Penggunaan inhibitor berbasis hydrazine pada lingkungan korosif BaCl pada suhu ruang menunjukkan efisiensi inhibitor yang relative rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Halim Assiri
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Astuti
"Proses korosi adalah peristiwa kerusakan material karena terjadi realest antara material rersebut dengan lingkungannya. Kerugian karena korosi ini antara lain loss of production. Sehingga unruk menghindari terjadinya korosi tadi perlu adanya pencegahan terjadinya reaksi tadi. Pencegahan korosi terhadap pipa yang dipakai sebagai transporlasi hasil minyak bumi antara lain adalah dengan pelapisan cat (epoxy) pada permukaan dalam pipa. Untuk hal lersebut, pertu diteliti efektifitas penggunaan lapisan epoxy untuk merehabilitasi jaringan pipa . Dari penelitian ini diharapkan juga mengetahui pengaruh persiapan permukaan terhadap epoxy pada bagian dalam pipa dalam hal ini diwakili oleh baja karbon rendah (SA 36) serta sifat adhesifitas dan ketahanan korosinya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan permukaan dan ketebalan lapisan cat punya peranan penting dalam keberhasilan sistim cat sebagai pelindung korosi dan sifat adhesifitas yang baik. Dalam penelitian ini persiapan permukaan dilakukan dengan sand blasting SA 3.0 dan pickling dengan Hcl 30% dan 20% serta ketebalan lapisan cat sampai dengan 250 pm memberikan hasil yang baik,dimana ketahanan korosi dan adhesi lapisan cat masih memenuhi syarat sebagai lapisan pelindung yang baik. Dan untuk aplikasi jaringan pipa dengan teknik In-Situ ini, persiapan permukaan dan ketebalan lapisan cat harus lebih diperhatikan agar diperoleh umur lapisan cat yang panjang."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Eberson
"Korosi pada iogam merupakon suotu permasalahan sering redadi dalam dunia industri. Sudah bonyak dana yang dikeluarkan oleh pihak industri untuk menanggulangi mosalah ini. Permasalahan korosi pada logam dapai diselesaikon dengan cara memilih logam yang tepat/sesuai dengan ling/amgan atau memberikan periakucm kepada logam atau Iingkungon yang akan ditempatkan oleh Iogam. Penelitian ini membohas remrang Iaju korosi Iogam baja karbon yang diceiupkan pada Iarutan asam sulfur yang diberikan inhibitor berbasis sodium suyir. Inhibitor Berbasis Sodium Sum! adalah senyawa sodium suifit yang iergolong ke dalam oxygen scavenger yang berghmgsi untuk rnenarik kandungan oksigen dari larutan dan mengurangi lfju korosi. Pengujian ini dilakukan dalam skaia iaboratorium. Pengujian yang dilalmkan adalah pengujian sialic yang mengacu kepada standard ASTM G1-03 dan ASTM G31 -72. Material yang digunakan adalah bqia karban rendah. Penghirungan Iaju lnorosi dilakukan dengan merode kehilangan beraf. Dari hasil penelitian didaparkan bahwa Iaju korosi baja [carbon rendah semakin bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi asam sumrt. Pada penambahan berturur-turut 30, 50, 70, dan 100 ppm inhibitor pada lingicungan HZSO4 (98%) sebanyak 0,15 ml seiama riga hari, menunjukkan bahwa Iaju korosi semakin berlcurang dengan bertambahnya jurnlah inhibiror. Sedangkan unluk dengan semalcin bertambahnya wakzu penceiupan maka Iaju korosi pada bcya karbon rendah semokin berkurang. Nilai ejisiensi inhibitor terbesar tedadi dengan penambahan 100 ppm pada H;S04 (98%) sebanyak 0,15 ml .selama tiga hari dengan nilai efisiensi 15, 6%. Kesimpulan Iain yang didapat yaitu bahwa inhitor ini lrurong makfimal jika digunakan dalam lingkungarz asam, kareno kelarutan oksigen dalarn Iinglmngan asam szdfat sedildt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Pembersihan permukaan logam dengan menggunakan pelarut organik bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran organik yang terdapat pada permukaan logam seperti oli, minyak, dan lemak. Proses ini biasanya menggunakan larutan hidrokarbon terklorinasi karena daya bersihnya yang baik dan tidak bereaksi dengan logam yang dibersihkan. Namun demikian larutan ini tidak ramah terhadap lingkungan, karena merupakan substansi perusak lapisan ozon (ozon Depleting Substance). Salah satu pelarut alternatif dengan daya bersih yang baik dan lebih bersahabat dengan lingkungan adalah organik non-ODS tipe Hidrokarbon-2.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pelarut organik non-ODS tipe Hidrokarbon-2 terhadap permukaan tembaga (tembaga C10300) dan baja karbon rendah (Baja karbon rendah SPCEN JIS G 3141). Pengujian yang dilakukan berupa pengukuran berat (ASTM D 1280), pengukuran roughness (ASME B46. 1) dan pengamatan struktur mikro sampel logam sebelum dan setelah pencelupan selama 1, 2, dan 3 jam. Pencelupan dilakukan pada temperatur kamar dan tidak ada pengadukan.
Hal pengujian-pengujian tersebut menunjukkan bahwa pencelupan tembaga C10300 dan baja karbon rendah SPCEN JIS G 3141 dalam pelarut non-ODS tipe Hidrokarbon-2 selama 1, 2, dan 3 jam tidak menimbulkan dampak negatif terhadap permukaan kedua logam tersebut. Dari pengukuran berat didapati tidak ada perubahan berat yang berarti dan dari pengamatan struktur mikro juga tidak terjadi perubahan penampakan. Walaupun hasil pengukuran roughness menunjukan adanya perubahan nilai Ra dan Rq, namun besarnya perubahan tersebut sangat kecil (0-0.2 μm) sehingga dapat diabaikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>