Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahyo Suryo Bhuwono Winarso
Abstrak :
Banyaknya para pemain bisnis kedai kopi dalam skala mikro membentuk satu kelemahan dari strategi “red ocean” yaitu “persaingan pasar dagang sangat sengit dan rumit”. Kelemahan dari strategi “red ocean” mengakibatkan beberapa pemilik usaha bisnis kedai kopi tersebut mengambil keputusan yaitu menjual kopi dengan harga yang terjangkau. Keputusan tersebut berpengaruh terhadap barista seperti: penurunan gaji pokok barista, tunjangan dan bonus yang minim, serta tidak ada upah insentif. Penurunan tersebut dinilai mampu menyebabkan kerentanan terhadap profesi barista. Studi ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap kondisi kerentanan yang terjadi terhadap profesi barista berdasarkan pengalaman kerja serta melakukan eksplorasi terhadap konteks yang melatarbelakangi terjadinya kerentanan tersebut. Penelitian dilakukan dengan mempelajari pengalaman hidup yang didapatkan dengan melakukan wawancara secara mendalam dan bersifat semi-terstruktur terhadap 12 barista dalam rentang waktu 1-2 bulan. Penelitian juga dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pemilik kedai kopi sebagai uji keabsahan data. Penelitian tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan: (1) kerentanan yang disebabkan dari pekerjaan, (2) kerentanan yang disebabkan oleh lingkungan sosial, dan (3) kerentanan yang disebabkan oleh perspektif barista dalam melihat karier kedepan. ......The large number of coffee shop business players on a micro scale forms one weakness of the "red ocean" strategy, namely "trade market competition is very fierce and complicated". The weakness of the "red ocean" strategy resulted in some coffee shop business owners making decisions by selling coffee at affordable prices. The decision affected baristas such as: lowering barista's salary, allowances and bonuses with minimum standard, and no incentive pay. The decrease is considered to be able to cause precarious to the barista profession. This study aims to explore the conditions of precarious that occur to the barista profession based on work experience and explore the context in which this precarious occurs. The research was conducted by studying the lived experiences obtained by conducting in-depth, semi-structured interviews with 12 baristas over a period of 1-2 months. The research was also conducted by interviewing coffee shop business owners as a test of data validity. The research was analyzed by using thematic analysis. This research resulted in several findings: (1) precarious caused by work, (2) precarious caused by the social environment, and (3) precarious caused by barista’s perspectives on future careers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsabita Ramadhanti Nendra Putri
Abstrak :
Berbagai bentuk pekerjaan baru hadir dan mengisi setiap ruang dalam era Post-Fordisme, terutama pekerjaan-pekerjaan immaterial yang tidak lagi menghasilkan produk berupa barang, tetapi jasa, pengetahuan, maupun perasaan. Sementara itu, meskipun pekerjaan- pekerjaan ini merupakan produk kerja modern, tetapi eksploitasi pekerja masih terus terjadi dan membuat para pekerja berada dalam situasi prekaritas yang menyedihkan. Namun alih-alih meratapi nasib, mereka berusaha membentuk subyektivitas yang bisa menunjang kehidupan mereka sehari-hari sekaligus mengukuhkan eksistensi diri mereka secara sosial. Mengambil kasus para pekerja barista di kedai-kedai kecil kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, tulisan ini berusaha mengeksplorasi bagaimana para barista berusaha membangun dan mengakomodasi subyektivitasnya dalam pekerjaan mereka untuk bertahan pada kondisi rentan yang dihadapinya saat ini. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipatoris dan wawancara terlibat serta menganalisisnya secara deskriptif, saya berusaha memperlihatkan bagaimana para pekerja barista ini berusaha membangun subyektivitas mereka dalam praktik kerja yang mereka jalankan—yang diupayakan sebagai strategi penciptaan keuntungan. ......Various new forms of work emerge and fill every space in the Post-Fordism era, especially immaterial jobs which no longer produce products in the form of goods, but services, knowledge, and feelings. Meanwhile, even though these jobs are products of modern labour, exploitation of workers continues to occur and leaves workers in a precarious situation. But instead of bemoaning their fate, they try to form a subjectivity that can support their daily lives and at the same time strengthen their sosial existence. Taking the case of barista in small shops in the Pondok Aren area, South Tangerang, this paper attempts to explore how baristas try to build and accommodate their subjectivity in their work to survive the vulnerable conditions they are currently facing. By using data collection techniques in the form of participation observation and in-depth interviews, and analyzing them descriptively, I try to show how these barista workers try to build their subjectivity in the work practices they carry out—which is pursued as a profit- making strategy.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library