Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Hernawati Purwaningsih
"Telah dilakukan penelitian mengenai efek antikandida in vitro dengan menggunakan ekstrak segar bawang putih baik jenis jantan umbi tunggal maupun jenis betina (umbi bergerombol). Bawang putih diperoleh secara acak dari beberapa pasar dan pasar swalayan. Pembuktian dilakukan dengan menggunakan metoda tabung pengenceran dan metode difusi "disc agar" untuk menetapkan kadar hambat minimal (Minimal Inhibitory Concentration = MIC) dan kadar bunuh minimal (Minimal Lethal Concentration = MLC ). Dengan metoda tabung pengenceran, MIC dan MLC bawang jantan pada inkubasi 370 C selama 24 jam berturut-turut adalah 0,98 mg/mL dan 3,91 mg/mL, sedangkan bawang putih betina : 0,245 mg/mL dan 31,25 mg/mL. Dengan metoda difusi "disc agar" hanya ditentukan MIC dengan adanya zona hambatan di sekitar kertas cakram (diameter 8 mm). Zona hambatan kedua jenis bawang mulai tampak jelas pada kadar 31,25 mg/mL sebesar 13,7 mm (bawang jantan) dan 12,6 mm (bawang betina). Secara statistik hasil tersebut tidak dapat dibandingkan dengan flukonazol sebagai kontrol.

Anticandidal effect study of freshly garlic extract both male type and female type of garlic has been carried out in vitro. The garlic was taken randomly from market and supermarket. By using the tube dilution method and the diffusion disc-agar method to asses Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal Lethal Concentration ( MLC ). With tube dilution method, MIC and MLC of the male type of garlic extract is 0.98 mg/mL and 3.91 mg/mL respectively, while the female type of garlic extract is 0.245 mg/mL and 31.25 mg/mL respectively ( on 24 hour incubation at 370 C ). By using diffusion disc-agar method, the extract of garlic both male and female type of garlic as well has just shown inhibition zone around the paper disc ( 8 mm in diameter ) at 31.25 mg/mL concentration. The inhibition zone diameters are 13.7 mm for male type and 12.6 mm for female type of garlic. Statistically it is not possible to compare this result with fluconazole as a control drug.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Zulaicha Permata Sari
"Tesis ini membahas kewenangan dalam hal impor produk hortikultura terutama bawang putih antara Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan. Namun, kewenangan ini menjadi tumpang tindih karena penghapusan Pasal 6 dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 38 tahun 2017 yang menyebabkan impor produk hortikultura dapat dilakukan tanpa pertimbangan panen periode dan penghapusan Pasal 12 ayat (1) dalam Peraturan Menteri Keuangan Menteri Perdagangan No. 30 tahun 2017 yang menyebabkan dihapusnya Importir Umum. Tesis ini adalah penelitian hukum normatif yang berfokus pada hukum positif yang mengatur otoritas Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan dalam masalah mengimpor bawang putih dan wawancara untuk mengkonfirmasi data. Masalah utama tesis ini adalah wewenang Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan dalam mengatur impor bawang putih, dampak dari penghapusan Jenderal Importir dan pemenuhan kebutuhan bawang putih karena Importir Umum dihapus. Hasil dari penelitian ini adalah penghapusan Pasal 6 Peraturan Menteri Pertanian No. 38 tahun 2017 dan penghapusan Pasal 12 ayat (1) dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30 Tahun 2017 menyebabkan tumpang tindih wewenang antara Departemen Pertanian dan Kementerian Perdagangan. Apalagi dampak penghapusan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan No. 30 tahun 2017, Pengimpor Umum tidak dapat menjalankan usaha impor bawang putih. Pemenuhan kebutuhan impor bawang putih produk masih dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki Importir Produsen dan BUMN. BUMN yang ingin mengimpor bawang putih harus berkewajiban mengembangkan penanaman bawang putih dan ada kebutuhan untuk memantau kewajiban mengembangkan bawang putih sehingga swasembada bawang putih dapat diwujudkan.

This thesis discusses authority in terms of imports of horticultural products especially garlic between the Department of Agriculture and the Department of Commerce. However, this authority is overlapping due to the abolition of Article 6 of Minister of Agriculture Regulation No. 38 of 2017 which causes the import of horticultural products can be carried out without consideration of the harvest period and the elimination of Article 12 paragraph (1) in the Minister of Finance Regulation No. Minister of Trade No. 30 of 2017 which caused the elimination of General Importers. This thesis is a normative legal research that focuses on positive laws governing the authority of the Department of Agriculture and the Department of Commerce on the issue of importing garlic and interviews to confirm data. The main problem of this thesis is the authority of the Ministry of Agriculture and the Ministry of Trade in regulating the import of garlic, the impact of the elimination of the General Importer and the fulfillment of the needs of garlic because the General Importer is removed. The result of this research is the abolition of Article 6 of Minister of Agriculture Regulation No. 38 of 2017 and the abolition of Article 12 paragraph (1) in Regulation of the Minister of Trade No. 30 of 2017 causes overlapping authority between the Ministry of Agriculture and the Ministry of Trade. Moreover, the impact of eliminating Article 12 paragraph (1) Minister of Trade Regulation No. 30 of 2017, General Importers cannot operate a garlic import business. Meeting the needs of imported garlic products can still be done by companies that have Producer Importers and SOEs. BUMN that wants to import garlic must be obliged to develop garlic planting and there is a need to monitor the obligation to develop garlic so that garlic self-sufficiency can be realized.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Lindadevi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian aktifitas anti bakteri secara in vitro dari ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn.) terhadap sebagai jenis kuman standard internasional dan kuman liar yang diasingkan dari penderita dengan dia cara yaitu dengan penentuan konsentrasi hambatan minimum (iiC) ekstrak bawang putih dan penentuan lebar zona hambatan cakram berisi ekstrak bawang putih 2436,0 ug. Penentuan aktiritas antibakteri ekstrak bawang putih yang didasarkan atas besarnya MIC/mi memberikan hasil sebagei beri kut : 1, Dan! 93 strain yang diperiksa, 24 strain dihambat pada konsentrcsi 5145 9 0 ug/mi, 31 strain dihambat pada konsentrasi 2572,50 ug/mi, 20 strain dihambat pada konsentrasi 1286,25 ug/mi dan 18 strain dihambat pade konsentrasi643,12 ug/mi menggunakan metode pengencaran peda agar. 2. Dan! 93 strain yang diperiksa, 20 strain dihambat peda konsentrasi 2572,50 ug/mI, 27 strain diham&at pade konsentrasi 1286 0 25 ug/mi, 31 strain dihambat pada konsentrasi 643,12 ug/ini dan 15 strain dihambat peda konsentrai 321,56 ug/mi, menggunakan metode pengenceran dengan kaldu. Pemeniksaan aktifitas antibakteri ekstrak hawang putih didasarken atas lebar zone henbatan dari cakrerisi ekstrak bawang putih 2436,0)ug/ml memberikan hasil sebagal berikut 1. Dari 3 strain stenri yang diperiksa, lebar zone hambaten rata-rta dari Steohylococcus aureus adalah 31,01 mm total den lebar zone hambatan raterate dari Escherichje coil den Pseudononas aeruinose berturut-turut adalah 1,39 mm total den 12 0 14 mm total. 2. sari 93 strain kuman yang diperiksa, lebar zora hambatan terkecil adalah 6 mm den terbesar 32 mm."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Dwi Pratiwi
"Early Childhood Caries (ECC) adalah kondisi terdapat satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia antara usia lahir hingga 72 bulan. Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang paling dominan pada terjadinya karies dan banyak terdapat dalam plak gigi.2 Streptococcus mutans adalah bakteri anaerob fakultatif gram positif yang ada pada rongga mulut manusia. Secara struktur serotype - specific polysaccharides, Streptococcus mutans diklasifikasikan Streptococcus mutans diklasifikasikan ke dalam empat serotipe c, e, f, dan k. Prevalensi masing-masing serotipe  berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta didominasi oleh serotipe f (85.5%), c (74.2%), dan e (22.6%). Ekstrak bawang putih atau yang dikenal dengan Allium sativum diketahui telah memiliki kemampuan menghambat aktivitas pada berbagai jenis bakteri patogen. Efek dari Allicin yang terkandung dalam bawang mampu menurunkan aktivitas bakteri dengan menghambat proses pembentukan biofilm. Aktivitas antibakteri dari empat konsentrasi Allium Sativum (10%, 25%, 50%, dan 100%) diteliti terhadap pembentukan biofilm Streptococcus mutans serotype c dan f menggunakan metode MTT Assay. Kontrol positif dengan chlorhexidine gluconate 0,2% dan kontrol negatif. Data dianalisis dengan uji Kruskall wallis dan uji post-hoc Mann Whitney. Keempat konsentrasi mampu menurunkan viabilitas Streptococcus mutans serotipe c dan fStreptococcus mutans serotipe c memiliki konsentrasi yang signifikan pada 50% & 100%, sedangkan Streptococcus mutans serotipe f signifikan pada konsentrasi 100%.

Early Childhood Caries (ECC) is a condition of one or more tooth decay, either lesions with cavity or no cavity, caries-induced tooth loss, or patching of the surface of deciduous teeth between the ages of birth and 72 months. Streptococcus mutans is the most dominant microorganism on caries occurrence and is present in dental plaque. Streptococcus mutans is a gram-positive facultative anaerobic bacteria present in the human oral cavity. Structurally serotype - specific polysaccharides, Streptococcus mutans classified Streptococcus mutans are classified into four serotypes c, e, f, and k. The prevalence of each serotype based on research conducted in Jakarta is dominated by serotype f (85.5%), c (74.2%), and e (22.6%). Garlic extract or known as Allium sativum is known to have the ability to inhibit activity in various types of pathogenic bacteria. The effects of allicin contained in the garlic can decrease bacterial activity by inhibiting the biofilm formation process. The antibacterial activity of four Allium Sativum concentrations (10%, 25%, 50%, and 100%) was investigated on the formation of Streptococcus mutans serotype c and f using the MTT Assay method. Positive control with chlorhexidine gluconate 0.2% and negative control. Data were analyzed by Kruskall wallis test and post-hoc Mann Whitney test. The four concentrations were able to decrease the viability of Streptococcus mutans serotype c and f. Streptococcus mutans serotype c has a significant concentration at 50% & 100%, while Streptococcus mutans serotype f is significant at 100% concentration."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maynanda Aulia
"Tesis ini bertujuan memahami bagaimana Pemerintah dapat dijadikan Terlapor dalam perkara di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), memahami bagaimana peran kedudukan Pemerintahan dalam kasus tersebut dan memahami apakah sanksi administrasi dapat diterapkan kepada Pemerintah. Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah metode yuridis normatif yang mencakup penelitian terhadap Putusan No. 05/KPPU-I/2013.
Menteri Perdagangan selaku pembuat regulasi dan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri selaku pelaksana regulasi yang seharusnya menciptakan situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 24 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Menteri Perdagangan dan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri secara nyata telah memberikan fasilitas berupa Surat Persetujuan Import (SPI) tanpa melakukan perpanjangan Rekomendasi Izin Produksi Hortikultura (RIPH) terlebih dahulu. Atas perbuatan tersebut, Majelis Komisi Perkara No. 05/KPPU-I/2013 memberikan rekomendasi.
Untuk membuktikan adanya persengkongkolan dalam Pasal 24 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 haruslah dijabarkan unsur-unsurnya terlebih dahulu. Berdasarkan penjabaran unsur-unsur tersebut, maka dapat terlihat bahwa Menteri Perdagangan dan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri dapat ditarik sebagai pihak lain dalam kasus a quo. Majelis Komisi Perkara No. 05/KPPUI/ 2013 memberikan rekomendasi kepada setiap Instansi Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia untuk memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat dalam perumusan kebijakannya.kepada Pemerintah Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah metode yuridis normatif yang mencakup penelitian terhadap Putusan No 05 KPPU I 2013 Menteri Perdagangan selaku pembuat regulasi dan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri selaku pelaksana regulasi yang seharusnya menciptakan situasi persaingan yang sehat dan wajar sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 24 Undang Undang No 5 Tahun 1999 Menteri Perdagangan dan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri secara nyata telah memberikan fasilitas berupa Surat Persetujuan Import SPI tanpa melakukan perpanjangan Rekomendasi Izin Produksi Hortikultura RIPH terlebih dahulu Atas perbuatan tersebut Majelis Komisi Perkara No 05 KPPU I 2013 memberikan rekomendasi Untuk membuktikan adanya persengkongkolan dalam Pasal 24 Undang Undang No 5 Tahun 1999 haruslah dijabarkan unsur unsurnya terlebih dahulu Berdasarkan penjabaran unsur unsur tersebut maka dapat terlihat bahwa Menteri Perdagangan dan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri dapat ditarik sebagai pihak lain dalam kasus a quo Majelis Komisi Perkara No 05 KPPU I 2013 memberikan rekomendasi kepada setiap Instansi Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia untuk memperhatikan prinsip prinsip persaingan usaha yang sehat dalam perumusan kebijakannya.

This thesis aims to understand how the government can be reported to the Business Competition Supervisory Commission (KPPU), to understand the roles and positions of the government in this case and to understand if administrative sanctions can be applied to the government. The method used in this thesis is a normative juridical method that includes a research on Decision No. 05/ KPPU - I/2013.
The Minister of Trade, as a drafter of regulations and the Directorate General of Foreign Trade as the implementer of regulations, should establish a proper and fair competition in order to avoid concentration of economic power in certain business actors that legally and convincingly violates Article 24 of the Law Number 5 Year 1999. The Minister of Trade and the Directorate General of Foreign Trade obviously has provided facilities such as Import Approval Letter (SPI) without making a recommendation permit extension of Horticulture (RIPH) beforehand. In consequence of the abovementioned actions, the Commission Assembly Case No. 05/KPPU - I/2013 has given a recommendation.
To prove the existance of conspiracy in Article 24 of Law Number 5 Year 1999, it?s elements needs to be clarified in advance. Based on the elaboration of these elements, it can be seen that the Ministry of Trade and the Directorate General of Foreign Trade may be withdrawn as the other party in the case a quo. The Assembly Commission in Case No. 05/KPPU-I/2013 provides a recommendation to each Governmental institution, in this particular case, the Ministry of Agriculture of the Republic of Indonesia and the Ministry of Commerce of the Republic of Indonesia, giving them the obligation to observe the principles of fair competition in the formulation of policies."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Octavia
"Latar Belakang: Ekstrak bawang putih memiliki efek antibakteri terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta bakteri anaerob seperti Lactobacillus dan E. faecalis. Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram-positif fakultatif anaerob yang mampu menginvasi tubuli dentin dan resisten terhadap bahan irigasi dan medikamen intrakanal. Bahan irigasi saluran akar yang digunakan saat ini adalah bahan kimiawi yang dapat membahayakan jaringan periapikal dan benih gigi permanen jika terdorong ke apeks. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas Enterococcus faecalis dari isolat klinis saluran akar gigi sulung non vital. Metode Penelitian: Uji MTT digunakan untuk menilai viabilitas E. faecalis setelah pemaparan ekstrak bawang putih dengan berbagai konsentrasi (10%, 25%, 50% dan 100%) dan CHX 2% sebagai kontrol positif. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Post-Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok. Ekstrak bawang putih konsentrasi 10%, 25%, 50% dan 100% mampu menurunkan viabilitas E. faecalis. Nilai viabilitas antara kelompok ekstrak bawang putih konsentrasi 25%, 50% dan 100% berbeda tidak bermakna (p>0,05) namun berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak 10% dan kelompok CHX 2% (p<0,05) dengan nilai viabilitas E. faecalis lebih rendah. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih efektif dalam menurunkan viabilitas E. faecalis.

Background: Garlic extract exhibits antibacterial effect against wide variety of gram-positive and Gram-negative bacteria as well as anaerobic bacteria such as Lactobacillus and E. faecalis. Enterococcus faecalis is a Gram-positive facultative anaerobe capable of invading the dentin tubules and is resistant to several irrigating solutions and intracanal medicament. Commonly used irrigating solutions are from chemical substances that can compromise the periapical tissue and permanent tooth germs if extruded from apex. The aim of this study was to analyse the effectivity of garlic extract against viability of E. faecalis from clinical isolate of non-vital primary root canals. Method: MTT assay was used to determine the viability of E. faecalis after exposure of different concentrations of garlic extract (10%, 25%, 50%, 100%) and CHX 2% as positive control. Result: Analysis was done using Kruskal-Wallis; the post-hoc test was done for multiple comparisons at a 0,05 significance level. All concentrations of garlic extracts were able to reduce viability of E. faecalis. Viability score between 25%, 50% and 100% extracts were not significantly different from one another (p>0,05), however they were significantly different from 10% extract and CHX 2% (p<0,05) with lower viability score. Conclusion: The results showed that garlic extract were effective to reduce viability of E. faecalis.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
"ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan bawang putih rancangan acak lengkap, terhadap 20 ekor tikus putih jantan, galur Wistar. Digunakan bawang merah (Allium ascalonicum) sebagai pembanding. Kelompok kontrol (I). diberi 1 mL aquades/100 g BB/hari selama 31 hari; Kelompok II diberi air dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16 hari. Kelompok II dan IV, masing-masing diberi sari bawang merah dan sari bawang putih, 1 g/100 g BB/hari selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sesudahnya diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16. Kadar ureum dan kreatinin plasma sebagai parameter fungsi ginjal.
Kadar ureun plasma antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sebaliknya, kadar kreatinin plasma keompok II meningkat bermakna (P<0,05), kelompok III dan IV menurun bermakna (p<0,05). Dengan demikian, bawang merah dan bawang putih berpotensi mengurangi nefrotoksisi Pb.
Pada nefrotoksisin Pb, Pb ginjal meningkat dan terjadi stres oksidatif. Bawang putih digunakan secara luas sebagai bahan alam dan berkhasiat obat, sehingga dipelajari potensi dan mekanisme proteksinya terhadap nefrotksisitas Pb. Desain penelitian, jumlah, dan jenis tikus sama.
Kelompok kontrol (I), diberi 0,1 mg CMC/100 g BB/hari, selama 31 hari. Kelompok II, diberi CMC dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB / hari selama 16 hari. kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang putih dalam fraksi semi polar dna polar, 1 g/100 g BB/hari, selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sebelumnya diberi Pb asesat 20 mg/100 g BB/hari selama 16.
Mekanisme proteksi bawang putih diteliti dengan mengukur kandungan Pb, senyawa bergugus SH, MDA dan OH jaringan ginjal.

Pada kelompok II, kandungan Pb meningkat bermakna (p<0,05) mengakibatkan penurunan kadar senyawa bergugus SH bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA meningkat bermakna (p<0,05). Sebaliknya kelompok III dan IV, kadar Pb menurun bermakna (p< 0,05) dan kadar senyawa bergugus SH meningkat bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA menurun bermakna (p<0,05). Pengurangan nefrotoksisitas Pb terlihat dari penurunan bermakna kadar kreatinin plasa (p<0,05). Hasil uji in vitro, daya khelat senyawa bergugus SH sari bawang putih sebanding dengan kadar senyawa bergugus SH.
Dengan demikian, terbukti potensi antioksidan fraksi sei polar dan polar sari bawang putih mengurangi nefrotoksisitas PB."
Lengkap +
2006
D639
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
"ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
"
2006
D771
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hyon Ye Jin
"ABSTRAK
Penelitian ini menenmui motif-motif cerita dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih dari Indoensia dan dongeng Kongjui Patjui dari Korea serta membahas kesamaan dan perbedaan motif cerita dari dua negara yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif cerita dongeng Bawang Merah Bawang Putih dan dongeng Kongjui Patjui memiliki motif percintaan, motif makhluk gaib, motif kekejaman ibu tiri, motif iri dan dengki, dan motif pengingkaran. Motif-motif tersebut terlihat pada tokoh, alur, dan tema dalam dongeng.
ABSTRACT
This thesis find out motives in fairytale of Bawang Merah Bawang Putih from Indonesia and Kongjui Patjui from Korea, and discussed about similarities and differences between two different countries. This research used qualitative method. The result showed that the fairytale of Bawang Merah Bawang Putih dan dongeng Kongjui Patjui contain love motive, mystical creatures motive, stepmother motive, jealousy motive, and negation motive in the stories. Those motives are shown in the character, plot, and theme of story."
Lengkap +
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asih K. Karjadi
"Tanaman bawang putih (Allium sativum L) termasuk dalam genus Allium yang diperbanyak secara vegetatif melalui umbi. Virus merupakan salah satu penyakit penting yang perlu dipecahkan pada pembiakan vegetatif ini. Teknik inkonvensional kultur jaringan yang dikombinasikan dengan kemoterapi dapat membantu menghilangkan penyakit virus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari beberapa konsentrasi antiviral ribavirin di media MS terhadap pertumbuhan dan perkembangan shoot tip Bawang putih cv Lumbu Hijau, cv. Lumbu Kuning, cv. Tawangmangu. Percobaan dilakukan di laboratorium kultur jaringan, Balai Penelitian Tanaman Sayur (Balitsa), pada bulan Mei hingga Juli 2015. Sasaran penelitian adalah untuk menghasilkan tanaman bebas virus dengan menggunakan teknik kultur jaringan yang dikombinasikan dengan kemoterapi. Varibel yang diamati adalah pertumbuhan dan perkembangan planlet bawang putih. Hasil dari penelitian (1) Kontaminasi kultur
umumnya disebabkan oleh bakteri dan jamur dengan persentase 10 % sampai dengan 30%. (2) Penambahan
antiviral ribavirin, semakin tinggi konsentrasi persentase tumbuh dan berkembang semakin rendah untuk ketiga kultivar (3) Pengamatan secara visual penambahan antiviral ribavirin dan kultivar tidak berpengaruh pada jumlah tunas, rata-rata dari satu eksplan tumbuh satu tunas untuk ketiga kultivar (4). Penambahan antiviral ribavirin dan
kultivar tidak mempengaruhi pertumbuuhan daun, akar ketiga kultivar (5).Hasil pengujian virus dengan teknik DAS ELISA persentase kultur yang terinfeksi 54.55% sampai dengan 100 %."
Lengkap +
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>