Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Shagita Imania Putri
"Makalah ini bertujuan untuk menganalisis electronic word of mouth (E-WOM) #racunskincare yang digunakan oleh male beauty influencers pada konten video online review produk kecantikan di TikTok. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menganalisis dimensi E-WOM pada video testimoni produk kecantikan male beauty influencers. Analisis dimensi E-WOM dilakukan terhadap lima konten video testimoni beserta isi komentarnya. Lima konten video testimoni tersebut didapatkan dari tiga akun male beauty influencers TikTok Indonesia, yaitu Andreas Lukita, Taufiqurrahman, dan Leo Giovanni. Hasil analisis menunjukkan bahwa dibanding dua akun lainnya, akun Andreas Lukita adalah akun yang paling banyak memenuhi dimensi E-WOM yaitu dimensi venting negative feelings, extraversion/ positive self-enhancement, dan advice seeking. Selain itu, komentar pengguna TikTok yang masuk ke dalam dimensi E-WOM bersifat positif lebih banyak dibandingkan dengan yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa TikTok telah menjadi platform yang cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan ekspresi identitas diri, interaksi sosial, informasi, dan edukasi para male beauty influencers.
This paper aims to analyze the electronic word of mouth (E-WOM) #racunskincare used by male beauty influencers in online video content reviewing beauty products on TikTok. The method used in this paper is a qualitative research with a descriptive approach to analyze the dimensions of E-WOM in the video testimonials of beauty products by male beauty influencers. E-WOM dimensional analysis was carried out on five video testimonial content along with the contents of the comments. The five video testimonial contents were obtained from three male beauty influencer accounts of TikTok Indonesia, namely Andreas Lukita, Taufiqurrahman, and Leo Giovanni. The results of the analysis show that if compared with the other two, Andreas Lukita's account is the one with more applied dimensions of E-WOM, namely the dimensions of venting negative feelings, extraversion/positive self-enhancement, and seeking advice. In addition, the comments of TikTok users in all three accounts that fall into the E-WOM dimension are more positive than negative ones. This shows that TikTok has become an ideal platform for male beauty influencers to fulfill the needs of self-expression of identity, social interaction, information, and education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fara Dzanufiya Indawan
"Skripsi ini menyelidiki hubungan antara peniruan influencer kecantikan, materialisme, rasa takut ketinggalan (FOMO), perbandingan sosial, niat beli, dan variabel baru yang diperkenalkan yaitu pembelian aktual pada konsumen Generasi Z di Indonesia. Sampel terdiri dari perempuan yang telah membeli produk kecantikan yang direkomendasikan oleh influencer kecantikan di Instagram dari Indonesia, berdomisili di Indonesia, dan berusia antara 16 hingga 26 tahun yang dianggap sebagai Generasi Z. Kuesioner disebar secara daring. Jumlah responden yang terkumpul dalam penelitian ini adalah 284. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan perangkat lunak PLS-SEM. Hasil penelitian mengungkapkan temuan yang signifikan dalam konteks produk kecantikan. Peniruan influencer secara positif terkait dengan materialisme, menunjukkan bahwa pengikut yang meniru influencer cenderung memiliki kecenderungan materialistik. Selain itu, FOMO berhubungan positif dengan niat beli, menunjukkan bahwa individu yang mengalami FOMO terkait produk kecantikan yang direkomendasikan lebih cenderung memiliki niat beli yang lebih tinggi. Perbandingan sosial juga berhubungan positif dengan FOMO, menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam perbandingan sosial dengan influencer lebih cenderung mengalami FOMO. Penting untuk dicatat, penelitian ini memperkenalkan variabel pembelian aktual, yang menunjukkan hubungan positif dengan niat beli. Temuan ini memberikan wawasan berharga tentang faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian konsumen Generasi Z dan memiliki implikasi bagi pemasar yang menargetkan demografi ini dalam industri kecantikan di Indonesia.
This thesis investigates the relationship between imitation of beauty influencers, materialism, fear of missing out (FOMO), social comparison, buying intention, and actual purchase among Generation Z consumers in Indonesia. The respondents are woman who purchased any beauty products recommended by local beauty influencers in Instagram, and are aged between 16 to 26 years old. The questionnaire is distributed online. The total number of respondents collected in this study was 284. The collected data was analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) method using PLS-SEM software. The results reveal significant findings in the context of beauty products. The imitation of influencers is positively associated with materialism, indicating that followers who imitate influencers are more likely to exhibit materialistic tendencies. Additionally, FOMO is positively related to buying intention, suggesting that individuals experiencing FOMO regarding endorsed beauty products are more inclined to express a higher intention to purchase. Social comparison is also positively associated with FOMO, indicating that individuals who engage in social comparison with influencers are more likely to experience FOMO. Importantly, the study introduces the variable of actual purchase, demonstrating a positive association with buying intention. These findings provide valuable insights into the factors influencing Gen-Z consumers' purchase behavior and have implications for marketers targeting this demographic in the beauty industry in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Valentine Ruth Pebrina
"Media sosial menjadi salah satu bentuk media baru yang paling diminati dewasa ini bagi sejumlah orang ataupun kelompok tertentu dalam merepresentasikan diri mereka. Untuk kondisi ini sangat terlihat jelas sekali dari kehidupan para beauty influencer di media sosial yang menunjukkan intensitas penggunaan media sosial dalam upaya memperoleh engagement atau self curated melalui bentuk konten yang mereka unggah. Tidak bisa dipungkiri dalam menggunakan media sosial tersebut, para beauty influencer memiliki berbagai keyakinan tentang media maupun teknologi baru yang nampak membuat mereka menyadari pilihan medium yang dapat digunakan dalam bermedia sosial. Hal ini yang kemudian menjadi menarik perhatian karena dalam praktiknya para beauty influencer ketika memilih media mereka tidak hanya terpaku pada satu macam media sosial saja, melainkan memiliki media lain yang mereka gunakan sehingga kerap dapat dilihat dalam kaca mata praktik media switching. Berdasarkan fokus media yang menjadi perhatian saya dalam hal ini adalah terkait dengan penggunaan media sosial Instagram dan juga Tik Tok. Terlebih praktik yang diperlihatkan dalam kasus ini berhubungan selama pandemi Covid-19 yang menunjukkan tingginya penggunaan media sosial di masyarakat. Maka berangkat dari itu dalam temuan lapangan saya di penelitian ini dengan melihat berbagai bentuk ideologi media yang terlihat dari pengalaman, pemahaman, dan proses yang diilhami oleh para beauty influencer ketika bermedia sosial seyogianya dapat memperlihatkan bagaimana mereka senantiasa menggunakan media sosial pilihannya untuk mengekspresikan dan menampilkan diri.
Social media has become one of the most sought after media as of late for a number of people or certain groups in representing themselves. For this condition, it seems clear from the lives of beauty influencers on social media who shows the intensity of using social media in an effort to get engagement or self-curated through the forms of content they upload. It can’t be put aside that in using social media the beauty influencers themselves also have various beliefs on the new media and technology which makes them aware of the choices in which medium can be used for social media. This is what is then interesting because in their practice of choosing media they are not limited to one single social media, there are other social medias that they use and from that it is often seen through the practice of social media switching. Based on the media focused on in this, my focus is related to the use of the social media Instagram and Tik Tok. Moreover, the practices shown in this case are related during the Covid-19 pandemic which shows the high use of social media in society. Therefore, from that, within the findings of this research, by looking at the various forms of media ideology seen from the experiences, understandings, and processes of the beauty influencers when using social media it can be seen how they continuously use the social media of their choice to express and present themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library