Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Wirawan Guslianto
"Resistansi antibiotik merupakan masalah besar di dunia kesehatan karena mikroba memiliki kemampuan menjadi kebal terhadap antibiotik. Racun lebah madu mengandung berbagai komponen penyusun yang terdiri dari peptida, enzim, dan molekul lainnya. Melittin sebagai komponen penyusun utama racun diketahui memiliki kemampuan membuat lubang pori-pori pada membran lipid. PLA2 yang terkandung dalam racun banyak hewan juga diketahui memiliki kemampuan menghidrolisis dinding fosfolipid. Kemampuan bioaktif ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan infeksi bakteri, sehingga pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri dari bioaktif racun lebah madu Apis cerana. Proses pemanenan racun dilakukan menggunakan metode kejutan listrik sehingga lebah mensekresikan racunnya dan dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan fast protein liquid chromatography. Ekstrak protein yang diperoleh dianalisis menggunakan metode SDS-PAGE; uji Lowry; dan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disk diffusion. Strain bakteri yang digunakan yaitu Salmonella typhii, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli yang mewakili masing-masing bakteri gram positif dan gram negatif. Pada penelitian ini didapatkan nilai rata-rata inhibisi sebesar 7.76 mm pada bioaktif PLA2 dengan konsentrasi 45 µg/ml terhadap bakteri E.coli. Hasil ini menunjukkan bahwa PLA2 pada racun lebah madu Apis cerana di Indonesia memiliki aktivitas antibakteri yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif pengobatan infeksi bakteri yang sudah mulai resisten terhadap antibiotik konvensional saat ini.

Antibiotic resistance is a global public health issue because of microbes ability to resist antibiotic. Honey bee venom contain various constituent components consisting of peptides, enzymes, and other molecules. Melittin as the main constituent component of bee venom is known to have the ability to form pores on lipid membrane. PLA2 which also a constituent component of various animal venom is known to have the ability to hydrolyze phospholipid membrane. The ability of these bioactives are expected to be an alternative for curing microbes infection, so antibacterial activity test is conducted in this study. Venom harvesting process is carried out using an electric shock method and protein purification using Fast Protein Liquid Chromatography method. The extract obtained are analyzed by SDS-PAGE; Lowry assay; and antibacterial activity test using disk diffusion method. Gram positive bacteria Salmonella typhii, Staphylococcus aureus, and gram negative bacteria Escherichia coli are used in this antibacterial test. In this study, the average inhibition value of 45 µg/ml PLA2 is 7.76 mm to E.coli. This result shows that Indonesian Apis cerana has antibacterial effect and has a potential to be developed as an alternative treatment for microbes infection that started to become resistant to present antibiotics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suriah
"Pengobatan tradisional sudah sejak dahulu dimanfaatkan oleh masyarakat dan merupakan warisan budaya nenek moyang, yang sampai saat ini masih diakui keberadaannya dan hubungannya dekat dengan masyarakat, meskipun jangkauan pelayananan kesehatan modern telah cukup baik.
Dalam upaya mengatasi masalah kesehatan atau memelihara keadaan sehat, di Indonesia terdapat dua sistim pelayanan kesehatan yang hidup saling berdampingan, yaitu sistim pengobatan modern dan pengobatan tradisional yang hidup dalam aneka ragam kebudayaan masyarakat.
Hasil Survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1999, memperlihatkan bahwa pola tindakan yang diambil oleh masyarakat perkotaan pada waktu sakit adalah 91,51% berobat ke fasilitas kesehatan modern, 11,46% dengan memanfaatkan pengobatan tradisional, 1,79% dan lain-lain. Sedangkan pola tindakan yang diambil oleh masyarakat pedesaan pada waktu sakit adalah : 88,30% berobat ke fasilitas modern 17,44% dengan memanfaatkan pengobatan tradisional, 3,23% dan lain-lain. Data hasil survai tersebut membuktikan bahwa pengobatan tradisional sampai saat ini masih terus dimanfaatkan oleh masyarakat meskipun pelayanan kesehatan modern sudah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu sistim pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternatif yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pengobatan dengan sengatan lebah yang digunakan sebagai stimulus untuk terapi. Sistem pengobatan dengan sengatan lebah telah dibuktikan secara ilmiah dan didukung para ahli di berbagai negara dalam bentuk pengobatan akupunktur kombinasi bisa lebah. Lebah madu, secara langsung disengatkan pada titik-titik akupunktur tubuh.
Sehubungan dengan hal tersebut di Sulawesi Selatan telah dikembangkan sistem pengobatan alternatif sengatan lebah oleh unit pengembangan lebah madu, Pusat Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin sejak tahun 1992 merintis karir dalam pengobatan Apiterapi yang kemudian diinteroduksi secara meluas pada bulan Juni 1998. Klinik ini pada awalnya mempunyai 26 cabang yang tidak hanya tersebar di Sulawesi Selatan tapi juga di Sulawesi Tengah (Palu) dan Sulawesi Utara (Gorontalo). Sekarang jumlah klinik yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat adalah 15 cabang. Klink tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai latar suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bertujuan menggali informasi tentang peta pengetahuan dari tiga suku bangsa di Sulawesi Selatan dalam pemanfaatan pengobatan alternatif sengatan lebah. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan yang digunakan adalah rapid ethnografi. Informan penelitian yaitu masyarakat pengguna klinik apiterapi yang mewakili tiga suku bangsa (Makassar, Bugis dan Mandar) di Sulawesi Selatan, tokoh masyarakat dan apiteraper (petugas atau pengobat tradisional sengatan lebah). Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Pengolahan data menggunakan analisis tema dan pengembangan taksonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peta pengetahuan tiga suku bangsa terbentuk sebelum dan setelah memanfaatkan pengobatan alternatif sengatan lebah karena dipengaruhi beberapa hal seperti: fakta, informasi, sosial budaya, pengalaman keyakinan, dan kemampuan ekonomi. Karena cukup banyak masyarakat memanfaatkan pengobatan ini maka oleh pihak yang terkait perlu melakukan pengkajian terhadap manfaat dan keamanan pengobatan alternatif sengatan lebah, kebijakan yang diambil hendaknya disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengobatan tradisional lainnya yang juga dimanfaatkan oleh ketiga suku bangsa.

Cognitive Map of Three Ethnics Groups in South Sulawesi in the Utilization of Bee Venom Therapy as Alternative MedicineTraditional medicine is used by the population in a long time ago. It is a heritage still close with the population although modern medicine improves fast. In Indonesia, there are two systems of health care; these are modern and traditional medicine.
National Survey of Socio-economic, 1999, shown that health seeking behavior of the people who lives in urban are 91,51% of the people go to the modern health care, 11,46% of them go to traditional medicine, 1,79 is another. But for who lives in the villages are 88,30% of them go to modern health care, 17,44% using traditional medicine and 3,23% is another. It shown that traditional medicine is still used by the people although the modern health care is improved close the people.
One of traditional medicine as alternative medicine is Bee Venom Therapy. This medicine has been proved scientifically and support by the experts in several countries. Il also has been improved in the acupuncture type that is combined by bee venom.
Related to that, Bee Venom Therapy has been improving in South Sulawesi introduced by Bee Reproduction Unit. Study Centre of Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Hasanuddin University Research Centre is being a pioneer to improve carrier path in apitherapy medicine since 1992. It was introduced widely in Juni 1998. Early this clinic has 26 branches, not only in South Sulawesi but also in central Sulawesi (Palu) and North Sulawesi (Gorontalo). Up to now, the number of clinics that is still used by the people from ethnics is 15 branches.
This research aims to observed information about cognitive map from three ethnics in South Sulawesi in utilization of bee venom therapy; it used qualitative approach by rapid ethnographic study. Informants are users of apitherapy clinics that is representative for three ethnics (Makassar, Bugis and Mandar) in South Sulawesi, the opinion leader and apitheraper. It use in-depth interview for data collection. Data is analyzed by using theme and taxonomy improvement.
The result shows that cognitive map of the third ethnics, before and after using bee venom therapy is influenced by facts, information, socio-culture, experience, belief and economic capability. Related instance must conduct utilization and safely review of it's medicine because more people use it. Beside that, following research can be conducted to another traditional medicine that is used by the third ethnics."
2001
T8338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Shania Rosita Angelica
"Kanker payudara menduduki urutan pertama sebagai kejadian tertinggi kanker pada wanita. Pada 2018, penderita kanker payudara pada penduduk Indonesia sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Faktor resiko dari kanker payudara antara lain adalah jenis kelamin, usia, memiliki riwaya keluarga, mutasi dari gen riwayat penyakit payudara sebelumnya, menstruasi dini ataupun menarche lambat, riwayat reproduksi, terapi hormon, dan gaya hidup tidak sehat. Candidiasis merupakan kondisi infeksi yang dibebkan oleh jamur Candida sp. Candida abicans yang berada di dalam tubuh manusia dapat berubah menjadi patogen jika memiliki faktor resiko seperti perokok, imunitas menurun, ganguan endokrin, kemoterapi, dan juga terapi antibiotik. Mellitin merupakan komponen utama pada racun lebah sebesar 50% kemampuan Melittin yang diketahui dapat membentuk pori pada membran lipid yang dapat memberi efek penghambat pada pertumbuhan sel kanker dan jamur. Pada pengujian kali ini membuktikan kemampuan peptida tersebut dalam  menjadi alternatif antikanker payudara. Racun Lebah dari spesies Apis cerana memiliki nilai LC50 sebesar 49,28 µg/ml dan melittin sebesar 16,67 µg/ml yang diuji dengan BSLT. Uji antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7menggunakan metode MTT-Assay menunjukan adanya aktivitas antikanker. Uji antijamur yang dilakukan dengan metode Cakram Disk tidak menunjukan aktivitas antijamur
......Breast cancer is the first highest cancer in women . In 2018, breast cancer sufferers in Indonesia amounted to 42,1 per 100.000 population with death rate of 17 per 100.000 population. Risk factors for breast cancer include gender, age, family history of diseases, gene mutations, history of previous breast disease, early menstruation or slow menarche, reproductive history, hormone therapy, and unhealthy lifestyle. Candidiasis is an infection condition caused by the fungus Candida sp. Candida albicans in the human body can turn into pathogens if have risk factors such as smokers, decreased immunity, endocrine disruption, chemotherapy, and also antibiotic therapy. Mellitin is a major component of bee venom by 50%, the ability of Melittin known to form pores in the membrane lipids which can have an inhibiting effect on the growth of cancer cells and fungi. In this test prove the ability of the peptide in being an alternative to cervical anticancer. Bee venom from Apis cerana species having an LC50 value 49.28 µg/ml and melittin  16.67 µg/ml tested with BSLT method. Anticancer test against MCF-7 breast cancer cells using the MTT-Assay method showed anticancer activity. And the antifungal test conducted by the Difusion Disc method doesn’t show antifungal activity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library