Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Istiqomah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dan
kesiapan untuk memaafkan pada mahasiswa yang beragama Islam, alasan
dilakukannya penelitian ini adalah karena belum adanya penelitian yang
menghubungkan kedua variabel yaitu religiusitas dan pemaafan pada sampel yang
beragama Islam. Hal ini bisa terjadi karena tema pemaafan juga masih relatif baru
di bidang psikologi sehingga penelitian yang ada pun hanya ada pada sampel yang
beragama Kristen dan Yahudi. Oleh karena itu penting sekali penelitian ini untuk
menambah pemahaman tentang hubungan kedua variabel ini pada sampel yang
beragama Islam.
McCullough (2001) mendefinisikan pemaafan sebagai motivasi untuk
mengurangi kesiapan menghindar dari pelaku atau juga motivasi untuk
melepaskan keinginan balas dendam. Sedangkan kesiapan untuk memaafkan
adalah kesiapan untuk memaafkan orang lain secara umum pada berbagai jenis
kesalahan dan juga berbagai jenis hubungan interpersonal.
Religiusitas adalah internalisasi dan penghayatan ajaran agama, yang
kemudian menyatu dalam diri individu sehingga berpengaruh ke dalam sikap,
perkataan dan pola perilaku sehari-hari. Glock (dalam Paloutzian, 1996)
mengatakan bahwa religiusitas mempunyai lima dimensi yaitu keyakinan, ritual,
pengalaman, intelektual, dan pengamalan.
Sampel diambil dengan menggunakan teknik Occidental sampling, dengan
jumlah sampel sebanyak 103 subjek. Alat ukurnya adalah adaptasi alat kesiapan
untuk memaafkan dari DeShea (1999) dan alat ukur religiusitas yang dibuat oleh
Glock & Stark dan telah diadaptasi oleh Fatchuri (2000). Kedua alat ukur ini
adalah kuesioner yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Teknik
analisa data yang digunakan adalah teknik statistik nonparametrik uji korelasi
Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara religiusitas dan kesiapan untuk memaafkan pada mahasiswa
yang beragama Islam. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin religius
seseorang maka semakin tinggi pula kesiapan untuk memaafkannya. Dimensidimensi
yang berhubungan dengan kesiapan untuk memaafkan adalah dimensi
keyakinan, peribadatan, pengalaman, dan pengamalan. Sedangkan dimensi
pengetahuan tidak berhubungan dengan kesiapan untuk memaafkan.
Penjelasan didapatnya kedua variabel ini berkorelasi adalah karena aspekaspek
religius seperti keyakinan terhadap Allah, pelaksanaan seperti sholat dan
berdoa, perasaan tenang dan kedekatan terhadap Allah serta berbuat baik sesama
manusia bisa mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku subjek dalam
kehidupan sehari-hari sehingga subjek menjadi siap untuk memaafkan."
2004
S3469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Aprilianti
"ABSTRAK
Perkawinan adalah sebuah institusi yang paling tua, paling universal, dan paling khas yang dimiliki oleh manusia. (Fusch dalam Havenmann & Lehtinen, 1986) Perkawinan juga memiliki kedudukan yang penting bagi individu. Beberapa ahli berpendapat bahwa perkawinan berperan besar dalam menciptakan kebahagiaan dan stabilitas individu. (Landis & Landis, 1970).
Selain perkawinan, agama juga memiliki peranan penting dan berpengaruh luas terhadap manusia. Dalam tingkat sosial agama merupakan institusi sosial yang berkontribusi menjaga stabilitas sosial. Dalam tingkat personal agama berperan sebagai serangkaian prinsip yang hidup yang dapat memberikan arti bagi kehidupan seseorang,'aturan-aturan dalam berperilaku, perasaan bebas atau bersalah dan penjelasan tentang nilai-nilai kebenaran yang dapat dipercayai. (Pergament dalam Palaoutzian, 1996) Hurlock (1980) mengemukakan bahwa penyesuaian perkawinan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam perkawinan. Menurut Burgess & Locke (dalam Miller, 1991) penyesuaian perkawinan ditandai dengan adanya kesesuaian antara suami istri dalam berbagai hal yang dianggap penting dalam perkawinan, adanya kesamaan minat serta aktivitas yang dilakukan bersama, saling mengungkapkan kasih sayang dan saling percaya, hanya memiliki sedikit keluhan, serta tidak sering mengalami perasaan kesepian, sedih, marah, tidak puas dan semacamnya. Sementara itu, menurut Glock dalam Palaoutzian (1996), komitmen beragama dipandang sebagai salah satu variabel multidimensional yang tersusun dari 5 dimensi, yaitu dimensi idiologis, dimensi ritual, dimensi eksperiensial, dimensi konsekuensial, dan dimensi intelektual.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa agama merupakan salah satu pendukung utama sebuah perkawinan dan juga keluarga (Schmiedeler, 1946; Daradjat, 1996; Rosen-Grandon, 1999; Fiese & Tomcho, 2001). Berbagai penelitian juga telah banyak dilakukan khususnya di negara-negara barat untuk mencari hubungan antara agama dengan perkawinan. Stinnet (dalam Laswell & Laswell, 1987) dan Jones (2002) mengemukakan bahwa dari berbagai penelitian ditemukan bahwa agama secara konstan memiliki hubungan yang positif dengan perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara penyesuaian perkawinan dengan komitmen beragama pada pasangan suami istri beragama Islam dengan usia perkawinan 1-5 tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk menegatahui gamabaran penyesuaian perkawinan dan gambaran komitmen beragama pasangan suami istri beragama Islam dengan usia perkawinan 1-5 tahun.
Penenlitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode ex post facto field study. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-random sampling dengan tipe Occidental sampling. Subyek dalam penelitian ini beijumlah 164 orang atau 82 pasang suami istri. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 2 buah kesioner, yaitu kuesioner penyesuaian perkawinan yang merupakan hasil adaptasi dari Marriages Adjustment Schedule yang disusun oleh Burgess & Locke (1960) dan kuesioner komitmen beragama yang merupakan hasil adaptasi dari Religious Commitment Scale yang disusun oleh Glock & Stark (1965).
Perhitungan data untuk mengetahui adanya hubungan antara penyesuaian perkawinan dengan tiap-tiap dimensi komitmen beragama dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Mommet. Hasil penelitian menujukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan dimensi idiologis, dimensi ritual, dimensi ekperiensial, dimensi konsekuensial dan dimensi intelektual pada subyek suami. Sementara itu pada subyek istri juga ditemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan dimensi idiologis, dimensi ritual, dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial. Namun pada subyek istri tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan dimensi intelektual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Mustika
"Tulisan ini membahas tentang hukum waris apakah yang berlaku bagi keturunan Tionghoa beragama Islam di Indonesia dan dasar hukumnya, serta kekuatan pembuktian surat keterangan waris yang dibuat oleh Notaris bagi keturunan Tionghoa beragama Islam tersebut terhadap gugatan yang didasarkan pada hukum waris Islam. Pluralisme hukum waris di Indonesia, disertai dengan belum adanya peraturan khusus yang mengatur tentang hukum waris di Indonesia, menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum bagi masyarakat dalam pembagian harta warisan, terutama bagi pihak ketiga yang turut berkepentingan dan dirugikan karena ketidakpastian tersebut. Ketidakjelasan tentang hukum waris inilah, khususnya yang berhubungan dengan keturunan Tionghoa beragama Islam, yang hendak dijawab melalui penelitian ini melalui metode yuridis normative dan didukung dengan studi kepustakaan dan wawancara dengan narasumber di bidang kenotariatan. Adalah peran dan tanggung jawab Notaris dalam memberikan penyuluhan hukum yang benar bagi masyarakat, khususnya hukum apakah yang berlaku bagi warga Negara Indonesia yang dalam bidang hukum perdata tertentu, khususnya hukum waris, masih mendasarkan pada golongan penduduk pada masa penjajahan Belanda, serta sejauh apa kekuatan hukum yang diberikan oleh surat keterangan waris yang dibuat oleh Notaris dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.

This thesis study about what inheritance law applicable for Chinese Moslem in Indonesia and its legal basis, as well as the legal strength of certificate of inheritance produced by Notary for Chinese Moslem against lawsuit based on Moslem inheritance law. Pluralism of inheritance law in Indonesia, supported by lack of specific regulation in Indonesian inheritance law caused uncertainty for the people in division of inheritance, especially for third parties who were disadvantaged by this condition. This thesis in made to answer the uncertainty in inheritance law, specifically for Chinese Moslem, through normative juridical methodology supported by literature study and interview with expert in the field of notaries. It is the role and duty of a Notary to provide the appropriate legal guidance to the people, which includes what law applicable in certain aspect of civil law, specifically inheritance law, which still use the segmentation of people in the Dutch colonial era as basis, as well as the legal strength provided by certificate of inheritance made by Notary in providing legal certainty to the people."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T44983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library