Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Adlina Panca Putri
Abstrak :
α-Mangostin adalah senyawa dari ekstrak kulit manggis yang terbukti mampu menjadi zat bioaktif dalam metode pelepasan terkendali untuk pengobatan kanker usus. Preparasi mikrosfer kitosan dalam pelepasan terkendali berpengaruh untuk menghasilkan mikrosfer obat yang mampu memberikan hasil rilis terkendali senyawa bioaktif terbaik pada sistem pencernaan. Metode preparasi dengan agen penaut silang tripolifosfat (TPP) dibuat dengan variasi perbandingan kitosan dan alginat 1:0,1; 1:0,25; 1:0,5; 1:0,75. Metode gelasi ionotropik dengan alginat dilakukan untuk mencegah peluruhan mikrosfer kitosan pada lambung. Uji rilis α-Mangostin menggunakan kitosan dengan berat molekul rendah (LMWCS), sedang (MMWCS) dan tinggi (HMWCS). Pelepasan terkendali di uji secara in vitro di sistem pencernaan dengan metode seri untuk menjerat obat. Hasil mikrosfer kitosan-alginat dievaluasi berdasarkan kandungan senyawa bioaktif dalam kitosan, efisiensi penjerapan α-Mangostin, serta profil rilis senyawa α-mangostin. Mikrosfer kitosan-alginat dengan menggunakan kitosan BM sedang dan tinggi memiliki rilis yang rendah pada semua kondisi variasi alginat. Kondisi profil rilis terbaik didapatkan dari mikrosfer kitosan alginat yang menggunakan kitosan BM rendah dengan kondisi optimum pada mikrosfer kitosan alginat dengan perbandingan 1:0,1. ...... α-Mangostin proven as bioactive of controlled release for colon cancer treatment. Preparation of microspheres of chitosan in controlled release can produce good release in digestive system. Preparation of microsfer using tripolyphosphate (TPP) as cross linking agent with a variation ratio of chitosan and alginate 1: 0.1; 1: 0.25; 1: 0.5;and 1: 0.75 . In Vitro tests in series method has used to entrape the drug. The microsphere preparation use ionotropic gelation method to prevent α-Mangostin release in the stomach. α-Mangostin release testing using a low molecular weight chitosan (LMWCS), medium (MMWCS) and high (HMWCS). The results of chitosan-alginate microsphere evaluated based on the content of bioactive compounds in chitosan, the efficiency entrapment of α-Mangostin,and profile release of α-mangostin. Chitosan-alginate matric which using MW medium and high chitosan show a slow release on all variations of alginate ratio. The best conditions of release profiles obtained from chitosan alginate microspheres using low MW of chitosan with optimum conditions on chitosan alginate microspheres with a ratio of 1: 0,1.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
flokulasi suspensi kaolin tanah liat dengan modifikasi hidrofobik kopolimer akrilamida kationik telah diteliti. dalam studi ini, modifikasi hidrofobik kopolimer akrilamida kationik disintesis dengan larutan kopolimer akrilamida .
631 BLI 48:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Budi Ariani
Abstrak :
Gas alam asam, yang mengandung H2S dan CO2, pada komposisi, tekanan dan suhu tertentu akan mempengaruhi propertu volumetrik. Estimasi volume dengan persamaan keadaan Peng-Robinson (PR) dapat memberikan kemudahan dan hasil lebih baik dibandingkan persamaan keadaan lain, namun memiliki kekurangan dalam menghitung volume di daerah dekat titik kritis secara akurat. Perhitungan volume pada kondisi suhu dan tekanan tinggi juga memiliki penyimpangan volume gas (3-5%) dan volume cair (6-12%). Selain itu, PR umumnya diperuntukkan untuk senyawa non-polar, sedangkan H2S bersifat sedikit polar. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi PR dengan cara melakukan pergeseran volume menggunakan persamaan pergeseran. Persamaan pergeseran membutukan beberapa parameter tambahan yang didapatkan dari data eksperimen untuk setiap senyawa. Hal ini tentunya membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka diperlukan persamaan umum dimana parameter persamaan pergeseran dikorelasikan dengan karakteristik khusus senyawa. Penelitian terdahulu telah merumuskan persamaan pergeseran dimana parameter merupakan fungsi dari berat molekul, faktor asentrik dan keduanya untuk berbagai senyawa murni. Namun, saat ini belum ada yang mengaplikasikan Volume Translation Peng-Robinson (VTPR) untuk estimasi volume campuran gas alam asam menggunakan persamaan pergeseran baik sebagai fungsi berat molekul, faktor asentrik maupun keduanya dimana data referensinya melibatkan H2S dan CO2. Pada penelitian ini akan dirumuskan persamaan pergeseran VTPR dimana parameternya sebagai fungsi berat molekul, fungsi faktor asentrik dan fungsi keduanya untuk dapat mengestimasi volume gas alam asam secara akurat pada kondisi mendekati sumur P. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah persamaan VTPR yang memiliki persen Average Absolute Deviation (%AAD) perkiraan volume sangat kecil terhadap data referensi yang didapatkan dari NIST REFPROP jika diterapkan pada senyawa murni dalam gas alam asam yaitu 2.07%, 1.05%, dan 1.47% masing-masing untuk tiga metode VTPR yang diterapkan. Ketiga metode VTPR tersebut memiliki %AAD lebih kecil dibandingkan persamaan PR. Selain itu jika diterapkan pada campuran gas alam asam menggunakan VTPR dan mixing rule, %AAD yang didapatkan masing-masing adalah 0.03618%, 0.00097%, 0.00825%. Dari penelitian ini direkomendasikan menggunakan persamaan eksponensial VTPR yang bergantung dengan suhu dan sebagai fungsi faktor asentrik yang melibatkan Zc dari masing-masing senyawa agar didapatkan %AAD yang lebih kecil. ......Sour natural gas, which contains H2S and CO2, at a certain composition, pressure, and temperature will affect the volumetric properties. Volume estimation using the Peng-Robinson (PR) equation of state can provide convenience and better results than other equations of state but has drawbacks in calculating the volume near the critical point accurately. Volume calculations in high temperature and high pressure also have deviations of gas volume (3-5%) and liquid volume (6-12%). In addition, PR is generally reserved for non-polar compounds, while H2S is slightly polar. Therefore, the PR modification was carried out by performing a volume translation using the translation equation. The translation equation requires some additional parameters obtained from the experimental data for each compound. This requires high costs and a long period of time. To overcome these difficulties, a general equation is needed where the translation equation parameters are correlated with the specific characteristics of the compound. Previous studies have formulated translation equations in which the parameters are a function of molecular weight, acentric factor, and both for various pure compounds. However, currently, no one has applied the Volume Translation Peng-Robinson (VTPR) to estimate the volume of a sour natural gas mixture using the translation equation as a function of molecular weight, acentric factor and both which the reference data involve H2S and CO2. In this study, the VTPR’s translation equation will be formulated, which the parameters are a function of molecular weight, acentric factor, and both, to estimate the volume of sour natural gas accurately at conditions close to the P well. The results obtained from this study are the VTPR equations which have small percentage of Average Absolute Deviation (%AAD) estimated volumes compared with the reference data which is obtained from NIST REFPROP when applied to pure compounds in sour natural gas which are 2.07%, 1.05%, and 1.47% respectively for the three VTPR methods applied. The three VTPR methods have the smaller %AAD than the PR equation. In addition, if applied to a mixture of sour natural gas using VTPR and the mixing rule, the %AAD obtained are 0.03618%, 0.00097%, 0.00825%, respectively. From this research, it is recommended to use the VTPR exponential equation that depends on temperature and as a function of the acentric factor involving Zc of each compound in order to obtain a smaller %AAD.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian karakterisasi xilanase Bacillus licheniformis I-5. Karakter yang diteliti adalah suhu, pH optimum, berat molekul dan stabilitas xilanase. Variasi suhu yang digunakan adalah 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 C. Variasi pH yang digunakan adalah 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10, yang diinkubasi pada suhu optimum. Penentuan berat molekul menggunakan metode SDS/PAGE Zimogram. Stabilitas xilanase diuji dengan menginkubasi xilanase pada suhu dan pH optimum dan pada variasi suhu 50, 60 dan 70 C dengan pH 7 dan 8, stabilitas enzim terhadap suhu dinyatakan dalam waktu paruh (t ½). Pengukuran aktivitas xilanase menggunakan metode Bailey (1992), satu unit (U/ml) aktivitas enzim xilanase adalah kemampuan enzim xilanase untuk menghasilkan produk (mol xilosa) per menit reaksi pada kondisi pengujian, dan aktivitas relatif adalah persentase perbandingan antara aktivitas enzim yang diberikan perlakuan dengan aktivitas enzim awal atau tanpa perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xilanase Bacillus licheniformis I-5 memiliki suhu optimum 50C dan pH optimum 7. Hasil analisis SDS/PAGE Zimogram dengan menggunakan substrat xilan oat spelt dan xilan beechwood menunjukkan enzim memiliki berat molekul sekitar 127 KDa. Stabilitas (waktu paruh) pada suhu 50, 60 dan 70C dengan pH 7 adalah 68, 61, 56 menit dan pada pH 8 adalah 125, 59 dan 50 menit.
Universitas Indonesia, 2006
S31340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Noor Insany
Abstrak :
Latar belakang: Chitosan merupakan bahan alami yang bersifat antibakteri dan dapat dibentuk menjadi gel sehingga dapat dijadikan sebagai agen profilaksis khususnya anti-demineralisasi enamel di mana lesi white spot menjadi suatu risiko dari penggunaan alat ortodontik cekat. Berat molekul merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas antibakteri chitosan, namun hubungan antara keduanya masih memberikan hasil yang inkonsisten. Tujuan: Menganalisis perbedaan efektivitas antibakteri gel chitosan dengan berat molekul berbeda terhadap jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans pada permukaan enamel sekitar braket ortodontik. Metode: Dari 24 jumlah sampel, 6 sampel dioleskan gel chitosan A (50-80 kDa), 6 sampel dioleskan gel chitosan B (50-150 kDa), 6 sampel dioleskan gel chitosan C (190-310 kDa), dan 6 sampel dioleskan dengan gel kontrol klorheksidin diglukonat 0.2% (CHX). Seluruh sampel diinkubasi secara bertahap, 10 μl suspensi plak yang terbentuk pada sampel dibiakkan untuk memperoleh jumlah koloni. Data dianalisis dengan uji one-way ANOVA dan uji lanjutan Least Significant Difference (LSD). Hasil: Tidak terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans yang signifikan antara ketiga gel chitosan tersebut (p>0.05). Namun, terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans yang signifikan antara ketiga gel chitosan dengan gel kontrol (p<0.05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efektivitas antibakteri antara gel chitosan A, B, dan C secara statistik, meskipun terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri secara klinis dan terdapat perbedaan efektivitas antibakteri antara gel klorheksidin diglukonat 0.2% (CHX) dengan ketiga gel chitosan tersebut. ......Background: Chitosan is a natural antibacterial ingredient and can be formed into gel so that it can be used as a prophylactic agent, especially anti-enamel demineralization where white spot lesions are a risk of using fixed orthodontic appliances. Molecular weight is one of the factors that affects the antibacterial effectiveness of chitosan. The relationship between them still gives inconsistent results. Aim: Analyzing differences in antibacterial effectiveness of chitosan gel with different molecular weights on the number of Streptococcus mutans colonies in the enamel surface around orthodontic brackets. Methods: 24 total samples, 6 samples were smeared with chitosan gel A (50-80 kDa), 6 samples were smeared with chitosan gel B (50-150 kDa), 6 samples were smeared with chitosan gel C (190-310 kDa), and 6 samples were smeared with chlorhexidine digluconate 0.2% gel (CHX) as control. All samples were incubated in stages, 10 μl suspension of plaque formed on the samples were cultured to obtain the number of colonies. Data were analyzed by one-way ANOVA test and Least Significant Difference (LSD) test. Result: There was no significant difference in the number of Streptococcus mutans colonies between the three chitosan gels (p>0.05) and there was a significant difference in the number of Streptococcus mutans colonies between the three chitosan gels and the control gel (p<0.05). Conclusion: There was no difference in antibacterial effectiveness of chitosan gel A, B, and C, although there were differences in the number of bacterial colonies clinically and there were differences in the antibacterial effectiveness between 0.2% chlorhexidine digluconate gel (CHX) with those chitosan gels.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library