Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Illinois: Research Press, 1986
155.9 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Temes, Roberta
Abstrak :
There is no more stressful and traumatic experience than coping with the death of a loved one. There are various stages of grief and loss, which often take months or even years for many people to overcome. But with the right guidance, readers can learn to lessen the pain and live happy lives. "Solace" provides soothing comfort and hope for those who are suffering. As an award-winning bereavement expert, Roberta Temes believe all of us experience and process grief in our own way. Here she helps readers through the stages of grief, tells them when they should worry, helps them consider the pros and cons of bereavement groups and counselors, and shows them how to use visualization to help the healing process. Featuring anecdotes drawn from her bereavement practice so readers may learn from the experiences of others who have also gone through and struggled with loss, "Solace" is also filled with comforting affirmations, quotations and words of encouragement. Dealing with loss is never easy, but this book provides a calming companion to help readers through their mourning and begin enjoying life again.
New York: American Management Association, 2009
e20440675
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Connerton, Paul
Abstrak :
How is the memory of traumatic events, such as genocide and torture, inscribed within human bodies? In this book, Paul Connerton discusses social and cultural memory by looking at the role of mourning in the production of histories and the reticence of silence across many different cultures. In particular he looks at how memory is conveyed in gesture, bodily posture, speech and the senses - and how bodily memory, in turn, becomes manifested in cultural objects such as tattoos, letters, buildings and public spaces. It is argued that memory is more cultural and collective than it is individual. This book will appeal to researchers and students in anthropology, linguistic anthropology, sociology, social psychology and philosophy.
New York: Cambridge University Press, 2011
155.937 CON s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Maharini
Abstrak :
ABSTRAK
Dari berbagai kehilangan yang djumpai di usia lanjut, salah satunya yang terberat adalah kehilangan pasangan melalui kematian. Secara umum, kematian pasangan mendatangkan tekanan yang amat berat bagi individu yang mengalaminya terbukti dari dijumpainya peristiwa ini pada peringkat pertama dari skala penyesuaian diri atas sejumlah peristiwa dalam kehidupan, yang disusun oleh Hoimes & Rahe (1967). lndividu yang ditinggal mati pasangannya dapat dikatakan mengalami bereavement, yaitu situasi dimana individu kehilangan orang yang dicintainya melalui kematian.

Berbagai Iiteratur yang ada menunjukkan bahwa wanita lebih mampu bertahan dalam menghadapi kehidupan sendiri setelah ditinggal mati pasangan, dibandingkan dengan pria. Pada pria umumnya ataupun pria Ianjut usia khususnya, dijumpai masalah-masalah yang berkisar dari kehilangan peran sebagai pasangan, masalah rumah tangga, dan perubahan jaringan sosial. Mengingat penyesuaian terhadap kematian pasangan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi pada masa usia Ianjut (Turner & Helms, 1995), maka individu yang ditinggal mati pasangan harus melakukan upaya untuk menghadapi tuntutan ataupun kesulitan yang kemudian timbul dari peristiwa ini. Secara umum, upaya yang dilakukan individu untuk menghadapi tuntutan yang mendatangkan tekanan disebut coping (Lazarus, 1976).

Secara garis besar Lazarus & Folkman (1984) membagi coping menjadi 2 dimensi yaitu coping yang mengarah pada masalah, dan coping yang mengarah pada emosi. Untuk setiap dimensi, coping dapat terjadi pada taraf kognitif, perilaku, maupun secara bersamaan. Lebih lanjut Mikulincer & Florian (1996) mengembangkan klasirikasi respon coping khusus pada situasi bereavement, dengan diferensiasi pada coping yang mengarah pada emosi yang telah dikemukakan oieh Lazarus & Folkman, yaitu meliputi strategi berfokus pada masalah, reappraisal atau penilaian ulang, reorganisasi, dan penghindaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana lanjut usia pria rnengatasi kesulitan yang timbul akibat kematian pasangan. Dengan menggunakan metode studi kasus, dilakukan wawancara terhadap empat Ianjut usia pria yang ditinggal mati istri dalam kurun waktu maksimal dua tahun, sesuai perkiraan Iamanya individu pulih dari bereavement menurut Cook & Dworkin (1992).

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis coping disesuaikan dengan karakteristik masalah. Untuk masalah-masalah praktis (separti masalah rumah tangga, pendamping dalam menghadiri acara sosial), coping perilaku yang mengarah pada masalah banyak dijumpai. Sedangkan untuk masalah-masalah emosi (rasa sedih), subyek banyak menggunakan upaya kognitif untuk meredakannya. Coping yang menonjol dari para subyek dalam menghadapi emosi yang menekan adalah berpaling pada keyakinan religius. Strategi berfokus pada masalah dengan melakukan tindakan tertentu juga efektif meredakan emosi yang menekan. Strategi reappraisai atau penilaian ulang banyak dijumpai dalam bentuk pengarahan atensi secara selektif terhadap informasi positif seputar peristiwa kematian istri. Keempat subyek sudah menunjukkan upaya reorganisasi dengan berbagai pengalaman positif maupun negatif selama menjalani masa kehilangan. Adapun faktor yang berperan dalam membantu mengatasi kesulitan pada masa bereavement dapat dibedakan menjadi faktor dari dalam diri subyek dan dari Iuar. Faktor dari dalam berupa iman, karakteristik kepribadian, dan pengalaman terlibat dalam tugas kerumahtanggaan, sedangkan faktor dari Iuar meliputi dukungan sosial serta masih adanya kesibukan rutin untuk dijalani. Dari hasil penelitian ini, disarankan untuk mengembangkan pusat penanganan masalah bagi para Ianjut usia yang mengalami kehilangan pasangan. Penelitian lanjutan dapat diarahkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dukungan sosial yang diperoleh lanjut usia berdasarkan sumber dukungan (dari pihak keluarga ataukah teman-teman), maupun bentuk-bentuk dukungan sosial yang diperiukan Ianjut usia sesuai dalam tahapan waktu tertentu selama menjalani masa kehilangan pasangan.
1997
S2618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Aysha Raina Irawan
Abstrak :

Pengalaman kematian anggota keluarga merupakan pengalaman traumatis dan non-normatif bagi para emerging adult yang memengaruhi subjective well-being-nya. Penelitian bertujuan untuk melihat peranan religious coping terhadap subjective well-being para emerging adult di konteks pengalaman kehilangan anggota keluarga. Terdapat 172 partisipan berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berusia 18-25 tahun, beragama, berstatus warga negara Indonesia, dan memiliki anggota keluarga yang meninggal dunia. Penelitian korelasional ini menggunakan metode multiple regression dengan alat ukur Brief RCOPE untuk mengukur tingkat penggunaan religious coping, SWLS mengukur tingkat kepuasan hidup sebagai komponen kognitif subjective well-being, dan The PANAS Scale mengukur tingkat afek sebagai komponen afektif subjective well-being. Hasil menunjukkan bahwa positive religious coping dan negative religious coping berkontribusi secara signifikan terhadap seluruh aspek subjective well-being, baik pada kepuasan hidup (F(2, 172) = 25.034, p < 0.05, 𝑅2 = .229, adjusted 𝑅2 = .219) dengan medium—large effect size, afek positif (F(2, 172) = 8.268, p < 0.05, 𝑅2 = .089, adjusted 𝑅2 = .078) dengan small effect size, maupun afek negatif (F(2, 172) = 10.139, p < 0.05, 𝑅2 = .107, adjusted 𝑅2 = .097) dengan small—medium effect size. Penelitian ini mendemonstrasikan peranan religious coping terhadap subjective well-being para emerging adult yang kehilangan anggota keluarga.


The death of a family member can be a traumatic and non-normative event. It can affect the well-being of emerging adults. This study examines the role of religious coping on subjective well-being among emerging adults who have lost a family member. The study included 172 participants who were female and male, Indonesian citizens, religious, aged between 18—25 years, and had experienced the death of a family member within the past five years. This correlational study utilized the multiple regression method to analyze measures such as the Brief RCOPE to measure the level of use of religious coping, the SWLS to measure the level of life satisfaction as the cognitive component of subjective well-being, and the PANAS scale to measure the level of affect as part of the affective component of subjective well-being. The data suggested that positive religious coping and negative religious coping contributed significantly to all aspects of subjective well-being, including life satisfaction (F(2, 172) = 25.034, p < 0.05, 𝑅2 = .229, adjusted 𝑅2 = .219) with medium-large effect size, positive affect (F(2, 172) = 8.268, p < 0.05, 𝑅2 = .089, adjusted 𝑅2 = .078) with small effect size, and negative affect (F(2, 172) = 10.139, p < 0.05, 𝑅2 = .107, adjusted 𝑅2 = .097) with small-medium effect size. This research demonstrates how religious coping may influence the subjective well-being of emerging adults who have lost a family member.

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diorie Atalea Yessica
Abstrak :
Walt Disney Studios telah menghasilkan film demi film yang merepresentasikan budaya dan berbagai pengalaman manusia. Kematian dan kedukaan adalah pengalaman manusia yang paling sering digunakan film Disney dalam plot mereka. Ada perubahan dalam cara model berkabung direpresentasikan dalam film mereka. Artikel ini mengkaji perbedaan model berduka antara film Coco (2017) dan Onward (2020). Film-film tersebut dipilih karena fokus eksplisit mereka pada kesedihan dan kematian anggota keluarga. Temuan metode analisis tekstual menunjukkan bahwa kedua film memiliki kontras yang mencolok tentang bagaimana metode kontemporer dimanifestasikan dalam karakter mereka. Coco (2017) dan Onward (2020). menggunakan model kesedihan yang berbeda dan bagaimana mereka berlanjut setelah konflik diselesaikan. Artikel ini juga menemukan bahwa makhluk mitos digunakan sebagai simbol kesedihan dan menghasilkan reaksi yang berbeda dari karakter-karakter yang ada. Bukti yang ditunjukkan dalam artikel ini menunjukkan bahwa Onward (2020) tidak merangkul pergeseran model duka cita kontemporer yang digunakan oleh film-film di awal era Disney modern. ...... Walt Disney Studios have produced movies after movies that represent cultures and various human experiences. Death and grief are the most common human experience that Disney movies often use in their plots. There has been a shift in how the bereavement models are represented in their movies. This paper examines the differences of grief models between the movies Coco (2017) and Onward (2020). The movies were chosen due to their explicit focus on grief and the death of family members. The findings of the textual analysis method show that the movies have striking contrasts of how contemporary methods are manifested in their characters. Coco (2017) and Onward (2020). use different models of grief and how they are continued after conflicts are resolved. This paper also finds that mythical creatures are used as symbols of grief and result in different reactions from the characters. The evidence showed in this article suggests that Onward (2020) does not embrace the shift of contemporary bereavement models used by earlier movies in the modern Disney era.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Dhamayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan gambaran penyesuaian ' diri seorang duda "ketika menghadapi kematian istrinya. Diharapkan akan diperoleh gambaran mengenai proses tahapan grief, serta upaya-upaya yang dilakukan seseorang dalam rangka menyesuaikan diri dengan rentang emosi yang dialaminya. Penyesuaian diri disini dikaitkan dengan teori mengenai tahapan grief . , dimana seseorang dianggap sudah menyesuaikan diri apabija ia sudah mencapai tahap terakhir, yaitu tahap penyelesaian. Manfaat penelitian secara teoritis adalah selain menambah pengetahuan mengenai penyesuaian diri seorang duda dalam menghadapi kematian istrinya. Sedangkan manfaat praktis adalah membantu memperoleh gambaran mengenai dinamika proses penyesuaian diri tersebut. Teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah konsep tentang penyesuaian diri, bereavement , faktor-faktor yang berpengaruh, dan karakteristik usia tengah baya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif , dimana peneliti tidak meramalkan hasil yang akan diperoleh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang diperoleh berbentuk data deskriptif dan mendetail. Teknik pengambilan data yang dipakai adalah wawancara mendalam ditunjang dengan observasi. Karakteristik subyek penelitian yang diambil adalah duda usia tengah baya dari usia 35 sampai 60 tahua, yang sudah menjalani masa bereavement berkisar antara 6 bulan sampai 2 tahun. Hasil panelitian menunjukkan bahwa dalam menjalani penyesuaian din. duda mengalami tahapan dalam rentang emosi yang dialaminya, Tahapan tersebut adalah .ahap kemunduran, tahap menjalani. dan tahap resolusi . Tidak semua duda mengalami mhapan dan mniang emosi yang sama. Perbedaan tersebut dipengaruh, terutama oleh tiga faktor. yaitu Kualitas hubungan. kondisi kematian, dan dukungan sosial. Selain itu juga ada faktor sosiodemografis, krisis yang teqadi secara bersamaan, dan faktor kepribadian. Yang menarik dari penelitian ini adalah ditemukan faktor baru yang : mempengaruhi proses tahapan grief, yaitu usia anak, Saran untuk penelitian ini ada dua macam, yaitu saran prakt.s dan saran teontis. Saran praktisnya yanrg. bh.i-scap ddiibbeerniKkaann add alah bahwa prose,s menjalani ,masa bereavement akan lebih mudah apabila emosi yang d.rasakan diekspresikan. Sedangkan saran teoritis adalah perlunya penggalian informasi mengenai tahapan ' grief secara lebih dalam. serta penelitian diadakan pada kelompok usia yang berbeda.
1999
S2584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Fidya Santi
Abstrak :
ABSTRAK
Kematian neonatal dini bertanggungjawab pada tiga perempat kasus kematian neonatal. Kondisi ibu post partum dengan kematian neonatal dini merepresentasikan kehilangan multipel yang dialami oleh ibu, ditambah lagi dampak kehilangan tidak hanya pada sisi emosional saja namun juga pada aspek reaksi fisik,kognitif, perilaku, sosial dan spiritual yang berpengaruh pada kualitas hidup ibu, oleh karena itu asuhan keperawatan yang holistik diperlukan dalam penatalaksanaan kasus ini. Karya ilmiah ini merupakan laporan dari studi kasus dengan mengintegrasikan teori Orem dan Swanson yang diterapkan pada lima ibu dengan kematian neonatal dini. Latar belakang klien yang bervariasi diantaranya usia ibu berkisar 17 hingga 34 tahun, usia kehamilan dari 23 minggu hingga 36 minggu dengan penyebab kematian neonatus dikarenakan prematuritas, kelainan kongenital mayor dan pertumbuhan janin terhambat. Evidence Based Nursing Practice (EBPN) yang diaplikasikan berupa Muslim Bereavement Support merupakan bagian dari intervensi keperawatan yang terbukti efektif mengurangi intensitas berduka klien. Intervensi keperawatan dan dukungan yang diberikan melalui asuhan keperawatan secara tepat dapat membantu ibu postpartum yang mengalami kematian neonatal dini untuk secara mandiri merawat dirinya dan meningkatkan kesejahteraan ibu.
ABSTRACT
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library