Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahfina Farahmida Aljogja
"ABSTRAK
Pendahuluan: Bernapas melalui mulut merupakan suatu kebiasaan buruk yang berdampak terhadap tumbuh kembang dentokraniofasial anak serta menyebabkan masalah lain pada rongga mulut, seperti kebersihan rongga mulut yang buruk dan bau mulut. Bau mulut dihasilkan oleh hasil produk akhir bakteri anaerob proteolitik. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter biologis yang berkaitan dengan kondisi tersebut. Tujuan: Mengetahui prevalensi bakteri Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis pada anak bernapas melalui mulut. Metode: Jumlah seluruh subjek pada penelitian ini adalah 60 subjek dan telah dilakukan uji bernapas melalui mulut (19 subjek bernapas melalui mulut dan 41 subjek bernapas melalui hidung). Setelah itu, subjek diklasifikasikan berdasarkan skor organoleptik dan status kebersihan mulut. Identifikasi bakteri Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis pada plak supragingiva dan mukosa bukal subjek dilakukan menggunakan metode PCR konvensional. Hasil: Korelasi antara skor OHI-S dan organoleptik pada kelompok bernapas melalui mulut merupakan korelasi positif (r=0.001), sedangkan pada kelompok bernapas melalui hidung merupakan korelasi negatif (r= -0.046). Prevalensi bakteri Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis pada anak yang bernapas melalui mulut dan hidung tidak berbeda signifikan. Demikian pula nilai signifikansi terhadap prevalensi bakteri berdasarkan parameter klinis yang tidak menunjukkan perbedaan. Kesimpulan: Pada penelitian ini, prevalensi Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis tidak dapat dijadikan sebagai indikator biologis pada subjek bernapas melalui mulut.

ABSTRACT
Introduction: Mouth breathing is a bad habit that has several impacts on dentocraniofacial growth and development in children and other problems in the oral cavity condition, such as poor oral hygiene and halitosis. Halitosis caused by an anaerobic proteolytic bacteria product. Therefore, a further study about oral cavity microflora associated these conditions is needed. Objective: To determine the prevalence of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis in mouth breathing children. Method: A total number of 60 subjects had a mouth breathing test (19 subjects were diagnosed as mouth breathers and 41 subjects were diagnosed as nose breathers). Then, subjects were classified based on organoleptic score and oral hygiene status. Identification of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis in supragingival plaque and buccal mucosa subjects were used a conventional PCR method. Result: The correlation between OHI-S and organoleptic score in mouth breathers has a positive correlation (r= 0.001), meanwhile in nose breathers has a negative correlation (r= -0.046). Prevalence of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis in mouth and nose breathers have no significant differences. Moreover, significance value of prevalence Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis based on clinical parameters have no differences. Conclusion: The prevalence of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis cannot be used as a biomarker in mouth breathers."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Latar Belakang: Rongga hidung merupakan entry point untuk udara masuk dan merupakan proses utama dalam sistem respirasi. Namun, terkadang seseorang akan menggunakan mulut untuk bernapas. Prevalensi bernapas mulut pada anak-anak dilaporkan 50-55%. Pada rongga mulut, kondisi bernapas mulut yang terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan peningkatan resiko penyakit gigi dan mulut . Perubahan kondisi pada rongga mulut dapat diukur menggunakan indeks kesehatan rongga mulut yang salah satunya adalah indeks OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index). Sejauh ini belum dilaporkan adanya penelitian yang membahas korelasi indeks OHI-S terhadap karakteristik protein pada anak yang bernapas melalui mulut.
Tujuan: Menganalisa korelasi antara indeks OHI-S dengan konsentrasi protein serta menganalisa profil protein pada anak yang bernapas melalui mulut.
Metode: Sampel dari anak yang bernapas melalui mulut dan anak bernapas normal dikumpulkan kemudian dikelompokan berdasarkan indeks OHI-S.Sampel dari tongue biofilm, dental biofilm , saliva dan mukosa bukal di uji menggunakan Bradford assay untuk melihat total protein, setelah itu sampel saliva diuji menggunakan SDS PAGE untuk melihat profil protein. Kemudian hasil dianalisa dengan SPSS.
Hasil: Pada kelompok anak yang bernapas melalui mulut, korelasi antara total protein pada masing-masing sumber sampel dan indeks OHI-S didapatkan sebagai berikut: korelasi negatif pada tongue biofilm (r=-0.051), korelasi negatif pada dental biofilm (r=-0,127), korelasi positif pada saliva (r=0.051) dan korelasi positif pada mukosa bukal (r=0.314). Pada deteksi profil protein, frekuensi 3 protein saliva yaitu Amilase (54 kDa), IgA(70 kDa) dan Statherin (8 kDa), Ig-A   terhitung lebih banyak pada kelompok anak bernapas normal yang memiliki indeks OHI-S sedang sedangkan Statherin terhitung lebih banyak pada kelompok anak bernapas normal dengan indeks OHI-S baik.
Kesimpulan: Karakteristik protein dapat menjadi salah satu indikator biologis  perubahan indeks OHI-S pada anak yang bernapas melalui mulut.

Background: Nasal cavity is the entry point in respiration process. However, some individuals use their mouth to breathe. Prevalence of mouth breathing in children is reported between 50-55%.In oral cavity, mouth breathing in children cause increased risk of dental problems. The change of condition within oral cavity can be measured with oral hygiene index such as OHI-S Index (Simplified Oral Hygiene Index). Thus far, there’s no further studies yet that discuss the correlation between OHI-S index and characteristics of protein in children with mouth breathing.
Objective: To analyse the correlation between OHI-S Index and protein total of several sample sources and analyse the salivary profile protein in children with mouth breathing.
Method: Samples were collected from children with mouth breathing and children without mouth breathing as a control group and categorized based on their OHI-S index score. Samples from tongue biofilm, dental biofilm, saliva and buccal mucosa were tested using Bradford Assay method to measure the protein total of each sample source and the salivary protein profile was analysed using SDS PAGE. Final results were analysed using SPSS.
Result: In a group consists of chidren with mouth breathing, the correlation of OHI-S Index and protein total of each sample source were resulted: negative correlation in tongue biofilm (r=-0.051), negative correlation in dental biofilm (r=-0.127), positive correlation in saliva(r=0.051) and positive correlation in buccal mucosa (r=0.314). In salivary profile protein, the frequencies of three proteins: Amylase (54 kDa), IgA (70 kDa) and Statherin (8kDa), Ig-A were counted more in control group with moderate OHI-S Index score and Statherin were counted more in control group with low OHI-S index score.
Conclusion: Characteristics of protein is capable to be one of the biological indicators of changes in OHI-S index in children with mouth breathing.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library