Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmat Santoso
Abstrak :
Besi Tuang Nodular (BTN) atau Ductile iron adalah salah satu dari jenis besi tuang yang memiliki grafit yang berbentuk bulat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan sifat mekanisnya, baik itu dengan metoda perlakuan panas menjadi ADI (Austempered Ductile Iron), maupun dengan dengan cara memasukkan unsur lain kedalam logam. Penulis mencoba meneliti untuk meningkatkan sifat mekanisnya dengan cara yang kedua, tctapi metoda yang dilakukan adalah dengan mengubah jumlah komposisi Mangan dan Tembaganya saja, sehingga biaya pembuatannya lebih murah. Sampel uji dalam penelitian ini diperoleh dengan memodifikasi kandungan Mangan 0,6% dan tembaga 0,4% pada komposisi kimia FCD 60. Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi kimia, uji mekanis (kekerasan, uji tarik, elongasi) dan uji struktur mikro. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh kandungan 0, 7% Mn dan 0,4% Cu dapat meningkatkan sifat mekanisnya, hasilnya dapat mendekati sifat sifat mekanis AD! dengan mampu tarik 899N/mm2 dan kekerasannya 293 HB.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wibowo
Abstrak :
Besi tuang nodular merupakan besi tuang yang memiliki grafit berbentuk bulat, sebagai hasil penambahan unsur Magnesium atau Cerium. Besi tuang nodular banyak digunakan untuk aplikasi struktural seperti: pinion bergigi, Caliper piringan rem, komponen kendaraan bermotor, roda gigi, poros engkol dsb. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya faktor sifat dan ketahanan mekanis yang harus dimiliki oleh material tersebut. Oleh karena itu perlu untuk terus diupayakan penelitian untuk mencapai suatu kondisi yang optimal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan proses perlakuan panas austemper pada besi tuang FCD kelas 60, untuk memperoleh suatu sifat mekanis atau kombinasinya yang lebih baik. Hasil dari proses perlakuan panas ini dikenal dengan nama ADI (Austempered Ductile Iron). Kondisi perlakuan panas yang dilakukan adalah memanaskan material (austenisasi) pada temperatur 800 °C dan 850 °C dengan waktu tahan 60 menit, disusul dengan pencelupan cepat pada temperatur celup 300 °C, 350 °C dan 400 °C dengan waktu tahan selama 30 dan 60 menit. Dari hasil penelitian, nilai kekuatan tarik dan kekerasan tertinggi diperoleh melalui kondisi austemper dengan temperatur austenisasi 850 °C, yaitu masing-masing sebesar 84,3 kg/mm2 dan 260,62 BHN. Temperatur austenisasi 800 °C akan menghasilkan material dengan nilai tegangan yang tertinggi, yaitu sebesar 16,45% namun memiliki nilai kekuatan tarik dan kekerasan yang terendah, masing-masing sebesar 46,76 kg/mm2 dan 150,41 BHN.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zainulsjah
Abstrak :
Austemperer Ductile Iron yang dikenal ADI adalah besi tuang nodular yang telah mendapatkan perlakuan panas austemper. Tujuannya untuk meningkntkan sifatsifat mekanis dari besi tuang nodular. Dalam penelitian ini dilakukan penambahan unsur paduan 0,25% Mo dan 1% Ni terhadap besi tuang nodular, kemudian dilakukan perlakuan panas austemper pada komposisi G (tanpa paduan), dengan temperatur austenisasi 850°C dan 900°C waktu tahannya 60 menit dan temperatur austemper 350°C, 375°C dan 400°C waktu tahan 30 menit, Untuk komposisi C (paduan) dengan temperatur austenisasi 850°C dan 900°C waktu tahan 90 menit dan temperatur austemper 350°C, 375°C dan 400°C waktu tahan 120 menit. Kemudian dibandingkan antara kondisi saat as-Cilsi dengan setelah mengalami perlakuan panas austemper. Dari hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan sifat mekanis kekuatan tank untuk komposisi tanpa paduan antara (67-76)% dan kekerasan (40-54)%, sedangkan regangan mengalami penurunan (43-57)%. Pada komposisi paduan kekuatan tank meningkat (88-92)%, kekerasan (37-44)%, sedangkan regangan mengalami penurunan (I40-175)%. Dengan meningkatnya temperatur austenisasi, ketahanan impak akan meningkat (17)% pada komposisi paduan dull menurun (6)% pada komposisi tanpa paduan. ...... Austempered Ductile Iron know as ADI is ductile iron which has been austempered heat treated. The porpuse of the heat treated is to increase mechanical characteristics of ductile iron. In this research, additional alloyed factor of 0.25% Mo and 1% Ni towards the ductile iron, then austempered heat treated at G composition (non alloyed), at the austenitising temperature of 850°C and 900°C retained 60 minutes .ind austempering temperature of 350°C3375°C and 400°C retained 30 minutes. For C composition (alloyed) on the austenitising temperature 850°C and 900°C retained 90 minutes and austemepring temperature 350°C, 375°C and 400°C retained 120 minutes. The next step, comparing the as-cast to the after-austempering heat treated condition. The result of research found that the increasing mechanical characteristics of tensile strength for non alloyed composition between (67-76)% and the hardness (40-54)%, while the elongation has decreased (43-57)%. At the alloyed composition, the strength of tensile increased (88-92)%, the hardness (37-44)%, lute the elongation has decreased (140-175)%. When the austenitising temperature in cases, the impact strength will increase (17)% at the alloyed composition, decrease (6)% at the non-alloyed composition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T16732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanto Joshua
Abstrak :
Besi tuang nodular memiliki pengaruh besar pada komponen mesin seperti poros engkol (crankshaft) karena sifat-sifat yang dimilikinya yaitu tahan gesekan, tahan temperatur tinggi, dan juga memiliki elongasi yang tinggi. Pada umumnya, pembuatan besi tuang nodular menggunakan metode sandwich seperti yang digunakan pada penelitian ini. Grafit yang dimiliki oleh besi tuang nodular berbentuk bulat karena adanya penambahan unsur Magnesium dengan jumlah yang telah ditentukan. Sama seperti Magnesium, unsur Lantanum dan Yttrium juga dapat berperan sebagai noduliser. Oleh karena itu, penelitian kali ini akan menggunakan unsur Lantanum dan Yttrium sebagai noduliser dan pengecoran akan dilakukan dengan metode sandwich. Hasil penelitian akan diamati menggunakan mikroskop optik (Zeiss Primotech) untuk melihat morfologi grafit yang terbentuk. Setelah diperoleh sampel dari hasil pengecoran, dilakukan analisa menggunakan software ImageJ. Didapatkan hasil morfologi grafit dengan pengaruh yang signifikan pada penambahan Yttrium (Y) dengan nilai noduaritas sebesar 46,23% dengan jumlah Yttrium (Y) yang diberikan yaitu 0,2%, sedangkan pada penambahan Lantanum (La) pengaruh yang diberikan sangat kecil dengan nilai nodularitas tertingginya sebesar 23,16%. Dilakukan juga pengukuran rata-rata luas area dan diameter grafit untuk mengetahui adanya pengaruh pada penambahan Lantanum dan Yttrium. ......Nodular cast iron has a major influence on engine components such as the crankshaft because of its characteristics, which is friction resistance, high temperature resistance, and high elongation. In general, the manufacture of nodular cast iron uses the sandwich method. The graphite of nodular cast iron is spheroidal due to the addition of the element Magnesium in a predetermined amount. Just like Magnesium, Lanthanum and Yttrium elements can also act as nodulisers. Therefore, this research will use Lanthanum and Yttrium elements as nodulisers and the casting will be using the sandwich method. The results of the research will be observed using an optical microscope (Zeiss Primotech) to see the morphology of the graphite form. After obtaining the sample from the casting, it was analyzed using ImageJ software. Graphite morphology results were obtained with a significant effect on the addition of Yttrium (Y) with a nodularity value of 46.23% with the amount of Yttrium (Y) given was 0.2%, while the addition of Lanthanum (La) has very small effect with highest nodularity was 23.16%. Measurements of the average area and diameter of graphite were also carried out to determine the effect on the addition of Lanthanum and Yttrium.
Depok: Fakultas Teknik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitopu, Ronaldo Agus
Abstrak :
Besi tuang kelabu banyak digunakan pada komponen-komponen otomotif, sehingga perkembangan industri-industri bidang ini berkemban dengan pesat Besi tuang I-celabu ini masih banyak diproduksi karena murah dan mudah serta keunggulan-keunggulan Iain yang dimilikinya. Kekerasan yang tinggi pada komponen tertentu yang memerlukan ktahanan yang tinggi terhadap keausan dan sifat abrasif dapat diperoleh dengan memberikan perlakukan panas pengerasan yaitu dengan pencelupan cepat dengan menggunakan media pencelupan minyak (oli) dari suhu austenisasi dan dilanjutkan dengan penemperan. Parameter yang sangat berpngaruh dalam proses ini adaiah temperatur dan waktu tahan. Pada penelitian iniudilakukan pencelupan cepat menggunakan media minyak (oli) setelah proses pemanasan sampai temperatur pengerasan (austenisasi) 800°C, 85O°C dan 900°C dengan masing-masing temperatur tersebut diberikan waktu tahan selama 30 menit, 45 menit , 60 menit dan kemudian dilanjutkan proses penemperan pada temperatur 250 °C selama 60 menit. Dari hasil pengujian kekerasan memperlihatkan peningkamn nilai kekerasan sampel awal, dan diperoleh nilai kekerasan sebesar 505 BHN hasil proses pencelupan cepat dari temperatur pengerasan 900°C pada waktu tahan 60 menit, dan nilai kekerasan sebesar 438 BHN setelah dilakukan proses penemperan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizon Pahlevi
Abstrak :
Besi tuang nodular (BTN) merupakan besi tuang yang memiliki grafit berbentuk bulat, dimana dengan grafit yang berbentuk bulat ini besi tuang nodular mempunyai sifat mekanis, kekuatan tarik dan regangan tinggi. Untuk memperoleh sifat mekanis yang lebih baik, pada besi tuang nodular ini dilakukan proses perlakuan panas austemper sehingga dihasilkan austemper ductille iron (ADI) yang memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan besi tuang lain dalam hal sifat mekanisnya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sehat Maulana
Abstrak :
Besi tuang nodular telah banyak digunakan sebagai komponen mesin seperti : poros engkol, propeler, gir dan sebagainya. Besi tuang ini memiliki sifat mekanis yang dapat diandalkan yaitu kombinasi kekuayan tank dan keuletannya sehingga banyak dipakai sebagai pengganti baja dengan biaya produksi yang lebih murah. Disamping itu, untuk mendapatkan sifat mekanis yang diinginkan pada besi tuang nodular dapat dilakukan proses perlakuan panas yang salah salunya yaitu proses Austemper. Hasil dari proses ini disebut Ausrempered Duclile Iron (ADI). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses austemper meliputi komposisi kimia besi, waktu tahan dan temperatur austenisasi, Serta waktu tahan dan temperatur austemper Pada penelitian ini dilakukan proses austemper untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap peningkatan sifat mekanis dari besi tuang nodular yang nodularitasnya sekitar 30 %. Tahap pertama dilakukan austenisasi dimana sampel dipanaskan sampai temperatur 850°C ditahan selama 30 menit untulc mendapatkan matriks austenit yang seragam kemudian ditransformasikan menjadi bainit melalui tahap austemper yaitu pendinginan dari ternperatur austenisasi sampai temperatur terbentuknya matriks bainit yaitu 275°C, 325°C, 375°C, 425°C, 4’75°C dan ditahan selama jangka waktu 30 menit. Hasil penelitian dapat diketahui setelah dilakukan pengujian kekuatan tarik dan kekerasan sena pengamatan struktur mikro. Secara umum kekuatan tarik dan kekerasan hasil proses austemper meningkat jika dibandingkan hasil as-cast. Peningkatan sifat mekanis ini paling tinggi terjadi pada temperatur terbentuknya bainit bawah, 275°C dan 325°C yang diiringi dengan penurunan regangan atau elongasi sedangkan pada temperatur diatasnya terjadi peningkatan elongasi. Perubahan si Fat mekanis ini dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dengan kombinasi kuat tarik, kekerasan dan regangan yang optimium telj adi pada temperatur austemper 275°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Ardiantomo
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan produk besi-baja khususnya besi tuang dunia terus meningkat. Karbon sebagai elemen terpenting dalam besi tuang memegang peranan penting dalam mengatur kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap keausan, fluiditas, serta ketangguhan. Untuk meningkatkan kadar karbon yang sesuai dengan keinginan, maka perlu ditambahkan suatu agen yang dikenal karburizer. Di Indonesia, karburizer yang digunakan untuk meningkatkan kadar karbon masih menggunakan produk impor yang harganya relatif mahal. Sementara itu dari cracking crude oil industri pengolahan minyak, terdapat hasil sampingan berupa powder dengan kadar C-95. Oleh karena hasil sampingan tersebut mengandung karbon cukup tinggi, maka dengan penanganan yang baik, tentu dapat digunakan sebagai karburizer.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan variasi temperatur serta variasi metode dengan asumsi waktu difusi karbon selama 5 menit. Metode yang digunakan yaitu : 1. Penaburan karburizer di atas besi cair, 2. ½ besi cair dituangkan ke dalam ladle, kemudian karburizer dimasukkan ke dapur, 3, Seluruh besi cair dituangkan ke dalam ladle dikembalikan kedalam dapur. Variasi temperatur perlakuan yang digunakan yaitu 1400º C, 1450º C, dan 1500º C. Dari dua variabel perlakuan akan didapat 3X3=9 kombinasi perlakuan. Sampel yang didapat kemudian dilakukan uji komposisi dengan spektrometer dan hasilnya dianalisa dengan membuat beberapa grafik perlakuan.

Penelitian menunjukkan bahwa pada temperatur 1400º C metode pemasukan karburiser yang paling baik adalah dengan menggunakan metode 1. Pada temperatur 1450º C, metode pemasukan karburiser yang paling baik adalah metode 1 dan pada 1500º C metode pemasukan karburiser yang paling baik adalah dengan menggunakan metode 3. Metode I pada temperatur 1400º C merupakan temperatur yang cocok, mengingat pada temperatur ini karbon yang terbakar sedikit. Pemasukan karburiser dengan menggunakan metode 2 terlihat hasil yang dicapai kurang memuaskan, disebabkan terutama oleh efek difusi turbulensi yang menyebabkan transfer ion dan oksigen berjalan cepat. Pemasukan menggunakan metode 3 merupakan metode pemasukan yang terbaik. Metode ini dapat digunakan pada temperatur yang tinggi yaitu 1500ºC, dimana efek stiring dan difusi fluktuasi sangat berperan pada metode ini. Namun demikian penelitian awal ini belum dapat menunjukkan efisiensi dari karburiser, dikarenkan kurangnya beberapa variasi percobaan. Sebagai saran sebaiknya pada penelitian lanjutan penambahan karbon dilakukan secara bertahap, dengan penambahan variasi waktu difusi, serta komposisi material awal yang sama.
2001
S41594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriati Djaprie
Abstrak :
ABSTRAK
Besi tuang nodular (BTN) adalah salah satu jenis besi tuang, dan merupakan bahan baku teknik yang memiliki potensial untuk dikembangkan penggunaannya di dalam negeri. Sesuai dengan tujuan pemakaian, BTN harus memiliki karakteristik mudah diproses, mudah diolah dalam permesinan, memiliki sifat mekanik mencakup kekuatan tarik, keuletan, ketangguhan, ketahanan aus, ketahanan fatik, yang baik.

Untuk meningkatkan sifat mekanik BTN tersebut, dapat dilakukan usaha perlakuan panas austemper.

Sifat mekanik yang didapatkan melalui austemper tergantung pada variabel proses metalurgi tersebut, termasuk temperatur dan waktu austenitisasi, serta temperatur dan waktu austemper. Efek dari variabel metalurgi terhadap struktur dan sifat mekanik dibahas dalam penelitian ini.
Depok: Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>