Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Lerman
Abstrak :
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk di mana masyarakatnya terdiri dari bermacam-macam suku, agama, budaya, ras, dan golongan. Oleh sebab itu, interaksi antarbudaya dan antar agama adalah realitas sosial yang tidak dapat dihindari dalam masyarakat Interaksi dan komunikasi antar umat beragama yang tidak dikelola secara baik dapat menggangu kerukunan dan keharmonisan bahkan dapat menimbulkan konflik horizontal antar umat beragama tersebut. Secara teoritis maka stereotip, prasangka dan etnosentrisme dipandang sebagai "potential problem" dalam komunikasi antarbudaya apabila stereotip, prasangka dan etnosentrisme tersebut berdimensi negatif maka sangat berpotensi untuk mengganggu komunikasi dan interaksi kelompok budaya yang berbeda-beda. Dalam tesis ini penulis meneliti stereotip, prasangka dan etnosentrisme yang terjadi pada Etnis Betawi Kampung Sawah baik yang beragama Islam maupun beragama Katolik. Dengan menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan komunikasi antarbudaya, penulis menjelajahi realitas stereotip, prasangka dan etnosentrisme maupun "communicative style" kedua kelompok agama yang berbeda tersebut dalam interaksi mereka sehari-hari. Beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran stereotip, prasangka dan etnosentrisme Etnis Betawi Kampung Sawah baik yang beragama Islam maupun beragama Katolik dan sebaliknya, bagaimana penerimaan etnis Betawi yang memeluk agama Islam terhadap yang memeluk agama Katolik dalam kelompoknya dan sebaliknya, bagaimana gaya komunikasi antara kedua kelompok agama yang berbeda tersebut dalam interaksi mereka sehari-hari. Pandangan stereotip dan prasangka etnis Betawi yang memeluk agama Islam terhadap etnis Betawi beragama Katolik adalah baik dan positif. Mereka berpandangan bahwa etnis Betawi yang beragama Katolik sebagai orang yang suka menolong, ramah dan bersahabat. Demikian pula sebaliknya mengenai pandangan stereotip dan prasangka etnis Betawi yang memeluk agama Katolik terhadap etnis Betawi beragama Islam adalah positif. Mereka berpandangan bahwa saudara-saudaranya yang beragama Islam sebagai orang yang suka menolong juga, baik, toleran dan bersikap ramah. Sikap etnosentrisme etnis Betawi yang beragama Islam terhadap yang memeluk agama Katolik dan sebaliknya temyata juga berdimensi positif. Artinya dalam interaksi mereka tidak ditemukan kelompok (orang) yang mempunyai sikap yang menganggap hanya norma-norma, nilai-nilai agama, dan perilaku kelompoknya sendiri yang baik, sementara kelompok (orang lain) dilihat sebagai jelek, tidak benar dan tidak penting. Tema yang sering dibicarakan dalam interaksi dan komunikasi sehan-hari antara etnis Betawi yang beragama Islam dengan yang beragama Katolik ditandai dengan tegur sapa, obrolan santai, sampai pembicaraan yang serius misalnya masalah kesehatan, pekerjaan, dan masalah keluarga lainnya. Bentuk interaksi yang lebih disukai adalah a) Tegur sapa, basa-basi yang disertai dengan ekspresi wajah ketika bertemu dengan sababat, keluarga atau tetangga kapan dan dimana saja. b). Berbicara santai disertai tawa dan canda terutama pada obrolan yang melibatkan beberapa orang yang kebetulan berkumpul di suatu tempat misalnya pesta perkawinan, sunatan, di warung, dll. Tatacara berkomunikasi yang dipilih, sangat tergantung kepada; siapa yang diajak berkomunikasi? Apakali terpaut hubungan keluarga, pertemanan atau pekerjaan dengannya? Dan di mana komunikasi tersebut dilangsungkan? Cara memberi respon dalam berinteraksi adalah suka berbicara dan tepat tanggap dengan ungkapan khas Betawi Kampung Sawah dengan nada ceplos-ceplos penuh dengan canda dan tawa, walau kadang-kadang respons yang diberikan tidak tepat atau tidak sesuai dengan konteks pembicaraan. Penyikapan diri pada umumnya gampang atau mudah mengungkapkan dirinya; siapa sebenarnya mereka, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka harapkan, dll. Empathy dalam berinteraksi ditunjukkan dengan keterlibatan penuh keduanya dalam berkomunikasi dan dalam menghayati kebersamaan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan empathy di antara mereka tampak jelas dalam moment-moment kebersamaan, misalnya dalam ucapara pernikahan, sunatan, kematian, dll. Sebagai ungkapan rasa empathy dalam kesederhanaan di kondisi keterbatasan masing-masing datang membawa apa yang mereka miliki, seperti beras, hewan piaraan, sedikit uang dan bentuk-bentuk lain sebagai tanda keterlibatan mereka, sebagai ungkapan rasa empathy diantara mereka dalam mempererat kerukunan dan keharmonisan satu sama lain. Dalam komunikasi antar budaya dan antar agama, pemahaman yang baik mengenai stereotip, prasangka dan etnosentrisme serta gaya komunikasi akan sangat membantu pihak-pihak yang melakukan interaksi sehingga dapat mengontrol sebagai pelaku komunikasi yang terampil dan kompeten dalam berkomunikasi antarbudaya. Stereotip, prasangka dan etnosentrisme dengan arah (direction) yang positif akan menjadi faktor penting untuk menciptakan iklun komunikasi yang baik dalam memperlancar komunikasi kedua belah pihak, karena masing-masing akan lebih mudah menerima perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikannya sebagai hal yang saling melengkapi bagi kebaikan bersama.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rury Uswatun Hasanah
Abstrak :
Skripsi ini membahas refleksi film Si Doel Anak Betawi dan Si Doel Anak Modern karya Sjumandjaya mengenai kehidupan orang Betawi pada masa kolonial Belanda dan pemerintah Orde Baru. Kedua film ini mengangkat aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik dalam menggambarkan perubahan sosio-kultural orang Betawi berdasarkan pengalaman pribadi Sjuman dan adaptasi novel Si Doel Anak Betawi. Sjuman melihat perubahan orang Betawi terjadi akibat kebijakan pemerintah dan gaya hidup orang Betawi. Oleh karena itu, skripsi ini menampilkan kritik Sjumandjaya dalam film Si Doel Anak Betawi dan Si Doel Anak Modern terhadap keadaan tersebut. ...... This study discussed about how Betawi's people live in Dutch colonial era and in New Order government through Si Doel Anak Betawi and Si Doel Anak Modern movie by Sjumandjaya. Both of these movies raised the social, economic, cultural, and political aspects in illustrating the socio-cultural changes of Betawi people by Sjuman's personal experience and novel adaptation of Si Doel Anak Betawi. Sjuman see changes occur as a result of government policy and the Betawi lifestyle. Therefore, this study shows Sjumandjaya's criticism in the film Si Doel Anak Betawi and Si Doel Anak Modern against the era.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library