Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumbantobing, Fredrik Bastem Hasudungan
"Sistem kesehatan bertujuan memberikan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pengobatan yang dapat membuat perbedaan besar pada kesehatan masyarakat. Dalam memperoleh layanan kesehatan tersebut, rumah tangga berisiko sering kali harus mengeluarkan pengeluaran tunai untuk mengakses layanan kesehatan. Jumlah pengeluaran kesehatan yang kecil dapat berakibat besar bagi rumah tangga yang miskin. Sebaliknya jumlah pengeluran kesehatan yang besar, mungkin mempunyai dampak yang kecil bagi rumah tangga yang kaya. Terlepas dari jumlah yang dikeluarkan pada kesehatan, setiap rumah tangga berisiko menderita biaya kesehatan katastropik dan dimiskinkan olehnya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan katastropik dan faktor yang paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik.
Metode yang digunakan adalah analisis univariat dan multivariate. Analisis multivariat menggunakan regresi IV Probit Endogen untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Pengetahuan atas fasilitas puskesmas digunakan sebagai instrumen variable karena berkorelasi dengan variabel endogen namun tidak berkorelasi dengan variable dependen.
Dari penelitian disimpulkan bahwa adanya kepemilikan asuransi (ASKES, ASKESKIN, JAMSOSTEK) merupakan faktor yang paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Rumah tangga yang tidak memiliki asuransi tersebut terbukti berisiko lebih besar menderita biaya kesehatan katastropik. Rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga dirawat inap, anggota rumah tangga cacat, dan anggota rumah tangga menderita penyakit kronis juga memberikan kontribusi risiko rumah tangga menderita biaya kesehatan katastropik.
Keputusan pemerintah untuk memberlakukan jaminan kesehatan merupakan keputusan yang paling. Terbukti bahwa rumah tangga yang dilindungi asuransi memiliki risiko terkecil menderita biaya kesehatan katastropik. Pemerintah didorong untuk melanjutkan kebijakannya memberlakukan jaminan kesehatan dan tetap mempertahankan rawat inap, kecacatan, dan penyakit kronis dalam paket manfaat untuk memperkecil kemungkinan rumah tangga menderita biaya kesehatan katastropik dan dimiskinkan olehnya.

The purpose of health system is to provide health services, disease prevention, and medication that can make great different to public health. In order to obtain such services, household frequently had to pay substantial amount of money in order to access health services. Such amount of money called out of pocket expenditure (OOP). Small amount of OOP could mean a great deal to poorer household, on the contrary, large amount of OOP could mean nothing to richer household. Set the the amount of OOP aside, each household is risky of suffering catastrophic health expenditure and therefore impoverished by it.
The purpose of this research is to know factors affecting catastrophic health expenditure and which factor affecting catastrophic health expenditure the most.
Method used is univariate and multivariate analysis. Multivariate analysis used is using Instrumental Variable Probit With Endogenous Treatment in order to know factors affecting and factor affecting the most catastrophic health expenditure. Knowledge for puskemas facility is used as instrumental variable due to its nature significantly correlated to endogenous variable but insignificantly correlated to outcome variable.
From this research, it is come to conclusion that Insurance Ownership (ASKES, ASKESKIN, JAMSOSTEK) is factor affecting catastrophic health expenditure the most. Household not holding such insurance is proven to be risky from suffering catastrophic health expenditure. Household having member using in patient services, having member with disabilities, and having member suffering chronic disease also contributing risk household suffering catastrophic health expenditure.
Government decision to enroll national health coverage is proofed to be wise decision. It is proven that household having insurance is protecting household from suffering catastrophic health expenditure. Government is encouraged to continue it?s policy in enrolling national health coverage and keeping in patient, disabilities, and chronic disease in the benefit package in order to prevent household suffering catastrophic health expenditure and impoverishment by it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden
"Dengan diselenggarakannya program JKN telah meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Begitupun halnya dengan utilisasi pelayanan kesehatan di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti utilisasi dan biaya RITL dan RJTL berdasarkan jenis kepesertaan. Sumber data berupa data XML utilisasi pelayanan yang diolah secara univariat menggunakan program SPPS dan Pivot Table (MS.Excel). Hasil dari penelitian ini, yakni utilisasi kesehatan kategori peserta Mandiri lebih tinggi, dan lebih sedikit pada kategori PPU. Saran penelitian perlu melakukan utilisasi secara rutin dengan menggunakan data yang lebih lengkap dan dianalisis berdasarkan jumlah peserta terdaftar pada bulan terkait.

The JKN's program was increasing in healthcare utilization. It's common in Depok, there's an enhancement access after JKN's program begun. This research aims to review the inpatient and outpatient?s utilization based on the participants segmentation to control the cost. Using XML data, which is processing by SPSS program and Pivot Table (MS. Excel). The result shows that utilization by Independepent Segment was higher than others, and the smallest utilization was by PPU Segment. It's needed to review the utilization regularly by using more complete data and analyze by participant numbers which is registered in every single month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Khairunnisa
"ABSTRAK
Dalam 30 tahun terakhir dunia menua dengan cepat, jumlah penduduk usia 70 tahun ke atas meningkat dengan sangat signifikan. Penyebab utama dari penuaan penduduk adalah menurunnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya angka harapan hidup, trend tersebut akan terus berlangsung hingga beberapa dekade berikutnya. Penuaan populasi yang tidak dapat terhindarkan tidak hanya akan meningkatkan angka ketergantungan, tapi juga diprediksikan akan membawa dampak penurunan kinerja pada perekonomian dan peningkatan beban pada pengeluaran negara terutama pada jaminan pensiun dan kesehatan, padahal mulai Tahun 2019 Indonesia akan melaksanakan universal health cooverage. Dengan berpedoman pada data tahun 2014 dan menggunakan beberapa asumsi diperoleh perhitungan bahwa pengeluaran biaya kesehatan akan terus meningkat hingga 5 kali lipat dari tahun 2019 dan terjadi pergeseran yang tadinya pengeluran biaya kesehatan terbesar pada tahun 2019 ada pada kelompok umur 45 ? 54 tahun menjadi kelompok umur 75 tahun ke atas di Tahun 2100. Jika dibandingkan dengan sisi penerimaannya, BPJS Kesehatan sebagai badan yang melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional akan terus mengalami defisit walaupun besaran iuran peserta dinaikkan. Surplus hanya akan didapatkan jika pemerintah dapat mendorong perekonomian yang menyebabkan menurunnya peserta Penerima Bantuan Iuran dan meningkatnya peserta dari sektor formal juga melaksanakan langkah-langkah preventif bidang kesehatan yang akan menurunkan angka kesakitan.

ABSTRACT
In the last 30 years the world is aging rapidly, the population aged 70 years and older increased very significantly. The primary cause of the aging population is the declining rate of population growth and increasing of life expectancy, the trend will continue through the next few decades. The ageing population which can not be avoided not only will increase the rate of dependency, but also predicted to bring a slowdown in the economy and increase the burden on state spending, especially on pensions and health insurance, whereas started year 2019 Indonesia will implement universal health cooverage. With reference to the data year 2014 and using some assumptions derived calculations that health care expenditure will continue to increase up to 5 times more than in 2019 and there was a shift on health care expenditure which in 2019 the biggest cost will be in the age group 45-54 years will become the age of group 75 and above in the year 2100. When compared with the income, BPJS Health as institution which implement the National Health Insurance Program will continue to have a deficit even though the amount of contributions of participants increased. Surplus will only be obtained if the government can stimulate the economy resulting in lower participants of PBI and increasing participants of the formal sector also carry out preventive health care policy that will reduce morbidity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T44803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugih Surjadi Wanasida
"Penelitian ini menganaHsis hubungan antara obesitas dan faktor-faktor Jain terhadap tingkat biaya kesehatan di Perusabaan Minyak dan Gas Bumi untuk mengetahui dampak finansial kualitatif yang perlu ditanggung perusabaau akibat pekerja yang obese. Penelitian menggunakan desain potong lintang pada 1450 obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder dari 3 aplikasi database yaitu aplikasi database klinik, health benefit dan human resources pada tahun 2006.
Dari 1450 obyek penelitian, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 46%. Obyek penelitian dengan obesitas (JMT ;:: 25) mempunyai risiko untuk teJjadi tingkat biaya kesebatan tinggi hampir 40% lebih tinggi dibandingkan dengan obyek penelitian dengan berat badan normal (OR~!,38 p~0,03 dan 95%CI~!,03- l,83). Peneliti menyaraakan agar perusahaan memperbaiki program kebugaran dan nutrisi pegawai agar dapat mengurangi prevalensi obesitas di lingkungan perusahaan.

This study is to analyze the association between obesity and other risk factors with level of health care cost in an Oil and Gas Company in order to estimate the financial burden to the company due to its obese employees. This study uses a cross sectional design with 1450 objects using 3 different database applications (medical, health benefit and human resources database) from 2006.
From total 1450 selected research objects, the result found a 46% prevalence rate of obesity. Objects within obese category (BMI ::: 25) has 40% higher risk in term of high level health care cost compared to those within normal body weight (OR=l,38 p=0,03 and 95%Cl=l,03-1,83). The researcher suggests that the company should improve their wellness and nutritional program to reduce the prevalence of employees with obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Maulana Sopian,author
"ABSTRACT
Tuberkulosis merupakan salah satu dari banyak penyakit dengan biaya kesehatan yang mahal baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Tuberkulosis menyebabkan peningkatan biaya kesehatan, kehilangan pendapatan, dan kehilangan produktifitas bagi pasien untuk bekerja. Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui perbandingan biaya kesehatan katastropik pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat di Jakarta Timur. Dari 159 subjek, diperoleh 97 61 subjek TB tanpa resistensi obat dan 62 39 subjek TB dengan resistensi obat. Dari uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna.

ABSTRACT
Tuberculosis is one of many diseases with a costly health care either for patients or families in general. Tuberculosis causes an increase in health care costs, loss of income, and productivity losses for patients to work. This study used an cross sectional analysis to compare catastrophic health expenditures in TB patients without drug resistance and in TB patients with drug resistance in East Jakarta. From a total of 159 subjects, obtained 97 subjects 61 suspected TB without drug resistance and 62 subjects 39 suspected TB with drug resistance. In Mann Whitney test, there was a significantly different."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rezaalka Helto
"Latar Belakang: malformasi arteri-vena (MAV) adalah struktur abnormal yang menyebabkan fistula antara arteri dan vena tanpa perantara kapiler. MAV serebral memiliki risiko ruptur yang tinggi, dimana keadaan ruptur dapat menyebabkan kondisi katastrofik bagi pasien. Terdapat berbagai modalitas penatalaksanaan dalam manajemen MAV, seperti reseksi, embolisasi endovaskular, pembedahan stereotaktik, atau kombinasi tindakan-tindakan tersebut. Penelitian mengenai MAV sudah banyak dilakukan di luar negeri, namun masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Tujuan: memperoleh data profil klinis, manajemen, luaran, dan gambaran pembiayaan pasien MAV serebral di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, serta memperoleh hubungan antara variabel tersebut.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan memperoleh data dari rekam medis pasien sejak tahun 2012 hingga 2021.
Hasil: sebanyak 128 tindakan dilakukan pada pasien MAV serebral di RSCM. Jenis tindakan terbanyak adalah DSA diagnostik, disusul dengan GKRS dan embolisasi. Pada tindakan embolisasi,  luaran klinis yang memiliki perbedaan signifikan atara pra dan pasca operasi adalah kejang, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran. Pada tindakan GKRS, luaran klinis yang memiliki perbedaan signifikan pra dan pasca operasi adalah kejang, nyeri kepala, mual muntah, penurunan kesadaran, hemiparesis, dan hemihipestesia. Median persentase obliterasi GKRS adalah 51,86%. Data tindakan reseksi tidak dianalisis karena jumlah sampel tidak mencukupi. Biaya tindakan paling tinggi adalah tindakan GKRS, dengan rerata pembiayaan tindakan sebesar Rp. 134.878.643,00.
Kesimpulan: dibandingkan dengan embolisasi dan reseksi, tindakan GKRS menunjukkan luaran klinis yang lebih baik dengan nilai median obliterasi 51,86%, namun merupakan tindakan dengan pembiayaan paling tinggi dan tidak ditanggung oleh asuransi negara.

Backgrounds: Arteriovenous malformation (AVM) is an abnormal structure that causes fistulas between arteries and veins without capillary intermediaries. Cerebral AVM has a high risk of rupture, where the state of rupture can cause catastrophic conditions for the patient. There are various treatment modalities in the management of AVM, such as resection, endovascular embolization, stereotactic surgery, or a combination of the treatments above. Many researches on AVM have been carried out abroad, but little has been done in Indonesia.
Objective: to obtain data on clinical profiles, management, outcomes, and costs of cerebral AVM patients at Dr. Cipto Mangunkusumo, and to obtain the relationship between the variables.
Method: this study is a descriptive observational study by extracting data from patient medical records from 2012 to 2021.
Results: a total of 128 procedures were performed on cerebral AVM patients at RSCM. The most common type of procedure was diagnostic DSA, followed by GKRS and embolization. In the embolization procedure, the clinical outcomes that had a significant difference between pre and post-procedure were seizures, headache, and decreased consciousness. In the GKRS procedure, the clinical outcomes that had significant differences before and after the procedure were seizures, headache, nausea and vomiting, decreased consciousness, hemiparesis, and hemihypesthesia. The median percentage of GKRS obliteration was 51.86%. Resection data were not analyzed because the number of samples was insufficient. The highest cost of procedure is GKRS, with an average cost of action of Rp. 134,878,643.00.
Conclusion: compared to embolization and resection, the GKRS procedure showed a better clinical outcome with a median obliteration value of 51.86%, but it was the procedure with the highest cost and was not covered by national health coverage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Kusumaningrum
"Penelitian ini membahas tentang peran Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pengeluaran biaya kesehatan tunai katastropik penduduk lanjut usia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan data sekunder Susenas Kor Tahun 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya peran Jaminan Kesehatan Nasional terhadap penurunan risiko pengeluaran biaya kesehatan tunai katastropik, diketahuinya proporsi kejadian pengeluaran biaya kesehatan tunai katastropik, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan pengeluaran biaya kesehatan tunai katastropik pada penduduk lansia di Provinsi DI Yogyakarta. Unit analisis penelitian ini adalah individu lansia dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 806 orang. Analisis multivariat pada data dilakukan dengan pendekatan model regresi binary choice model dengan model Logit.
Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi kejadian pengeluaran biaya kesehatan tunai katastropik sebesar 4,34% di antara penduduk lansia di Provinsi DI Yogyakarta. Faktor-faktor yang secara statistik berhubungan signifikan dengan pengeluaran biaya kesehatan tunai katastropik meliputi pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, pemanfaatan JKN, dan utilisasi rawat inap. Hasil penelitian ini juga mendapatkan bahwa Jaminan Kesehatan Nasional berperan menurunkan risiko kejadian pengeluaran kejadian katastropik sebesar 0,2 kali lebih rendah bagi penduduk lansia yang memanfaatkannya pada layanan kesehatan.

This study discusses the role of the National Health Insurance against catastrophic out of pocket health expenditures among the elderly in The Special Region of Yogyakarta using 2018 Core Susenas secondary data. The study intends to examine the proportion of catastrophic out of pocket health expenditure, analyze the factors related to catastrophic out of pocket health expenditure in the elderly population, as well as assess the role of the national health insurance in the special region of Yogyakarta. The unit of analysis of this study were elderly individuals who met the inclusion and exclusion criteria, with a total sample of 806 people. Multivariate analysis of the data was carried out using the binary choice model regression approach with the Logit model.
The results showed that the proportion of catastrophic out of pocket health expenditure was 4.34% among the elderly population in The Special Region of Yogyakarta, a proportion that is still considered managable. Catastrophic out of pocket health expenditures indicated a statistically significant correlation with education, number of household members, JKN utilization, health complaints, and utilization of inpatient care. Moreover, National Health Insurance played a role in reducing the risk of catastrophic events resulting in 0.2 times lower occurance for elderly residents who use them in health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Aprilia Kurniawati
"Guncangan kesehatan berupa gangguan penyakit kronis memiliki pengaruh tidak hanya kepada penderitanya namun juga anggota rumah tangga lainnya termasuk kemungkinan keterlibatan anak untuk bekerja. Mayoritas penyakit kronis menimbulkan morbiditas, mortalitas serta biaya kesehatan yang tinggi (penyakit katastropik). Penelitian ini bertujuan untuk menganalis hubungan penyakit kronis anggota rumah tangga terhadap jam kerja anak di Indonesia dengan menggunakan data IFLS-5 2014. Dengan menggunakan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS), hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga yang menderita penyakit kronis serta biaya kesehatan katastropik rumah tangga dengan jam kerja anak. Selain itu, tidak ada hubungan adanya finansial katastropik dan jaminan kesehatan dalam rumah tangga terhadap jam kerja anak. Variabel bebas kontrol yaitu umur anak, jenis kelamin anak, partisipasi sekolah anak, lapangan pekerjaan kepala rumah tangga, tempat tinggal dan jumlah anggota rumah tangga mampu menjelaskan hubungannya dengan jam kerja anak.

Health shocks in the from of chronic disease disorders have an effect not only on the sufferer but also on other household members including the possibility of children's involvement in work. The majority of chronic diseases cause morbidity, mortality and high health costs (catastrophic disease). This study aims to analyze the relationship between chronic disease of household members and working hours of children in Indonesia using IFLS-5 2014 data. By using the Ordinary Least Square (OLS) estimation method, the results of this study can be concluded that there is no relationship between the number of household members who suffer from chronic diseases and catastrophic health expenditure for households with working hours of children. The independent control variables consist of the age of the child, the sex of the child, the child's school participation, the employment of the head of the household, the place of residence and the number of household members were able to explain the relationship with the working hours of children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Silfi Pauline
"ABSTRAK
Latar Belakang: Hiponatremia ditemukan pada 15-20 admisi rumah sakit. Hiponatremia berhubungan dengan adverse outcome pada pasien gagal jantung. Penggunaan akuaretik dipertimbangkan untuk tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung. Adverse outcomes akibat hiponatremia berdampak terhadap pembiayaan, dan merupakan target potensial untuk intervensi. Studi ini bertujuan menilai efektivitas klinis tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung serta menganalisis biaya medis antar metode tatalaksana. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien dengan gagal jantung dekompensasi akut dengan hiponatremia pada Januari 2014 ndash; Mei 2017. Hasil Penelitian: Total subjek 128 pasien, dengan 71 55.5 subjek mendapatkan terapi konvensional ditambah antagonis reseptor AVP. Terdapat perbedaan bermakna p = 0.041 kenaikan natrium median kelompok antagonis reseptor AVP 4 -8 ndash; 26 dan tanpa antagonis reseptor AVP 3 -16 ndash; 16 , dan perbedaan bermakna p < 0.0001 lama masa rawat median 10.50 3-40 hari pada kelompok antagonis reseptor AVP dan 6 3-71 hari pada kelompok tanpa antagonis reseptor AVP . Analisis biaya parsial tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada biaya rerata harian antar kedua kelompok. Kesimpulan: Terdapat perbedaan kenaikan kadar natrium darah di hari ketiga pengobatan dan lama masa rawat antar metode tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung dekompensasi akut. Tidak terdapat perbedaan biaya bermakna antar metode tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung dekompensasi akut.

ABSTRACT
Background Hyponatremia is found in 15 20 of hospital admissions and is associated with adverse outcomes in heart failure, where aquaretics may be considered in its management. Adverse outcomes due to hyponatremia affects funding, and is a potential target for intervention to decrease expenses. We aim to evaluate the clinical effectiveness of hyponatremia treatment methods in heart failure and analyze medical costs between them. Method This is a cross sectional study among acute decompensated heart failure patients with hyponatremia in NCCHK from January 2014 until May 2017. Result 128 subjects were analyzed, with 71 55.5 subjects receiving conventional therapy and AVP receptor antagonist and 57 44.5 receiving conventional therapy only. There was a significant difference in sodium increase 4 8 ndash 26 in AVP receptor antagonist patients and 3 16 ndash 16 in those without, p 0.041 , and in length of stay 10.50 3 40 days in AVP receptor antagonist patients and 6 3 71 in those without, p 0.0001 . Cost analysis showed no significant difference in average daily cost. Conclusion There is a significant difference in sodium increase after three days of therapy and in length of stay. There is no significant cost difference with the addition of AVP receptor antagonist."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library