Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juan, Tjiu Sion
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Jus jeruk jika diminum bersama obat-obat tertentu dapat menurunkan bioavailabilitas obat-obat tersebut secara drastis karena jus jeruk merupakan penghambat poten organic anion transporter polypeptide (OATP), yakni uptake/influx transporter yang terdapat di brush border sel usus, dan obat-obat tersebut merupakan substrat dari OATP. Eritromisin merupakan substrat dan penghambat Pglycoprotein (P-gp), yakni efflux transporter yang juga terdapat di brush - border sel usus. Terdapat tumpang tindih yang cukup ekstensif antara substrat dan penghambat OATP dan P-gp. Eritromisin seringkali digunakan untuk pengobatan infeksi saluran napas, dan pasien yang menderita infeksi ini juga sering minum jus jeruk untuk tambahan vitamin C dan untuk rasa segar. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jeruk siam bersama eritromisin pada farmakokinetik eritromisin. Penelitian ini merupakan studi menyilang dua kali pada 13 sukarelawan sehat. Eritromisin dosis tunggal diminum bersama air dan bersama jus jeruk dengan urutan acak selang 2 minggu. Sampel darah diambil pada jam-jam tertentu sampai dengan 9 jam dan kadar eritromisin dalam serum diukur secara mikrobiologis. Parameter bioavailabilitas yang dinilai adalah AUC0_, (area di bawah kurva kadar eritromisin terhadap waktu dari jam 0 sampai "'), Cmax (kadar puncak eritromisin dalam darah) dan tmax (waktu untuk mencapai Cmax). Ke-3 parameter tersebut dibandingkan antara eritromisin yang diminum dengan air dan yang diminum dengan jus jeruk. Hasil dan kesimpulan: Bioavailabilitas (AUCo-"' jam) tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam berkisar antara 9.6°/o sampai 189.3% dengan rata-rata 81.2% dibandingkan jika tablet eritromisin tersebut diminum bersama air. Berdasarkan kriteria bioekivalensi jus jeruk siam dinyatakan tidak mempengaruhi bioavailabilitas eritromisin dengan bioavailabilitas eritromisin dengan jus jeruk berkisar antara 80-125% dibandingkan dengan bioavailabilitas yang diminum bersama air. Dari 13 subyek penelitian ini, jus jeruk siam tidak mempengaruhi bioavailabilitas eritromisin pada 3 orang subyek. Jus jeruk siam menurunkan bioavailabilitas eritromisin pada 7 subyek dan meningkatkan bioavailabilitas eritromisin pada 3 subyek. Kadar maksimal eritromisin dalam serum (Cmax) dari tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam berkisar antara 30.0°/o sampai 206.1% dengan rata-rata 93.6% dibandingkan dengan Cmax dari tablet eritromisin yang diminum bersama air. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jus jeruk siam tidak mempengaruhi Cmax eritromisin (p = 0.173). Waktu untuk mencapai kadar maksimal eritromisin dalam serum (tmax) dari tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam memanjang dibandingkan dengan tmax dari tablet eritromisin tersebut diminum bersama air (rata-rata 2.04 dan 1.69 jam), tetapi tidak bermakna secara statistik. Waktu paruh eliminasi (t112) dari tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam sedikit memendek dibandingkan dengan t112 daii tablet eritromisin yang diminum bersama air (rata-rata 1.63 dan 1.73 jam), tetapi tidak bermakna secara statistik. Penurunan AUC dan Cmax eritromisin bersama jus jeruk siam dapat terjadi akibat hambatan OATP. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa eritromisin adalah ~ubstrat dari OATP dan transporter ini dihambat oleh jus jeruk siam. S~byek yang mengalami penurunan AUC dan Cmax mungkin mempuMyai transporter OATP yang dominan atau yang lebih peka terhadap hambatan oleh jus jeruk siam. Peningkatan AUC dan Cmax eritromisin bersama jus jeruk siam dapat terjadi akibat hambatan CYP3A4 dan/atau P-gp, tetapi tampaknya bukan akibat hambatan CYP3A4 karena jeruk siam tidak mengandung furanokumarin dihidroksibergamotin maupun flavonoid naringin dan naringenin yang menghambat aktivitas metabolik CYP3A4. Subyek yang mengalami peningkatan AUC dan Cmax mungkin mempunyai transporter P-gp yang dominan atau yang lebih peka terhadap hambatan oleh jus jeruk siam. Pada beberapa subyek dengan bioavailabilitas yang tidak berubah mungkin disebabkan oleh ekspresi transporter OATP dan P-gp yang seimbang. Pada 12 subyek terjadi penurunan kecepatan absorpsi.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopja Atni Radjlin
Abstrak :
Pencemaran logam berat pada air sungai memberikan dampak kontaminasi pada tanah pertanian yang menggunakan sistem irigasi. Dalam menentukan logam berat dalam tanah, dapat dilakukan dengan pemisahan logam berat dari tanah dengan metode ekstraksi bertingkat, dimana untuk logam Zn dan Ni paling besar konsentrasinya pada fraksi yang terikat dengan Fe/Mn (fraksi 3). Pada penelitian ini, digunakan perangkat DGT untuk pengukuran spesi Logam berat Ni dan Zn dengan resin chelex-100 sebagai gel pengikat dan modifikasi kitosan dan poli(asam)akrilat sebagai pembanding. Didapatkan bahwa kitosan-PAA memiliki kemampuan yang hampir sama Chelex-100 dalam pengikatan logam Zn dan Ni. Semakin besar kosentrasi logam yang di spike, semakin besar pula logam tersebut terjerap di tanaman dan DGT. Korelasi antara bioavailabilitas logam berat di tanaman dan DGT dilihat dari nilai R, dimana korelasi logam Zn lebih besar dari pada Ni, baik untuk binding gel Chelex-100 maupun Kitosan-PAA. R logam Zn 0.86 dan 0.87 dan Ni sebesar 0.65 dan 0.64 berturut-turut untuk Chelex-100 dan Kitosan-PAA. ......Heavy metal pollution in river water has a contaminating impact on agricultural land that uses irrigation systems. In determining heavy metals in the soil, it can be done by separating heavy metals from the soil with a sequential extraction method, where Zn and Ni metals have the greatest concentration in the fraction bound to Fe / Mn (fraction 3). In this study, DGT was used for the measurement of heavy metal species Ni and Zn with chelex-100 resin as a binding gel and modified chitosan and poly (acid) acrylic as a comparison. It was found that chitosan-PAA has almost the same ability as Chelex-100 in binding Zn and Ni metals. The greater the metal concentration in the spike, the greater the metal is absorbed in plants and DGT. The correlation between the bioavailability of heavy metals in plants and DGT was seen from the R value, where the correlation of Zn metal was greater than that of Ni, both for Chelex-100 and Chitosan-PAA binding gel. R metal Zn 0.86 and 0.87 and Ni of 0.65 and 0.64 for Chelex-100 and Chitosan-PAA, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Amin
Abstrak :
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa beberapa obat yang mengandung bahan aktif yang sama dan dengan kuantitas yang sama, kemungkinan memberikan ef ektif itas yang berbeda. Hal ini mendorong para peneliti.untuk monemukan suatu metoda yang dapat dipakai untuk memonitor kwalitas obat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yofi Alifa
Abstrak :

Kurkumin adalah metabolit sekunder hasil isolasi dari tanaman Curcuma longa Linn. Kurkumin memiliki manfaat sebagai antikanker, antiinflamasi, antioksidan, antiproliferatif, antibakteri, antivirus, pewarna alami, dan bumbu masakan. Namun, manfaat yang dimiliki oleh kurkumin, khususnya dalam bidang medis tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan yang dimilikinya. Kurkumin memiliki sifat fisikokimia yang buruk, yaitu kelarutan yang buruk dalam air, stabilitas yang buruk, dan bioavailabilitas yang rendah. Pembentukan kompleks inklusi suatu senyawa dengan siklodekstrin dan turunannya mampu memperbaiki sifat fisika dan kimia dari senyawa yang akan diinklusi tersebut. Berdasarkan literatur, pembentukan kompleks inklusi kurkumin dengan siklodekstrin dan turunannya mampu meningkatkan kelarutan, stabilitas, dan bioavailabilitas dari kurkumin. Skripsi ini merupakan artikel review berisi tentang kompleks inklusi kurkumin dengan siklodekstrin dan turunannya dalam berbagai metode pembuatan, serta karakterisasi kompleks yang pernah dilakukan oleh para peneliti.

 


Curcumin is a secondary metabolite isolated from the Curcuma longa Linn. Curcumin has properties as an anticancer, anti-inflammatory, antioxidant, antiproliferative, antibacterial, antiviral, natural coloring, and cooking spices. However, the properties possessed by curcumin cannot be utilized optimally because of its limitations. Curcumin has poor physicochemical properties, such as poor solubility in water, poor stability, and low bioavailability. The formation of this inclusion complex of a compound with cyclodextrin and its derivatives can improve the physical and chemical properties of the inclusion compound. Based on the literature, the structure of curcumin inclusion complexes with cyclodextrin and their derivatives can increase solubility, stability, and bioavailability of curcumin. This review article contains the complex of curcumin with cyclodextrins and their derivatives in various manufacturing methods, as well as complex characterizations that researchers have carried out.

 

Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askal Maimulyanti
Abstrak :
Fosfor (P) adalah salah satu nutrien utama penyebab eutrofikasi di perairan yang dapat menimbulkan terjadinya blooming alga. Eutrofikasi dapat terjadi karena proses pelepasan senyawa fosfat dari sedimen yang dapat meningkatkan konsentrasi fosfat dalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji interaksi antara sedimen dan air pada proses pelepasan fosfat dan penyerapan oleh alga Oscillatoria sp dengan teknik diffusive gradient in thin film (DGT). Teknik DGT menggunakan ferrihidrit sebagai binding gel untuk penentuan fosfat dengan efisiensi penyerapan sebesar 98,17% pada inkubasi selama 24 jam. Respon unit DGT terhadap akumulasi fosfat pada rentang konsentrasi 0-1,0 mg/L memberikan korelasi linier (R2=0,9792). Teknik DGT memberikan respon pada rentang pH 2 -10 untuk spesi fosfat H2PO4 -, HPO4 2- dan PO4 3-. Penelitian ini menggunakan sedimen laut Teluk Jakarta pada 6 titik stasiun. Fraksinasi fosfat dalam sedimen diperoleh fraksi H2O-P (0,27-0,76 μg/g), NH4Cl-P (0,54-2,27 μg/g), NaHCO3-P (3,53-9,69 μg/g), NaOH-P (1,63-11,23 μg/g) dan HCl-P (1,20-2,21 μg/g). Studi pelepasan fosfat dilakukan dengan variasi suhu, pH, agitasi, waktu kontak, salinitas dan kondisi oksigen. Suhu maksimum terjadinya pelepasan fosfat yaitu 35oC sebesar 99, 88 μg/L dan massa fosfat terakumulasi unit DGT sebesar 0,9876 μg. Rentang pH 5-10 menghasilkan konsentrasi fosfat yang lepas dari sedimen sebesar 59,33-100,16 μg/L dan MDGT sebesar 1,8331-2,9734 μg. Secara umum pengadukan tidak mempengaruhi pelepasan fosfat dari sedimen. Pelepasan fosfat maksimum terjadi pada salinitas dengan konsentrasi NaCl 30 g/L dengan inkubasi selama 15 hari diperoleh Clarutan sebesar 113,99 μg/L dan MDGT sebesar 4,7723 μg. Pengaruh kondisi aerasi menunjukkan pelepasan fosfat pada kondisi anoxic lebih besar dari kondisi oxic. Kondisi anoxic dengan inkubasi selama 21 hari menunjukkan pelepasan fosfat dari sedimen ke air sebesar 208,62 μg/L dan MDGT sebesar 6,1081 μg. Bioavailabilitas fosfat terhadap mikroalga Oscillatoria sp dipengaruhi oleh waktu inkubasi. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin banyak jumlah fosfat yang diserap. P-tersedia dalam medium dengan aerasi pada konsentrasi fosfat 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm sebesar 5,74, 11,52, 18,14, 23,12 dan 26,48 ppm. P-tersedia yang berasal dari sedimen diserap oleh alga Oscillatoria sp. Fraksi fosfat yang diserap tersebut menunjukkan fraksi NaOH-P ˃ NaHCO3-P ˃ H2O-P ˃ HCl-P ˃ NH4Cl-P. Teknik DGT dapat digunakan untuk memprediksi biovailabilitas fosfat terhadap alga Oscillatoria sp. Hubungan linier antara Palga dengan PDGT pada salinitas 0 g/L, 15 g/L dan 30 g/L diperoleh berturut-turut 0,9820 ; 0,9449 dan 0,9677. Pelacakan fosfat dengan isotop 32P menunjukkan terjadi penyerapan yang sangat cepat 32P oleh alga Oscillatoria sp setelah inkubasi selama 1 jam dengan % incorporation sebesar 99 %. ......Phosphorus (P) is one of the most nutrient contributors in aquatic eutrophication and causes the algae blooms. Sediment plays an important role in the overall phosphate released. Phosphate can be released from sediment and can give effect on phosphate concentration in overlying water. The objective of this research is to study the phosphate released from sediment and phosphate uptake in Oscillatoria sp algae using diffusive gradient in thin film (DGT) technique. DGT technique with ferryhidrite as binding gel showed the adsorption efficiency as 98,17% with incubation for 24 hours. The DGT device gave the range of phosphate concentration was 0.2-1.0 mg/L with linear correlation (R2=0,9649). The DGT technique can be used in the range of pH 2 -10 for the speciation of phosphate as H2PO4 -, HPO4 2-, and PO4 3-. This study use the marine sediment of Jakarta Bay. The research indicated the fractions of six stations were H2O-P (0.27-0.76 μg/g), NH4Cl-P (0.54-2.27 μg/g), NaHCO3-P (3.53-9.69 μg/g), NaOH-P (1.63-11.23 μg/g), and HCl-P (1.20-2.21 μg/g). The study of phosphate released from sediment including the effect of temperature, pH, agitation, salinity and oxygen concentration on phosphate concentration in the overlying water. The temperature maximum of phosphate released at 35oC with the concentration of phosphate was 99.88 μg/L and the accumulation of phosphate in DGT device was 0.9876 μg. The range of pH 5-10 resulted the phosphate released was 59.33-100.16 μg/L and MDGT range 1.8331-2.9734 μg. The agitation did not influence the phosphate released from sediment. Salinity with the concentration of 0-35 g/L showed the maximum of phosphate released at concentration of NaCl 30 g/L, for incubation of 15 days, Csolution was 113.99 μg/L andMDGT was 4.7723 μg/L. The effect of aeration condition showed the phosphate released in anoxic condition was higher than the oxic condition. The anoxic condition with incubation of 21 days showed of phosphate released at 208.62 μg/L, and MDGT 6.1081 μg. Bioavailability of phosphate in medium at phosphate concentrations of 10, 20, 30, 40, and 50 ppm were 5.74, 11.52, 18.14, 23.12, and 26.48 ppm, respectively. The available P from sediment was uptake by Oscillatoria sp algae.The phosphate fraction in sediment which uptake it shown the fraction of NaOH-P ˃ NaHCO3-P ˃ H2O-P ˃ HCl-P ˃ NH4Cl-P. The DGT technique is applied to predict the bioavailability of phosphate for algae uptake (Oscillatoria sp). The linear correlation between Palga and PDGT at salinity of 0 g/L, 15 g/L, and 30 g/L were 0.982, 0.9449, and 0.9677, respectively. The tracer of 32P radioisotope showed the uptake of 32P in Oscillatoria sp microalgae for 1 hour and it related to the fast uptake of Oscillatoria sp for phosphate in the solution with % incorporation was 99 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2540
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library