Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Karbaril tergolong insektisida yang berbahaya karena dapat
mempengaruhi kerja enzim asetilkolinesterase pada sistem saraf manusia,
yang berfungsi menghidrolisis asetilkolin. Oleh karenanya dilakukan isolasi
bakteri yang mampu mendegradasi karbaril (biodegradator) pada dua jenis
tanah yang tercemari karbaril (Kebun Raya Bogor dan persawahan Lampung)
dengan dua variasi medium minimal (MM). Isolat bakteri yang didapat
selanjutnya dimurnikan, diidentifikasi aktivitas degradasi karbarilnya, dan
dikarakterisasi sifat biokimianya. Semua isolat bakteri merupakan bakteri
gram negatif yang memberikan kemiripan dengan genus Haemophilus dan
Shigella. Isolat bakteri diaklimatisasi pada medium minimal cair dan diseleksi
menggunakan total plate count (TPC). Isolat bakteri yang menunjukkan
pertumbuhan paling cepat dan subur pada TPC kemudian diamati lebih teliti
kurva pertumbuhannya sampai tercapai fase stasioner. Berdasarkan kurva
pertumbuhan terlihat bahwa isolat bakteri A3 dan A5 memiliki fase stasioner
pada 10 jam, sedangkan isolat bakteri B3 dan BIV pada 22 - 24 jam. Aktivitas
degradasi karbaril paling baik ditunjukkan oleh isolat BIV (konsentrasi awal
karbaril = 1310,26 ppm sedangkan konsentrasi akhir karbaril = 416,75 ppm)."
Universitas Indonesia, 2007
S30663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Murniasih
"Dalam penelitian kami tentang studi availabilitas biodegradasi senyawa PAH oleh bakteri laut, secara garis besar dapat diketahui bahwa pada dasarnya lingkungan laut Indonesia yang tercemar minyak telah menyediakan bakteri pelaku remediasi secara alamiah. Hal ini terbukti dari data skrining yang dilakukan dari ke-empat titik lokasi sampling, (Pel. Tanjung Mas Semarang, Pel. Tanjung Priok, Kumai Kal Sel dan Balikpapan) hanya dari Tanjung Priok yang tidak didapatkan bakteri pendegradasi. Hal ini disebabkan oleh tidak sesuainya kondisi sampel dengan media pengkayaan. Uji biodegradasi fenantren, piren dan benzo[a]antrasen menunjukkan bahwa isolat bakteri terpilih dari Semarang SalP-4b21 dapat mendegradasi fenantren sebesar 100% sesudah 15 hari kultivasi dan piren sebesar 24,53% sesudah 29 hari kultivasi. Sedangkan isolat KalP-3b22 dari Kumai Kal. Sel. dapat mendegradasi benzo[a]antrasen sebesar 38,2% selama 57 hari dan mendegradasi fenantren sebesar 59,5% sesudah 29 hari kultivasi. Karakterisasi senyawa hasil konversi menggunakan GC-Mass dan Spektroskopi Infra Merah menunjukkan bahwa tahap awal benzo[a]antrasen terkonversi menjadi benzo[a]antrasen 7, 12 diol yang terdeteksi sesudah 22 hari kultivasi dan pada hari ke-50 terdeteksi adanya benzo[a]antrasen 7, 12 dion. Fenantren oleh isolat KalP-3b22 terdegradasi menjadi 1-naftalenol sesudah 29 hari kultivasi, sedangkan oleh isolate SalP- 4b21 menjadi senyawa fenol 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4 methyl. Jumlah produk konversi piren yang sangat kecil mengakibatkan sulitnya penentuan strukturnya. Karakterisasi 16S-rDNA isolate KalP-3b22 menunjukkan jenis Pseudomonas sp, sedangkan isolat SalP-4b21 adalah Sphingomonas sp.

In our investigation of bacteria that degrade PAH isolated from Indonesian coastal waters, basically we could conclude that some of Indonesian marine microbial isolated from oil contaminated areas were naturally available remediate the polluted areas. The screening data of this kind of bacteria from four sampling location (Tanjung Mas Semarang Port, Tanjung Priok Jakarta Port, Kumai Kal-Sel Port and Balikpapan Port) showed that almost in every site we could find PAH degrading bacteria. In case we didn? find the PAH degrading bacteria from Tanjung Priok Port was caused by unavailable physical condition sample with enrichment media. PAH Biodegradation test showed that the potent bacteria isolated from Semarang, SalP-4b21 degraded 100% phenanthrene after 15 days cultivation and 24,53% pyren after 29 days cultivation. The second potent bacteria isolated from Kumai Port (KalP-3b22) degraded 59,5% phenanthrene after 29 days cultivation and 38,2% benzo[a]anthracene after 57 days cultivation. Analysis of conversion product using GC-Mass and Infra Red Spectroscopy showed that in the beginning step, benzo[a]anthracene convert to benzo[a]anthracene 7,12 diol, this compound was detected after 22 days cultivation in KalP-3b22 and after 50 days cultivation this compound was converted to benzo[a]anthracene 7, 12 dion. In KalP-3b22 culture, phenantrene was converted to 1-naphtalenol after 29 days."
2007
T40082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma
"Bioremediasi merupakan bagian dari bioteknologi lingjcungan yang memaufaatkan proses alami biodegradasi dengan menggunakan aktivitas mikroba yang dapat memulihkan lahan tanah, air, dan sedimen dad kontaminasi senyawa organik. Toluena merupakan salah satu hidrokarbon monoaromatik yang mencemari lingkungan,berSifatt0kSik dan sukar terdegradasi. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan uji proses biodegradasi dengan menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan oleh laboratoriurn bioproses Departemen Teknik Gas dan Petrokimia.
Proses degradasi toluena dilakukan pada kondisi temperatur tetap (29°C) dan kecepatan pengocokan sebesar 20 rpm. Medium yang digunakan adalah medium cair Locklzead and Chase (LC) dengan volume dan komposisi tetap. Variabel yang divariasikan adalah konscntrasi awal toluena yaitu pada 50 ppm, |00 ppm, 200 ppm, 500 ppm, 1000 ppm. Proses degradasi dilakukan selama 216 jam.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada rentang konsentrasi toluena hingga 1000 ppm masih mampu didegradasi oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Keta.ha.na.n terbaik bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam rnendegradasi toluena pada kondisi tersebut adalah pada konsenlrasi 1000 ppm yang memiliki persentase degradasi lebih besar dari konsentrasi lainnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Althea Buntaro
"Pseudomonas sp. SM 1_7 merupakan isolat bakteri Gram-negatif aerob hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa naftalena pada sampel cair. Isolat Pseudomonas sp. SM 1_7 yang ditumbuhkan dalam medium Bushnell-Haas dengan penambahan ko-substrat glukosa 0,5% (b/v) dan naftalena 0,02% (b/v). Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan metode angka lempeng total dan pengukuran absorbansi suspensi sel menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada periode inkubasi 0 jam, 24 jam, dan 48 jam. Hasil pengukuran pertumbuhan Pseudomonas sp. SM 1_7 10% (v/v) pada medium Bushnell-Haas + naftalena 0,02% (b/v) + glukosa (0,5%) menunjukkan batch 1 mengalami kenaikan angka lempeng total dari 6,50 x 109 CFU/mL menjadi 4,26 x 1010 CFU/mL, batch 2 kenaikan angka lempeng total dari 3,94 x 109 CFU/mL menjadi 3,10 x 1010 CFU/mL, batch 3 mengalami kenaikan angka lempeng total dari 5,99 x 109 CFU/mL menjadi 3,39 x 1010 CFU/mL, kemudian mengalami penurunan angka lempeng total menjadi 1,99 x 1010 CFU/mL. Hasil analisis HPLC menunjukkan pengurangan konsentrasi naftalena sebesar 38,65% pada periode inkubasi 48 jam.

Pseudomonas sp. SM 1_7 is a Gram-negative aerobic hydrocarbonoclastic bacterial isolate renowned for the ability of hydrocarbon degradation in liquid samples. Pseudomonas sp. SM 1_7 is grown in Bushnell-Haas media with the addition of 0.02% naphthalene (w/v) and 0.5% glucose (w/v) as co-substrate. Enumeration of cells was carried out using the total plate count method simultaneously with the measurement of suspended cell absorbance in the media, using UV-Vis spectrophotometry at the 0, 24, and 48 hours incubation period. The results showed that the number of bacteria increased from 6.50 x 109 CFU/mL to 4.26 x 1010 CFU/mL in the first batch, 3.94 x 109 CFU/mL to 3.10 x 1010 CFU/mL in the second batch, and 5.99 x 109 CFU/mL to 3.39 x 1010 CFU/mL and then into 1.99 x 1010 in the third batch. The concentration of naphthalene in the medium after 48 hours decreased by 38.65%. Pseudomonas sp. SM 1_7 has the capability to degrade naphthalene.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziza Nurul Fitri
"Mikroplastik yang terakumulasi dalam air limbah tidak mudah terdegradasi oleh mikroba sehingga akan tetap berada di lingkungan. Sementara itu, telah diketahui bahwa mikroplastik menimbulkan bahaya bagi biota air dan manusia. Pendekatan teknologi yang efektif untuk mendegradasi mikroplastik dalam instalasi pengolahan air limbah sangat diperlukan. Proses biodegradasi adalah salah satu teknik yang paling banyak diaplikasikan, namun membutuhkan waktu yang lama. Studi ini mengevaluasi proses ozonasi sebagai pre-treatment untuk mengubah struktur kimia mikroplastik polietilena menjadi lebih rentan terhadap biodegradasi. Proses ini dilakukan dengan menggunakan ozonator corona-discharge dan reaktor batch yang prosesnya divariasikan berdasarkan nilai pH (6, 7, 8, 10, 12), laju alir ozon (1, 3, 5 L / mnt), dan durasi kontak (1, 2, 3 jam). Penelitian dimulai dengan kuantifikasi radikal OH dan ozon terlarut, ozonasi mikroplastik, serta evaluasi ozonasi, yaitu dengan penurunan berat secara gravimetri dan perubahan struktur kimia mikroplastik melalui FT IR Fourier Transform Infrared Spectroscopy. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan struktur kimia mikroplastik dengan terbentuknya ikatan karbonil dan penurunan berat mikroplastik. Kondisi optimal dicapai pada pH 12 dengan laju alir 5 L/menit yang menghasilkan penurunan berat mikroplastik sebesar 0,0482% dan intensitas karbonil mencapai 104,556% selama 3 jam ozonasi.

Microplastics accumulated in wastewater are not easily susceptible to microbial degradation thus persist in the environment. Moreover, microplastics pose a danger to aquatic biota and human. Effective technological solutions to degrade microplastics in wastewater treatment plants are desirable. Biodegradation is one of the most applied techniques but takes a long time. This study evaluates the ozonation as pre-treatment to transform the chemical structure of polyethylene microplastic into more susceptible to biodegradation. The process is done by using a corona-discharge ozonator and batch reactor which the process is varied by pH value (6, 7, 8, 10, 12), ozone flow rate (1, 3, 5 L/min), and contact duration (1, 2, 3 hours). The study began by the quantification of OH radicals and dissolved ozone, ozonation of microplastics, and evaluation of ozonation by gravimetric weight loss also the change of microplastic chemical structure through FT-IR (Fourier-Transform Infrared Spectroscopy). The results revealed chemical structural changes of polyethylene after ozonation, confirmed by the appearance of carbonyl bonds and the loss of weight. The optimum operating condition appeared at pH 12 with 5 L/min ozone flowrate which resulted in 0,0482% weight loss and carbonyl bond intensity reached 104,556% during 3 hours ozonation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Ibnu Sina
"Pencemaran limbah cair organik menjadi masalah serius saat ini terutama pada lingkungan perairan. Bahan pencemar organik yang sering ditemui adalah Benzena dan Toluena. Berbagai teknik aplikasi biologis untuk menghilangkan kontaminan organik ini telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Biobarrier. Biobarrier merupakan penggabungan teknik adsorpsi karbon aktif dan biodegradasi. Pada proses biobarrier digunakan elektron akseptor untuk mengoksidasi substrat yang teradsorp pada permukaan adsorben dengan bantuan bakteri sebagai katalis reaksi redoks. Bakteri membutuhkan elektron akseptor sebagai penghasil energi untuk reaksi aerob. Oksigen merupakan elektron akseptor yang paling disukai Bakteri. Oksigen yang digunakan sebagai elektron akseptor dalam bentuk NaNO3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi NaNO3 terhadap degradasi kontaminan serta pertumbuhan bakteri pada proses biobarrier. Pelaksanaan proses biobarrier diawali dengan tahap penjenuhan karbon aktif. Setelah karbon aktif jenuh, dilakukan tahap biodegradasi benzena dan toluena dengan menyuntikkan konsorsium bakteri dan penambahan NaNO3(elektron akseptor). Konsentrasi NaNO3 divariasikan yaitu 25 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L dan 125 mg/L. Tiap variasi berlangsung selama 57 jam dengan laju alir kontaminan 18,2 ml/menit dan laju alir elektron akseptor 1 ml/menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi NaNO3 mempengaruhi laju degradasi benzena dan toluena serta pertumbuhan bakteri. Jumlah benzena dan toluena yang terdegradasi terbesar dan konsorsium bakteri dapat tumbuh optimal terjadi pada konsentrasi NaNO3 75 mg/L dengan jumlah oksigen yang dihasilkan sebesar 0.441 mmol/L. Penambahan konsentrasi NaNO3 menjadi 100 mg/L dan 125 mg/L menyebabkan lambatnya pertumbuhan bakteri dan berpengaruh pada penurunan degradasi benzena dan toluena.

The organic contamination on water environment is a major problem at this present time. The organic contaminant which is found in the water environment is Benzene and Toluene. Many technology biological was do in order to eliminate this organic contaminant. One of this biotechnology called Biobarrier. Biobarrier is the combination of pollutant adsorption on granular activated carbon (GAC) and biodegradation. In this process, electron acceptor is used, in order to oxidation of organic substrates such as benzene-toluene on the adsorben surface with bacterial assist as redoks reaction catalytic. Bacterial need electron acceptor as energy produce for aerobic reaction. Oxygen is electron acceptor that most of bacterial liked. Source of oxygen which is used in this research from NaNO3. The research goal to know how addition of NaNO3 concentration can effect the degradation contaminant and how growth of bacterial consortium in this NaNO3 variation concentration on biobarrier process. Biobarrier process start with loading phase of activated carbon. After activated carbon is load by organic substrates (benzene-toluene), bacterial consortium and NaNO3 as electron acceptor is added to bioregenerator column (biodegradation process). The variation of NaNO3 are 25 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L, 125 mg/L. Interval of each variation are 57 hours with contaminant flowrate 18,2 ml/minute and the electron acceptor flowrate 1 ml/minute. The results showed that the additional amount of NaNO3 as electron acceptor influence the degradation rate of benzene-toluene and growth of bacterial consortium. Greatest degradation of benzene-toluene and the optimum growth of bacterial consortium occur on NaNO3 concentration 75 mg/L with amount of oxygen produce 0.441 mmol/L. Increased of NaNO3 concentration from 75 mg/L to 100 mg/L and 125 mg/L cause growth of bacterial consortium slowly and influence on decrease degradation of benzene-toluene."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ericko Chandra Utama
2010
T42712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Afianisa
"Sianida dan Nitril merupakan kelompok senyawa yang memiliki rantai R-CN. Sebagian besar sianida/nitril bersifat toksik, bahkan beberapa diantaranya bersifat mutagenik dan karsinogenik sehingga dapat berbahaya bagi keselamatan lingkungan dan kesehatan makhluk hidup di dalamnya. Rhodococcus sp. merupakan salah satu jenis microbial yang dapat digunakan untuk memecah ikatan sianida dan nitril melalui proses biodegradasi. Rhodococcus diisolasi dengan diberikan sumber karbon dan nitrogen dari benzonitril. Rhodococcus sp. yang berhasil diisolasi selanjutnya akan digunakan untuk mendegradasi garam sianida dan nitril. Bakteri Rhodococcus pyridinivorans strain I-benzo diisolasi dari limbah penyamakan kulit. Rhodococcus pyridinivorans strain I-benzo selanjutnya ditumbuhkan didalam mineral media dengan menggunakan substrat benzonitril 20 mM. Pada uji aktivitas Rhodococcus pyridinivorans strain I-benzo dengan menggunakan beberapa substrat seperti benzonitril, asetonitril, akrilonitril, benzamid, asetamid, akrilamid terbukti bahwa terdapat aktivitas enzim nitril hidratase dan amidase yang bereaksi positif dengan menggunakan metode pengukuran Nessler yang menghasilkan ammonia dan asam karboksilat. Pada uji degradasi terhadap kalium sianida dan natrium sianida menunjukan nilai Vmax untuk biodegradasi kalium sianida adalah 0,56 ppm/menit dan untuk natrium sianida sebesar 0,21 ppm/menit.

Cyanide and Nitrile are groups of compounds that have R-CN chains. Most cyanides / nitriles are toxic, even some of them are mutagenic and carcinogenic so that they can be harmful to the safety of the environment and the health of living things in it. Rhodococcus sp. is a type of microbial that can be used to break cyanide and nitrile bonds through the biodegradation process. Rhodococcus was isolated by being given a carbon and nitrogen source of benzonitrile. Rhodococcus sp. that has been successfully isolated will then be used to degrade cyanide and nitrile salts. The bacterium Rhodococcus pyridinivorans strain I-benzo was isolated from tanning waste. Rhodococcus pyridinivorans strain I-benzo was then grown in mineral media using a 20 mM benzonitrile substrate. In the activity test of Rhodococcus pyridinivorans strain I-benzo using several substrates such as benzonitrile, acetonitrile, acrylonitrile, benzamide, acetamide, acrylamide it was proven that there was activity of nitrile hydratase and amidase enzymes that reacted positively using the Nessler measurement method which produced ammonia and carboxylic acids. In the degradation test of potassium cyanide and sodium cyanide showed the Vmax value for potassium cyanide biodegradation was 0.56 ppm / minute and for sodium cyanide was 0.21 ppm / minute."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karmajaya, Author
"ABSTRAK
Penelitian geokimia dan geologi sub-Cekungan Jambi hingga saat ini
belum begitu jelas memberikan informasi tentang petroleum system.
Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi dan menjelaskan suatu
rekonstruksi pengisian reservoir minyak bumi dengan pendekatan metoda
geokimia molekul. Metoda ini memanfaatkan penelusuran finger print
biomarker dengan menggunakan kromatografi gas (GC), dan kromatografi
gas yang dikombinasikan dengan spektrometer massa (GC-MS). Hasii yang
diperoleh menunjukkan, bahwa sebagian minyak bumi mengalami
biodegradasi Level 1 sampai Level 4 dan telah terjadi proses pengisian
ganda pada beberapa sumur minyak. Tingkat kematangan termal minyak
bumi terbagi dua kelompok. Kelompok pertama diklasifikasikan sebagai
minyak pra-matang {immature oil) dengan rentang kematangan termal 0 -1,0
untuk pp20R/aa20R dan 0 - 0,7 untuk aa20S/aa20R. Kelompok kedua
sebagai minyak setengah matang {mid mature oil) dengan rentang
kematangan termal 1,0 - 2,0 untuk (3p20R/aa20R, dan 0,7 - 1,0 untuk
aa20S/aa20R. Korelasi batuan induk dengan minyak bumi menyimpulkan
batuan induk Formasi Gumai sebagai sumber minyak bumi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Fatisa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>