Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Weinheim: Wiley-VCH, 2006
660.632 2 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuki Bambang Nugroho
Abstrak :
Beberapa senyawa steroid yang aktif farmakologik mempunyai atom oksigen pada atom karbon posisi sebelas (C-11), misalnya : kortison, kortikosteron, prednison, dan prednisolon. Senyawa-senyawa tersebut dapat diproduksi melalui sintesis parsial (semisintesis) kortisol dari progesteron atau korteksolon. Kesulitan utama pada sintesis kortisol secara kimiawi adalah pemasukkan satu atom oksigen pada posisi C-11 dalam cincin steroid. Kesulitan ini dapat diatasi dengan penggunaan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan tiga kultur kapang lokal yaitu dua jenis kapang (Rhizopus stolonlfer UICC 137 dan Aspergillus niger) untuk melakukan transformasi progesteron, serta Curvularia lunata untuk melakukan transformasi korteksolon. Percobaan yang dilakukan terhadap R. stolonifer dan A. niger berdasarkan metode transformasi progesteron menjadi 11µ-hidroksiprogesteron, sedangkan terhadap C. lunata berdasarkan metode transforrnasi 11-deoksikortisol menjadi kortisol. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan 5 parameter percobaan yaitu ; (1) saat penambahan substrat (pada percobaan dengan C. lunata parameter ini adalah waktu germinasi), (2) waktu inkubasi, (3) pH medium, (4) konsentrasi substrat, dan (5) laju pengadukan. Percobaan dilakukan dengan sistem "batch", di dalam labu-labu Erlenmeyer 100 ml (kecuali percobaan biotransformasi kondisi optimum memakai labu 500 ml) dan diinkubasi dalam bak air penggojog pada suhu 30°C. Biotransformasi optimum oleh Rhizopus stolonrfer berlangsung jika substrat (progesteron) ditambahkan setelah pertumbuhan kapang mencapai pertengahan fasa eksponensial (14 jam setelah inokulasi kapang ke dalam medium). Medium biotransformasi terdiri dari campuran glukosa, ekstrak khamir, beberapa garam mineral, dan unsur runut. Medium dengan tingkat keasaman (pH) awal 5 memberikan transformasi optimum. Kondisi optimum lainnya adalah inkubasi selama 8 jam di dalam medium sambil digojog 100 gojogan/menit dan konsentrasi awal substrat g/liter. Rendemen produk biotransformasi oleh R. stolonifer adalah 49,88% transformasi. Biotransformasi optimum oleh Aspergillus niger mempunyai kondisi optimum penambahan substrat pada saat pertumbuhan kapang mencapai fasa eksponensial (26 jam setelah inokulasi kapang ke dalam medium), konsentrasi awai substrat 0,6 g/l, penggunaan pH awal medium 6, dan inkubasi selama 20 jam sambil digojog 100 gojogan/menit. Produk biotransformasi oleh A. niger memiliki rendemen sebesar 46,03% transformasi. Biotransformasi korteksolon oleh Curvularia lunata mempunyai rendemen produk terlalu kecil (19,31% transformasi). Kondisi optimumnya adalah proses germinasi spora selama 36 jam dan proses biotransformasi memakai substrat 1,5 g/l dalam medium dengan pH awal 6 sambil digojog 120 gojogan/menit selama 50 jam.
Several pharmacological active steroid compounds have an oxygen atom attached to the 11th carbon atom on steroid ring (C-11), such as : cortisone, corticosterone, prednisone, and prednisolone. These compounds could be produced through a cortisol partial synthesis from progesterone or cortexolone. If cortisol synthesized chemically, it is difficult to introduce an oxygen atom to C-1I in steroid ring but this process could be conducted by using microorganism. The aim of this study is to determine the ability of Rhizopus stolonifer UICC 137 and Aspergillus niger to transform progesterone, and the ability of Culvularia lunata to transform cortexolone. The experiments for Rhizopus stolonifer UICC 137 and Aspergillus niger based on progesterone transformation to 11µ-hydroxyprogesterone and for Culvularia lunata based on cortexolone transformation to cortisol. The biotransformations were varied with five experiment parameter, i.e. : (1) time interval of substrate addition (substrate addition at different growth phase), in C. lunata this parameter is germination time, (2) incubation time, (3) medium acidity (pH), (4) substrate concentration, and (5) stirring rate. Biotransformation process was carried out on batch system in 100 ml Erlenmeyer flasks (for optimum conditions of biotransformation, 500 ml Erlenmeyer flasks were used) then these flasks were incubated in a shaking waterbath with temperature maintained at 30°C. The optimum biotransformation for R. stolonifer was reached when the substrate (progesterone) was added to the middle of the exponential growth phase (14 hours after spores inuculation). Biotransformation medium contained glucose, yeast extract, some mineral salts, and trace elements. The medium with pH 5 gave the optimum transformation. The Optimum transformation were also found after 8 hours incubation at 100 stroke/minute shaking with the initial substrate concentration of 1 gll, The result for R. stolonifer was 49.88% transformation. The optimum biotransformation conditions for A. niger were found as follows : substrate addition to the initial of the exponential growth phase (26 hours after spores inoculation), initial substrate concentration of 0.6 g/l, medium with pH 6, and 100 stroke/minute shaking for 20 hours incubation. The result for A. niger was 46.03% transformation. Cortexolone biotransformation by using Curvularia hrnata gave a very low product yield (19.31% transformation). The optimum conditions for cortexolone biotransformation were found as follows : spores germination for 36 hours, biotransformation process in a liquid medium with the initial pH 6, substrate concentration of 1,5 g/l, and 50 hours incubation time at 120 stroke /minute shaking.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susiana Andriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Teknik biotransformasi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan proses kimia biasa, antara lain : substrat spesifik, regiospesifik, stereospesifik dan kondisi reaksi yang lunak. Aplikasi teknik biotransformasi di antaranya adalah dalam penyediaan bahan baku obat steroid. Sebagai contohnya biotransformasi progesteron menjadi llα-hidroksiprogesteron. llα-hidroksiprogesteron merupakan suatu senyawa antara dalam sintesis kortison.

Penelitian ditujukan untuk mengetahui kemampuan Rhizopus stolonifer PDN-IJ melakukan reaksi biotransformasi progesteron menjadi l1 α-hidroksiprogesteron dalam media tetes (molase) .

Untuk mendapatkan kondisi biotransformasi yang optimum dilakukan percobaan dengan variasi : waktu penambahan substrat, waktu inkubasi, pH, suhu, konsentrasi substrat dan laju pengocokan.Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dan diuji dengan analisis variansi satu arah dengan tingkat kepercayaan 95 %. llα-hidroksiprogesteron yang dihasilkan dianalisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi biotransformasi adalah pada waktu penambahan substrat setelah 14 jam inokulasi kapang, waktu inkubasi 24 jam, pH awal media 4,3, suhu inkubasi 30 °C , konsentrasi substrat progesteron 0,7 g/L dan laju pengocokan 120 goyangan/menit. ll-hidroksiprogesteron yang dihasilkan adalah 47,8 % transformasi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Arsianti
Abstrak :
ABSTRAK Teknik biotransformasi memiliki beberapa keunggulan di bandingkan dengan reaksi kimia biasa, yaitu : substrat spesifik, regiospesifik, stereospesifik kondisi reaksi lunak dan dapat dioptimasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Salah satu proses biotransformasri yang cukup memberikan arti ekonomi dalam sintesis steroid yang aktif farmakologik adalah reaksi 11-hidroksilasi pada substrat progesteron rnembentuk 1l-hidroksiprogesteron, suatu senyawa antara dalam sintesis kortison. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapang Aspergillus niger UICC 159 melakukan reaksi 1l-hidroksilasi pada substrat progesteron dengan menggunakan media standar. Untuk mendapatkan kondisi biotransformasi optimum, dilakukan percobaan dengan memvariasikan : waktu penambahan substrat waktu inkubasi, pH awal media biotransformasi, suhu, konsentrasi substrat dan laju pengocokan. Produk yang dihasilkan diidentifikasi dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses biotransformasi progesteron oleh Aspergillus niger UICC 159 rnencapai optimum saat penambahan substrat pada jam ke-12 setelah inkubasi, waktu inkubasi 36 jam, pH awal media biotransformasi 5,6 ,suhu suhu 30 ℃, konsentrasi substrat 0,3 g/L dan laju pengocokan 12O goyangan/menit . Produk llα-hidroksiprogesteron yang dihasilkan pada kondisi optimum adalah 53,9 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Dwiarti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kapang lokal Rhizopus stolonifer UICC 137 dapat mentransformasikan substrat progesteron menjadi llα- hidroksiprogesteron tetapi produk biotransformasi yang dihasilkan masih relatif kecil. Peningkatan produk biotransformasi yang lebih tinggi mungkin dapat dilakukan melalui pengembangan galur, misalnya dengan teknik mutasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan galur Rhizopus stolonifer UICC 137 dalam melakukan transformasi progesteron menjadi llα- hidroksiprogesteron melalui mutasi dengan iradiasi sinar-y dari Co-60.

Penelitian ini menggunakan disain percobaan rancangan acak lengkap dengan keragaman dosis iradiasi (0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; ...; 0,6 kGy). Metode seleksi mutan yang digunakan berdasarkan % transformasi tertinggi. Selanjutnya kultur hasil iradiasi yang memberikan % transformasi tertinggi ditanam dan koloni yang tumbuh diambil secara acak (randomized screening). Koloni-koloni tersebut kemudian diuji kemampuan biotransformasinya pada kondisi optimum yang mengikuti hasil penelitian sebelumnya, yaitu pH awal medium 5, saat penambahan substrat 14 jam, waktu inkubasi 8 jam, konsentrasi substrat 1g /1 dan laju pengadukan 100 gojogan / menit. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan dan diuji dengan analisis ragam (anova) satu arah. 11α- Hidroksiprogesteron yang dihasilkan dianalisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapang yang telah diiradiasi pada dosis tersebut memberikan % transformasi yang berbeda dibandingkan dengan kontrol. Tidak ada hubungan linear antara dosis iradiasi yang diberikan dengan % transformasi yang dihasilkan. Persen transformasi tertinggi dihasilkan oleh kapang yang telah diiradiasi dengan dosis 0,2 kGy yaitu sebesar 202,09 % nisbah terhadap kontrol. Pada dosis tersebut diperoleh tiga koloni yang memberikan % transformasi yang lebih rendah dibandingkan kontrol dan tiga koloni lain yang memberikan % transformasi yang lebih tinggi dari kontrol, yaitu F8nl sebesar 149,12 % nisbah terhadap kontrol,Fllnl sebesar 123,52 % nisbah terhadap kontrol dan F12nl sebesar 141,16 % nisbah terhadap kontrol. Hasil analisis ragam dan analisis Duncan menunjukkan bahwa di antara masing-masing koloni tersebut berbeda secara berarti, semua koloni tersebut juga berbeda secara berarti jika dibandingkan dengan kontrol. Koloni F8nl memberikan % transformasi tertinggi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tambunan, Usman Sumo Friend
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0131
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Usman Sumo Friend
Abstrak :
ABSTRAK
Beberapa senyawa steroid yang aktif farmakologik memiliki atom oksigen pada atom karbon posisi sebelas (C-11}, misalnya: kortison, kartikosteron, aldosteron, prednison dan prednisolon. Untuk mendapatkan senyawa steroid yang aktif farmakologik tersebut dapat dilakukan dengan cara partial sintesis. Salah satu tahap yang diperlukan pada partialsintesis tersebut adalah melakukan reaksi hidroksilasi senyawa steroid yang ada (progesteron atau deoksikortisol) pada posisi C-11. Reaksi hidroksilasi pada posisi C-11 ini merupakan reaksi yang sulit dilakukan secara reaksi kimia biasa.. Suatu cara lain ialah melakukan reaksi dengan biotransformasi.

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari kemampuan Rhizopus stolonifer UICC 137 dan Aspergillus niger melakukan reaksi 11-hidroksilasi pada substrat progesteron. Hasil transformasi yang diharapkan adalah 1la-hidroksiprogesteron dan mempelajari kemampuan Curvularia lunata melakukan reaksi hidroksilasi pada substrat I1-deoksikortisol dan mempelajari pengembangan galur Rhizopus stolonifer UICC 137 untuk mentransformasi progesteron menjadi 1 la hidroksiprogesteron dengan teknik iradiasi sinar y CO-60. Serta mempelajari pengembangan galur Rhizopus stolonifer UICC 137 dan Rhizopus stolonifer UICC 137/nl dengan teknik kimia NTG

Pada penelitian hi, kemampuan Rhizopus stolonifer UICC I37 dan Aspergillus niger mentransformasi progesteron menjadi 1la-hidroksiprogesteron dilakukan pada media cair - standar dengan variabel: waktu/saat penambahan substrat, waktu inkubasi, tingkat keasaman (pH) media cair awal, konsentrasi substrat dan laju pengadukan. Rancangan percobaan adalah acak kelompok, kecuali untuk variabel laju pengadukan memakai Rancangan acak lengkap. Setiap percobaan dilakukan dengan tiga kali pengulangan dan data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam (ANOVA) serta analisis Duncan dengan cc = 0,01.

Kemampuan Curvularia lunata mentransformasi 11-deoksikortisol menjadi hidrokortisol dilakukan pada media cair standar dengan variabel: pengaruh waktu germinasi, pengaruh waktu inkubasi, pengaruh pH awal medium, pengaruh konsentrasi substrat dan pengaruh laju pengadukan. Rancangan percobaan adalah acak kelompok, kecuali untuk variabel laju pengadukan memakai rancangan acak lengkap. Setiap percobaan dilakukan dengan tiga kali pengulangan dan data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam (ANOVA) serta analisis Duncan dengan α = 0,05. Pada kondisi aseptik, suspensi Rhizopus stolonifer UICC 137 diradiasi dengan sinar y Co-60 dengan dosis 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5 dan 0,6 kgy. Sel yang hidup dari koloni yang memiliki % survive terkecil, ditumbuhkan di medium PDA agar pada petridish dan selanjutnya koloni tunggalnya diambil untuk uji aktivitas biotransformasinya. Rhizopus stolonifer UICC 137 dan Rhizopus stolonifer UICC 137/n1 ditumbuhkan pada media yang mengandung NTG: 0, 6,12, 18, 24, 30 x 103 ppm. Selanjutnya dilakukan seleksi dengan menggunakan prosedur standar seperti pada mutasi iradiasi.

Rhizopus stolonifer UICC 137 dan Aspergillus niger dapat mentransformasikan progesteron menjadi 1la-hidroksiprogesteron. Kondisi optimum biotransformasi oleh Rhizopus stolonifer UICC 137 adalah: Saat penambahan substrat 14 jam setelah pertumbuhan, waktu inkubasi 8 jam, pH awal media 5, konsentrasi substrat 1 g/l, laju pengadukan 100 gojogan/menit dengan transformasi progesteron menjadi 11a-hidroksiprogesteron 54,8 %. Sedangkan kondisi optimum biotransformasi oleh Curvularia lunata adalah : Saat penambahan substrat 26 jam setelah pertumbuhan, pH awal media 6, waktu inkubasi 20 jam, konsentrasi substrat 0,6 g/L, dan laju pengadukan 100 gojogan/menit dengan transformasi 46,5 %. Jika ditinjau dari keseluruhan proses biotransformasi progesteron menjadi 1la-hidroksiprogesteron, maka biotransformasi oleh Rhizopus stolonifer UICC 137 lebih baik untuk dikembangkan Bari pads Aspergillus niger.

Kondisi optimum biotransformasi 11-doksikortisol menjadi hidroksikortison oleh Curvularia lunata adalah: waktu germinasi 36 jam, pH medium awal 6, waktu inkubasi 50 jam, konsentrasi substrat 1,5 g/L, dan laju pengadukan 120 gojogan/menit dengan transformasi 19,31 %.Mutasi dengan dosis 0,6 kgy menghasilkan % survive terkecil dan dari koloni tersebut telah diisolasi beberapa mutan : Flnl, F2n1, F3n1, F4n1, F5nI dan F6n1. Mutan Flnl, F4nI, G5n1 dan F6n1 memiliki aktivitas biotransformasi yang tidak berbeda dengan aktivitas R.stolonifer UICC 137 (inangnya). Mutan F2n1 dan F3n1 memiliki aktivitas biotransformasi progesteron menjadi 11a-hidroksiprogesteron yang lebih baik jika dibandingkan dengan inangnya, masing-masing 82% dan 71%.

Mutagenesis dengan NTG menghasilkan 30 isolat bare dan diperoleh bahwa isolat GT40, Gt15, dan Gnlt64 mentransformasi lebih baik dari Kontrol, yaitu masing-masing 273,9 %; 208,4 %; dan 341,9 %.
ABSTRACT
Several pharmacological active steroid compound have an oxygen atom attached to C-1 I, such as: cortisone, corticosterone, prednisone and prednisolone. These active compounds could be produced through a partially synthesize method. Therefore, the hydroxylation of an available steroid compound (Progesterone or 11-deoxycortisol} at C-11 is required in one of the reaction steps. The hydroxylation at C-11 could be conducted by using biotransformation, since the ordinary chemical reaction is difficult to carry out.

The aim of this study is to determine the ability of Rhizopus stolonifer UICC 137 and Aspergillus niger to transform the C-11 through the hydroxylation of progesterone and it is expected that one the reaction product is 11a-hydroxyprogesterone, and to determine the ability of Curvularia lunata to transform the C-1I through the hydroxylation of 11-deoxycortisol and to study the mutation of Rhizopus stolonifer UICC 137 by using y irradiation an chemical (NTG) method.

Biotransformation was carried out in standard liquid medium using Randomized Block Design and the interval of substrate addition, incubation time, acidity (pH), substrate concentration were varied. In case of stirring rate, the design was Completely randomized. every variation observed and conducted 3 times (triple)) and the data was analysed by using ANOVA method and Ducan analysis with α =0,01.

The experiment for Curvularia lunata based on 11-deoxycortisol tmsformation to cortisol. The biotransformation was carried out with five experiment parameters, i.e. : sporulation time, incubation time, acidity (pH), substrate concentration and stirring rate. Biotransformation was carried out on batch system in 100 mL Erlenmeyer flasks (for optimum conditions of biotransformation, 500 mL erlenmeyer flasks were used) and in standart liquid medium. For mutation studies of R. stolonifer UICC 137, under aseptic conditions, the cell suspension was irradiated with 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,4; 0,5 and 0,6 kgy of CO-60 y irradiation. The survival cells (from 0,6) were spreaded and grown on PDA plates. The colonies on plates were picked for biotransformation test. Rhizopus stolonifer UICC 137 and Rhizopus stolonifer UICC I37/n1 were grown on PDA plates contained NTG: 0; 6; 12; 18; 24 and 30 x 10' ppm. The single colonies on plates were picked and screened by using standard method.

The study indicated that Rhizopus stolonifer UICC 137 and Aspergillus niger have an ability to transform progesterone to l lct-hydroxyprogesterone. The optimum condition obtained for Rhizopus stolonifer UICC 137 are as follows: substrate addition period of 14 hours, 8 hours of incubation time, pH 5, substrate concentration of 1 gild and stirring rate of 100 strokes/minute and the yield is 54,8 %. The optimum conditions obtained for Aspergillus niger are as follows: substrate addition period of 26 hours, incubation time of 20 hours, pH 6, substrate concentration of 0,6 g/L and stirring rate of 100 strokes/minute and the yield is 46,5 %. The result shows that the biotransformation ability of Rhizopus stolonifer UICC 137 to produce 11a-hydroxyprogesterone is superior to the Aspergillus niger.

The optimum conditions for 11-deoxycortisol biotransformation were found as follows: spore germination for 36 hours, biotransformation in a liquid medium with the initial pH6, substrat concentration of 1,5 gIL, and 50 hours of incubation time at 120 stroke/minute taking. The yield of biotransformation is 19,3 1 %. Mutation of parent train Rhizopus stolonifer UICC 137 by CO-60 y irradiation produced several mutans, such as: F 1 nl, F2n1, F3nl, F4n1, F5n1 and F6n1. Mutans of Flnl, F4n1, F5n1 and F6n1 have the same activities compared to the parent strain Rhizopus stolonifer UICC 137. The biotransformation ability of mutans F2nl and F3n1 to produce 1la-hydroxyprogesterone are superior to the parent strain Rhizopus stolonifer UICC 137. NTG chemical mutagenesis produced 30 new strains and Gt40, Gt15, Gnlt64 transform progesterone higher than the parent strain (control).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kanisa Firanisa Putri
Abstrak :
Daun Moringa oleifera Lam. diketahui mengandung berbagai senyawa fitokimia dengan aktivitas antioksidan. Ekstraksi melalui metode infusa (85°C, 30 menit) dan fermentasi menggunakan L. pentosus InaCC B149 (24 jam) dilakukan untuk memperoleh dan meningkatkan kandungan serta ketersediaan senyawa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas antioksidan infusa daun M. oleifera Lam. sebelum dan sesudah fermentasi oleh L. pentosus InaCC B149 melalui metode penangkapan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh pengukuran nilai Inhibitory Concentration 50 (IC50), yaitu konsentrasi senyawa antioksidan yang mengakibatkan 50% dari senyawa DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa nonfermentasi memiliki nilai IC50 sebesar 136,24 ± 17,31 µg/mL, 193,13 ± 21,21 µg/mL, dan 127,58 ± 2,57 µg/mL pada konsentrasi 2,5%, 5,0%, dan 7,5%, sedangkan infusa fermentasi memiliki nilai IC50 sebesar 119,36 ± 8,09 µg/mL, 165,47 ± 0,49 µg/mL, dan 145,18 ± 1,04 µg/mL pada konsentrasi 2,5%, 5,0%, dan 7,5%. Penurunan nilai IC50 sebesar 12,39% dan 14,32% pada konsentrasi 2,5% dan 5,0% menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan infusa, sedangkan peningkatan nilai IC50 sebesar 13,80% pada konsentrasi 7,5% menunjukkan penurunan aktivitas antioksidan infusa.
Moringa oleifera Lam. leaf is known to contain various phytochemical compounds with antioxidant activity. Extraction through infusion method (85°C, 30 minutes) and fermentation using L. pentosus InaCC B149 (24 hours) was carried out to obtain and increase the content and bioavailability of those compounds. The aim of this research is to measure the antioxidant activity of the unfermented and fermented M. oleifera Lam. leaf infusion through the method of 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical-scavenging. Antioxidant activity was evaluated based on the value of inhibitory concentration 50 (IC50) which is the concentration of antioxidant compounds that able to inhibit 50% of DPPH radicals. The results showed that unfermented infusion had IC50 values of 136.24 ± 17.31 µg/mL, 193.13 ± 21.21 µg/mL, and 127.58 ± 2.57 µg/mL at 2.5%, 5.0%, and 7.5%, while the fermented infusion had IC50 values of 119.36 ± 8.09 µg/mL, 165.47 ± 0.49 µg/mL, and 145.18 ± 1.04 µg/mL at 2.5%, 5.0%, and 7.5%. The decrease in IC50 values showed an increase of antioxidant activity by 12.39% and 14.32% at 2.5% and 5.0%, whereas the increase in IC50 values showed a decrease of antioxidant activity by 13.80% at 7.5%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library