Ditemukan 227 dokumen yang sesuai dengan query
Black, Henry Campbell
Saint Paul, Minnesota: West Publishing, 1990
R 340.03 Bla b
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Saint Paul, Minnesota: West Publishing, 1999
R 340.03 BLA
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Black, Henry Campbell
Saint Paul, Minnesota: West Publishing, 1985
R 340.03 BLA b
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
St. Paul, MN : West Thomson-Reuters, 2009
R 340.03 BLA
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Herskovits, Melville Jean, 1895-1963
Boston: Beacon Press, [1958]
572.96 HER m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dillard, J.L.
New York: Vintage Books, 1973
427.973 DIL b
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dzulfikar Hanif Maulana
"Penetrasi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) pada saat ini di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh berbagai macam hal diantaranya adalah cadangan energi fosil yang semakin menurun, emisi polusi yang semakin meningkat, dan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan tersebut. Meningkatnya penetrasi pembangkit EBT menyebabkan peningkatan penggunaan Battery Energy Storage System (BESS) sebagai Ancillary Service dalam menyeimbangkan frekuensi pada jaringan distribusi. Namun, dengan penggunaan BESS dalam menyeimbangkan frekuensi dapat menurunkan life time BESS akibat dari peningkatan cycle (charge dan discharge) yang mempengaruhi biaya investasi dari BESS. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi polemik tersebut adalah dengan menerapkan BESS sebagai pengoperasian Black start dalam peningkatan back-up sistem pada pembangkit bila terjadi gangguan yang menyebabkan pemadaman (Black Out). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya investasi BESS sebagai Ancillary Service dengan minimum cycle dari baterai dalam penerapan pengoperasian Black Start. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan matematis dalam memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dalam pengoperasian Black Start tanpa menggunakan BESS dan dengan menggunakan BESS.
The penetration of New and Renewable Energy Generators (EBT) in Indonesia is currently on the rise. This increase is attributed to various factors, including the diminishing fossil energy reserves, escalating pollution emissions, and the growing awareness of environmental importance among the public. The increasing penetration of EBT generators has led to a rise in the utilization of Battery Energy Storage Systems (BESS) as an Ancillary Service for balancing the frequency in the distribution network. However, the use of BESS in frequency balancing can reduce the lifetime of BESS due to increased cycles (charge and discharge), which affects the investment costs of BESS. One approach to address this issue is to implement BESS for Black Start operations to enhance backup systems in power plants in the event of disruptions leading to a blackout. This research aims to determine the investment costs of BESS as an Ancillary Service with a minimum battery cycle in the application of Black Start operations. This study is conducted using a mathematical approach to calculate the expenses incurred in Black Start operations without utilizing BESS and with the use of BESS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yulieyas Wulandari
"Melamin merupakan suatu zat organik yang tidak dapat mengalami proses metabolisme oleh tubuh dan akan dikeluarkan melalui ginjal bersama urin. Masuknya melamin ke dalam tubuh biasanya disebabkan penyalahgunaan melamin sebagai zat aditif dalam susu untuk meningkatkan kadar protein. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan nanopartikel emas (AuNp) yang dapat mendeteksi adanya kandungan melamin. Pada penelitian ini digunakan metode preparasi nanopartikel emas (AuNp) yang ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan ekstrak tanaman teh hitam (Camellia sinensis) yang bertindak sebagai agen pereduksi Au3+ menjadi Au0. Pada uji melamin, larutan nanopartikel emas (AuNp) berwarna merah anggur akan berubah menjadi warna biru. Analisis nanopartikel emas (AuNp) menggunakan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan panjang gelombang pada 540 nm. Hasil FTIR menunjukkan adanya gugus N-H yang merupakan senyawa melamin setelah dideteksi oleh AuNp. Karakterisasi dengan SEM menunjukkan bentuk bulat dan segitiga dengan ukuran 100 nm yang mengindikasikan keberadaan nanopartikel emas (AuNp)."
Depok: Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 2014
541 JSTK 5:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Damba Afnendar Arif
"Kekaguman akan keindahan karya arsitektural mungkin pernah dirasakan oleh setiap orang. Karya indah yang dikagumi tersebut tentunya tidak hadir begitu saja tanpa sebab. Di balik karya yang indah tersebut pasti memiliki proses atau tahapan yang cukup panjang hingga lahirlah karya seindah itu. Semua karya-karya bangunan yang berdiri di bumi ini pun pasti memiliki proses ?di atas kertas? sebelum keterbangunannya. Proses di atas kertas tersebut mungkin lebih akrab kita kenal dengan proses desain atau proses perancangan.
Dalam proses mendesain ada beberapa aspek yang membuat karya rancangan kita memiliki nilai keindahan atau kenyamanan visual menjadi baik, yaitu bentuk dan warna. Aspek bentuk mungkin sudah tidak terasa asing lagi bagi para arsitek, karena pada tahap desain, keterlibatan aspek ini memiliki porsi yang cukup dominan. Namun untuk aspek warna, kebanyakan arsitek dalam proses merancang sebuah karya arsitektur tidak pernah menyertakan warna dalam gagasan awalnya. Apa yang lebih dipikirkan dan dipersepsikan oleh para arsitek dalam benaknya adalah benda-benda kasatmata imajiner hitam-putih. Warna baru muncul hanya setelah karyanya hampir selesai dibangun atau paling awal setelah proses desain telah mendekati tahap akhir.
Apakah benar arsitek memperlakukan warna hanya sebagai finishing? Sebenarnya bagaimana proses pewarnaan yang dilakukan oleh para arsitek? Mereka mulai melibatkan warna pada fase kapan? Dan apakah warna yang dituangkan pada saat ?diatas kertas? merupakan warna yang akan direalisasikan nantinya ataukah hanya warna untuk menghias dan mempercantik penyajian atau presentasi saja? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut penulis melakukan beberapa kajian literatur dan menelusuri proses pewarnaan yang dilakukan oleh arsitek. Penelusuran dilakukan dengan mengamati dokumentasidokumentasi proses pewarnaan para arsitek dari dua periode yaitu periode black&white, ketika teknologi warna belum berkembang dan periode color. Dan dari pengamatan yang dilakukan memang pada umumnya arsitek melibatkan warna pada proses desain mendekati tahap akhir. Dan dari hasil rancangan arsitek yang telah terbangun, ternyata terlihat kesinambungan antara warna bangunan 'di atas kertas' dengan warna bangunan 'di lapangan'.
Admiration upon architectural aesthetic might have been experienced by every human being. Without any doubt there are indispensable rationales behind its existence, fashioned through process or extensive phases. Every architectural works positioned within this earth has acknowledged courses of actions even before it was born. This on-paper process is what we regularly called as planning or design process.Design process has numerous aspects which persuade our design aesthetically, being visually contented. That concludes forms and colors. Form aspect might not sound odd to architectural society for its subsistence has quite dominant percentages within design process. Unlike form aspect, color aspect is dacommonly neglected in early stages of design process. What lies beneath architects? perceptions and ideas are typically delimited amid imaginary monochrome figures. Color mostly steps in after the completion of its construction or fortuitously discussed at the establishment of design process late stages.Is it verity that every architect treats color as merely finishing statement? How is it essentially the coloring procedures done by architects? On what period do they engage color towards their design? And is color?in which exposed hypothetically?truthfully functions during realization process or operates plainly as ornaments and presentational enrichments? To answer those questions, the author have done some analysis from several literature to trace the coloring process by architects. The tracing was commited by observing some documentation process of architect?s coloring in two different periode which is the black and white period where coloring technology has not yet been developed and the color period. From the observation, it was generally understood that architect will involve the coloring technique when the design process was almost reach their final phase. And it will clearly seen the connection between the color of 'the building on top of the paper' and of 'the building on the site.'"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48447
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library