Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David Ralph Lienhardt Ringoringo
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan pasien di balik penolakan radikal sistektomi pada kanker kandung kemih Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Adam Malik dalam rentang periode Juli 2014 hingga Agustus 2020. Family meeting ataupun wawancara dilakukan untuk menjelaskan risiko dan manfaat dari operasi dan mendapatkan persetujuan atau penolakan (dan alasan penolakan) dari prosedur tersebut. Analisis bivariat menilai signifikansi semua variabel dependen sebagai prediktor penolakan radikal sistektomi. Variabel yang signifikan akan dimasukkan dalam analisis regresi multivariat. Hasil: Sebanyak 51 pasien kanker kandung kemih yang baru terdiagnosis dan dindikasikan untuk radikal sistektomi diikutsertakan dalam penelitian ini, dengan rata- rata usia 51,73±8,73 tahun; 34 (66,67%) diantaranya berusia <55 tahun. Ada 42 pasien laki-laki (82,4%) dalam penelitian ini. 15 (29,4%) pasien menolak radikal sistektomi. 81,25% pasien stadium awal setuju untuk menjalani radikal sistektomi. Rasio prevalensi pasien stadium III-IV yang menolak menjalani radikal sistektomi adalah 1,544 (95% CI, 0,977-2,440). Hanya enam pasien (35,3%) berusia ≥55 tahun yang menyetujui prosedur, dengan rasio prevalensi pasien berusia ≥55 tahun yang menolak prosedur sebesar 2.500 (95% CI, 1.298–4.814). Kesimpulan: Usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan stadium III-IV menjadi faktor penentu penolakan radikal sistektomi. Odds rasio penolakan adalah 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), dan 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) masing-masing untuk usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan tahap III-IV. ......Introduction: This study aimed to describe the reasons behind patient’s radical cystectomy refusal for bladder cancer Methods: This study was conducted at Adam Malik General Hospital between July 2014 and August 2020 were recruited in this study. A family conference or interview was taken to explain the risk and benefit of the surgery and get the approval or rejection (and refusal reason) of the procedure. The bivariate analysis assessed all dependent variables’significance as a predictor of radical cystectomy refusal. Significant variables will be included in the multivariate regression analysis. Results: A total of 51 newly diagnosed bladder cancer patients indicated for radical cystectomy were included in this study, with an average of 51.73±8.73 years old; 34 (66.67%) of those were aged <55 years old. There were 42 male patients (82.4%) in this study. 15 (29.4%) patients refused the radical cystectomy. 81.25% of early-stage patients agreed to undergo radical cystectomy. The prevalence ratio of stage III–IV patients refused to undergo radical cystectomy was 1.544 (95% CI, 0.977–2.440). Only six patients (35.3%) aged ≥55 years agreed to the procedure, with a prevalence ratio of patients ≥55 years of age to refuse to the procedure of 2.500 (95% CI, 1.298–4.814). Conclusion: Age ≥55 years, low education level, and stage III-IV were the determining factors in the rejection of radical cystectomy. The odds ratios for refusal were 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), and 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) for ages ≥55 years, low education level, and stages III-IV, respectively.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Made Parulian
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Kanker kandung kemih ditandai dengan tingkat rekurensi dan progresivitas yang tinggi. E-cadherin berfungsi sebagai salah satu molekul terpenting yang mengambil bagian dalam aderensi sel-sel epitel, menunjukkan penghambatan perkembangan sel tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi E-cadherin dengan progresivitas kanker kandung kemih selama 3 tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang melibatkan pasien kanker kandung kemih di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Diagnosis kanker kandung kemih dikonfirmasi oleh pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia antara 2011-2018, dengan penilaian dan stadium ditentukan oleh ahli uropatolog dan urolog onkologi. E-cadherin diperiksa melalui pemeriksaan imunohistokimia pada saat diagnosis. Data demografi, invasi jaringan otot, stadium klinis, derajat, metastasis, multifokal, dan kekambuhan diperoleh dari rekam medis dan laporan patologis. Hubungan ekspresi E-cadherin dengan invasi otot dan kanker kandung kemih invasi non-muskuler dievaluasi dan dianalisis secara statistik. Data kelangsungan hidup pasien ditindaklanjuti melalui komunikasi telepon. Hasil: Empat puluh pasien kanker kandung kemih dengan usia rata-rata 60,05 ± 10,3 tahun menjadi subyek penelitian. Sebagian besar subjek memiliki ekspresi E-cadherin yang tinggi (85%), invasi otot (65%), derajat tinggi (65%), tanpa metastasis (87,5%), multifokal (65%), tanpa rekurensi (62,5%). Ekspresi E-cadherin yang lebih rendah diasosiasikan dengan stadium klinis kanker kandung kemih yang lebih tinggi (p <0,02) dan metastasis (p <0,001). Pasien dengan ekspresi E-cadherin rendah menunjukkan kelangsungan hidup kumulatif yang lebih buruk daripada yang tinggi (rata-rata 32 bulan vs 25 bulan, p = 0,13). Kesimpulan: Kadar E-cadherin yang rendah dikaitkan dengan risiko invasi otot yang lebih tinggi, stadium klinis, derajat histologis, dan risiko metastasis. Sementara itu, pasien dengan tingkat E-cadherin yang tinggi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tiga tahun yang lebih baik. ......Introduction: Bladder cancer is characterized with high recurrence and progressivity. E-cadherin serves as one of the most important molecules partaking in the epithelial cells cell-to-cell adherence, suggested to inhibit tumor cells progression. This study aims to investigate the association between the E-cadherin expressions with bladder cancer progressiveness in 3 years. Methods: This study was a retrospective cohort study involving bladder cancer patients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Diagnosis of bladder cancers confirmed by histopathological and immunohistochemistry examination between 2011–2018, with both grading and staging determined by uropathologists and uro-oncologists. E-cadherin was examined through immunohistochemistry examination at the time of diagnosis. Data on demography, muscle invasion, clinical staging, grade, metastasis, multifocality, and recurrence were obtained from medical records and pathology reports. The association of E-cadherin expression to muscle invasion and non-muscle invasion bladder cancer was evaluated and statistically analyzed. Patients survival data were followed up by phone. Results: Forty bladder cancer patients with mean age of 60.05 ± 10.3 years were included. Most subjects had high E-cadherin expression (85%), muscle invasion (65%), high grade (65%), no metastasis (87.5%), multifocality (65%), no recurrence (62.5%). Lower expression of E-cadherin was associated with higher clinical stage (p <0.02) and metastasis (p <0.001). Patients with low E-cadherin expression showed worse cumulative survival than the high one (mean 32 months vs 25 months, p = 0.13). Conclusion: Low level of E-cadherin was associated with higher risk in muscle invasion, clinical staging, histological grade and risk of metastasis. Meanwhile, patients with high level of E-cadherin showed better three-year survival rate
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Aprilia Hariyani
Abstrak :
Kanker kandung kemih pada citra Computed Tomography Scanner (CT-Scan) memiliki bentuk, lokasi dan tekstur yang berbeda untuk setiap citra. Kandung kemih setiap orang memiliki ukuran yang berbeda saat pengambilan gambar. Gambar kontras dan non-kontras yang diambil pada CT scan kandung kemih dapat digunakan untuk menentukan struktur dan bentuk kandung kemih. Namun, perbedaan gambar kontras antara kelainan dan kandung kemih yang sehat seringkali tidak terlihat secara visual, sehingga sulit untuk mengevaluasi. Walaupun sudah banyak penelitian tentang deteksi kanker kandung kemih berdasarkan citra CT yang telah dilakukan, namun dilaporkan bahwa tingkat keberhasilan pendeteksian kanker kandung kemih masih tergolong rendah. Dalam penelitian ini, Computer-Aided Diagnosis (CAD) digunakan untuk membantu mengevaluasi kelainan kandung kemih menggunakan metode segmentasi berdasarkan algoritma Active Contour. Fitur citra berbasis Gray Level Co-Occurrence Matrix (GLCM) digunakan sebagai masukan dari Artificial Neural Network (ANN) untuk mengklasifikasikan citra normal dan citra abnormal. Penelitian CAD ini menggunakan MATLAB. Sampel yang digunakan berjumlah 320 citra dengan ketentuan 200 citra abnormal (25 pasien) dan 120 citra normal (8 pasien) digunakan sebagai data latih dan pengujian. Hasil pengujian berdasarkan Receiver Operating Characteristic (ROC) didapatkan akurasi pelatihan sebesar 90.2 ± 2.68% dan akurasi pengujian sebesar 89.2 ± 2.95%. Hasil ini berarti bahwa sistem CAD yang dikembangkan ini dapat mengenali citra kandung kemih yang normal dan abnormal.
Bladder cancer on a Computed Tomography Scanner (CT-Scan) image has a different shape, location and texture for each image. Each person's bladder is different in size when the image is taken. Contrast and non-contrast image captured on a CT scan of the bladder can be used to determine the structure and shape of the bladder. However, the difference in contrast images between an abnormality and a healthy bladder is often not visually obvious, making the evaluation is difficult. In this study, Computer-Aided Diagnosis (CAD) is used to help evaluating bladder abnormalities using the segmentation method based on an active contour algorithm. The Gray Level Co-Occurrence Matrix (GLCM)-based features of the images are used as the inputs of the Artificial Neural Network (ANN) to classify the normal and abnormal images. The research CAD in this study using MATLAB. A total number of samples were 320 images with 200 abnormal (25 patient) and 120 normal (8 patient) images were used as training and testing data. The result based on Receiver Operating Characteristic (ROC) illustrated that the training accuracy was 90,2 ± 2.68% and the test accuracy was 89,2 ± 2,95%. These results mean that this developed CAD system can recognize normal and abnormal bladder images
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Solihati
Abstrak :
Latar belakang: Sampai saat ini, masih terdapat kontroversi mengenai hubungan antara paparan tetrachloroethylene pada pekerja dry cleaning dan insiden kanker kandung kemih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi berdasarkan bukti mengenai hubungan antara paparan tetrachloroethylene pada pekerja dry cleaning dan risiko kejadian kanker kandung kemih melalui laporan kasus berdasarkan bukti yang berasal dari tinjauan literatur. Metode: Tinjauan dilakukan melalui metode pencarian dan pemilihan artikel dalam database Pubmed, Scopus, dan Proquest yang bertujuan menjawab pertanyaan penelitian. Proses pencarian artikel menggunakan kata kunci "kanker kandung kemih" DAN "tetrachloroethylene" ATAU "perchloroethylene" DAN "dry cleaning" ATAU "dry cleaners". Pemilihan artikel dilakukan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Pada pencarian awal, artikel diambil dari tiga database yaitu Pubmed, Scopus dan Proquest. Hasil: Setelah proses seleksi, terpilih satu artikel meta analisis dari Vlaanderen et al. (2014). Secara umum, ke-15 studi yang termasuk dalam studi meta analisis memiliki validitas yang baik. Namun ada sebelas studi yang tidak sesuai dengan laporan kasus berbasis bukti PICO, jadi hanya empat studi yang ditemukan yang sesuai dengan laporan kasus berbasis bukti PICO. Satu studi kohort dari Lynge et al. (2006) memiliki hasil statistik yang signifikan dengan {RR (95% CI) 1,44 (1,07-1,93). Sedangkan tiga penelitian dengan desain kasus kontrol dari Burn dan Swanson (1991), Gaertner et al (1991), dan Colt et al (2011) tidak menunjukkan hubungan antara paparan tetrakloroethylene pada kejadian kanker kandung kemih pada pekerja dry cleaning. Kesimpulan: Dari ke empat penelitian tersebut, bukti kejadian kanker kandung kemih dan paparan tetrachloroethylene pada pekerja dry cleaning menunjukkan hasil yang tidak konsisten sehingga tidak cukup bukti untuk memastikan bahwa paparan tetrachloroethyelene pada pekerja dry cleaning dapat menyebabkan kanker kandung kemih. ......Background: Up to the present, there has been controversy on the relationship between tetrachloroethylene exposure in dry cleaning workers and bladder cancer. The aim of this study was to obtain evidence based information regarding the relationship between tetrachloroethylene exposure in dry cleaning workers and bladder cancer incidence risk through an evidence based case report derived from a literature review. Methods: The review was conducted through a method of search and selection of articles in the Pubmed, Scopus and Proquest databases aimed at answering the study question. The process of searching articles used the keyword “bladder cancer” AND “tetrachloroethylene” OR “perchloroethylene” AND “dry cleaning” OR “dry cleaners”. Article selection was perfomed using the defined inclusion and exclusion criteria. At the initial search,  article were retrieved from the three databases. Results: Following the selection process, one meta analisis article from Vlaanderen et al. (2014) remained. One cohort study from Lynge et al. (2006) have significant statistical results with {RR (95% CI) 1.44 (1.07-1.93). While three studies with a case control design from Burn and Swanson (1991), Gaertner et al (1991), and Colt et al (2011) did not show an association between tetrachloroethylene exposure on the incident of bladder cancer in dry cleaning workers. Conclusion: From that studies, the evidence on bladder cancer incidence and  tetrachloroethylene exposure in dry cleaning workers are inconsistent so its not sufficient evidence to ensure that tetrachloroethyelene exposure in dry cleaning workers can cause bladder cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafa Mulia Ashari
Abstrak :
Kanker kandung kemih merupakan adanya infiltrasi sel-sel abnormal di dalam atau dinding lapisan kandung kemih. Tatalaksana kanker kandung kemih yaitu dengan melakukan operasi Transuretral Resection of Bladder Tumour (TURBT). Efek samping operasi ini berupa nyeri yang dapat mengganggu rasa nyaman pasien. Masalah keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah nyeri akut. Oleh karena itu, perawat berperan dalam memberikan manajemen mandiri keperawatan non farmakologi, salah satunya berupa terapi musik. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada kanker kandung kemih post TURBT dan penerapan intervensi terapi musik dalam mengontrol nyeri post TURBT. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada pasien usia 62 tahun yang mengalami kanker kandung kemih yang telah menjalani operasi TURBT dan mengeluh nyeri dengan skala 6 (nyeri sedang). Hasil penelitian menunjukkan tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, gangguan eliminasi urin, dan risiko infeksi; terdapat penurunan tingkat nyeri post operasi dari skala 6 (nyeri sedang) menjadi skala 2 (nyeri ringan) setelah melakukan terapi musik selama 3 hari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perawat menerapkan intervensi keperawatan berbasis bukti terkini dalam mengatasi nyeri secara non farmakologi setelah operasi melalui penerapan terapi musik. ......Bladder cancer is an infiltration of abnormal cells in the lining of the bladder. Management of bladder cancer is performed by Transuretral Resection of Bladder Tumour (TURBT). The impact of this surgery pain which can interfere with the patient's comfort. The main nursing problem that can be enforced is acute pain. Therefore, nurses play a role in providing non-pharmacological nursing self-management, one of which is music therapy. This case study aims to analyze nursing care for post-TURBT bladder cancer and the application of music therapy interventions in controlling post-TURBT pain. This study used a case study approach in a 62-year-old patient with bladder cancer who had undergone TURBT surgery and complained of pain on a scale of 6 (moderate pain). The results showed three nursing diagnoses, namely acute pain, impaired urinary elimination, and risk of infection; there was a decrease in the level of postoperative pain from a scale of 6 (moderate pain) to a scale of 2 (mild pain) after doing music therapy for 3 days. The results of this study are expected to motivate nurses practicing evidence based in nursing intervention to overcome post surgery pain with the application of music therapy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library