Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kaleb Tjindarbumi
"Latar Belakang. Gangguan berkemih neurogenik akibat cedera medulla spinalis CMS dapat berupa lesi sakral dan suprasakral. Setelah fase syok spinal, pada fase lanjutan terjadi perubahan karakteristik detrusor dari akontraktil menjadi hiperrefleks disertai adanya detrusor sphincter dysynergia DSD . Lesi suprasakral lebih berisiko untuk menimbulkan tekanan detrusor Pdet yang tinggi baik pada fase pengisian ataupun fase miksi. Teknik berkemih refleks, kateter menetap, kateter berkala atau campuran dinilai dapat berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya Pdet dan perubahan ini hanya dapat dinilai melalui pemeriksaan urodinamik.Tujuan. Menilai apakah tinggi rendahnya Pdet dipengaruhi oleh teknik berkemih yang digunakan pasien CMS lesi suprasakral. Metode. Studi potong lintang dengan menilai Pdet pasien CMS lesi suprasakral yang telah melakukan pemeriksaan urodinamik pada periode 01 Januari 2015 sampai dengan 31 Agustus 2017. Nilai rerata Pdet dinilai pada fase pengisian dan fase miksi. Identifikasi teknik berkemih dilakukan dengan merujuk pada status rekam medis dan dikelompokkan menjadi refleks, kateter menetap, campuran dan kateter berkala.Hasil. Terdapat 66 subyek yang dianalisa dan terdiri dari 32 subyek dengan refleks, 17 subyek dengan kateter menetap, 7 subyek dengan campuran dan sisa 10 subyek dengan kateter berkala. Nilai Pdet pada kelompok kateter berkala lebih rendah dibandingkan kelompok lain tetapi hasil ini tidak signifikan secara statistik p = 0.243 dan p = 0.684 Kesimpulan. Walaupun tidak berbeda secara signifikan, nilai Pdet pada kelompok kateter berkala lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya sehingga apabila memungkinkan teknik kateter berkala tetap direkomendasikan menjadi pilihan teknik berkemih. Pemeriksaan urodinamik secara berkala penting untuk dilakukan dalam menilai dan monitor Pdet.
......Background. Neurogenic bladder dysfunction due to spinal cord injury SCI can be classified into sacral and suprasacral lesion. After spinal shock, the recovery phase will have a bladder characteristic of acontractile turning into hyperreflex and presence of detrusor sphincter dyssynergia DSD . Suprasacral lesion has greater risk of producing high detrusor pressure Pdet in the filling and voiding phases. Voiding technique voiding reflex, indwelling cathteter, intermittent catheter and mixed is thought to have effect on the Pdet value and the changes can only be measured by urodynamic examination. Aim. To evaluate whether the high or low value of Pdet is affected by the voiding technique that used by suprasacral lesion SCI patient. Method. Cross sectional study to determine the Pdet of suprasacral SCI patient that has done urodynamic examination within period of 1st January 2015 to 31st August 2017. The average value of Pdet is noted during the filling and voiding phase. Identification of voiding technique is based on medical record and was classified as voiding reflex, indwelling catheter, mixed and intermittent catheter.Result. 66 samples are analyzed and consisted of 32 subjects with reflex, 17 subjects with indwelling catheter, 7 subjects with mixed technique and 10 subjects with intermittent catheter. The Pdet filling and voiding value in intermittent catheter group is lower that other groups although it is not statistically significant p 0.243 and p 0.684 . Conclusion. Although not significantly different, the Pdet value in the intermittent catheter group is lower than other groups so that whenever possible intermittent cathter is still recommended to be technique of choice. Routine urodynamic examination is important to determine and monitoring the Pdet value "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T57687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Iqbal Tafwid
"Latar Belakang Disfungsi saluran kemih bawah (LUTD) adalah istilah yang merujuk pada gangguan penyimpanan dan pengosongan urin, atau disfungsi kandung kemih, termasuk gejala saluran kemih bawah (LUTS). Arus interferensial digunakan untuk memberikan arus frekuensi rendah yang diperlukan untuk stimulasi transkutan struktur internal tanpa menyebabkan ketidaknyamanan. Elektroterapi interferensial (IET) telah banyak digunakan untuk mengobati LUTD. Namun, IET belum banyak diteliti dalam hal evaluasi klinisnya, terutama pada anak-anak dengan LUTD. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas dan efek IET terhadap kualitas hidup pasien disfungsi kandung kemih dibandingkan dengan terapi konservatif konvensional.
Metode Basis data PubMed, Cochrane Library, Scopus, EBSCOhost EMBASE, dan CINAHL dicari secara sistematis termasuk semua studi dengan data primer yang membandingkan kualitas hidup dan hasil urodinamik terapi listrik interferensial dan terapi konservatif konvensional. Risiko bias untuk studi yang termasuk dievaluasi. Meta-analisis dilakukan dengan menggunakan Review Manager (Revman 5.4).
Hasil Delapan studi yang memenuhi kriteria inklusi, dengan sebagian besar menunjukkan risiko bias rendah, telah dimasukkan dalam tinjauan ini. Dari delapan studi yang termasuk, lima studi dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan meta-analisis. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa IET secara signifikan mengurangi kejadian inkontinensia siang hari (RR: 0,27, 95% CI: 0,14-0,50), dan pola pengosongan abnormal (RR: 0,44, 95% CI: 0,22-0,91) dibandingkan dengan CCT. Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang diamati dalam kejadian inkontinensia malam hari, waktu pengosongan, volume pengosongan, PVR, Qmax, atau Qave dengan IET dibandingkan dengan CCT.
Kesimpulan Studi ini mengkonfirmasi IET sebagai modalitas yang efektif dalam pengobatan disfungsi kandung kemih dengan beberapa LUTS pada anak-anak.
......Background Lower urinary tract dysfunction (LUTD) is an exclusive term that refers to impairments in urine storage and voiding, or bladder dysfunction, including lower urinary tract symptoms (LUTS). During recent decades, inferential electrotherapy (IET) has been expanded and extensively used to treat LUTD in both adults and children. Despite some prior studies, to our knowledge IET has not been studied much in terms of its clinical evaluation, especially in children with LUTD. This systematic review and meta-analysis aims to address the efficacy and effect of IET on the quality of life for bladder dysfunction patients compared to conventional conservative therapy (CCT).
Methods PubMed, Cochrane Library, Scopus, EBSCOhost EMBASE and CINAHL databases were systematically searched including all studies with primary data that compared the quality of life and urodynamic outcomes of interferential electric and conventional conservative therapy. The risk of bias for included studies was assessed. Meta-analysis was performed in Review Manager (Revman 5.4).
Results Eight Studies were included that meet the eligibility criteria, with the majority exhibiting a low risk of bias. Of the eight studies included, five studies were able to be further analyzed using meta-analysis. The meta-analysis results show that IET significantly reduced the incidence of daytime incontinence (RR: 0.27, 95% CI: 0.14-0.50), and abnormal voiding patterns (RR: 0.44, 95% CI: 0.22–0.91) compared to CCT. However, no significant difference was observed in the incidence of nighttime incontinence, voiding time, voiding volume, PVR, Qmax or Qave with IET compared to CCT.
Conclusion Overall, studies confirm IET as an effective modality in the treatment of bladder dysfunction with several LUTS in children. IET is safe, with no significant adverse events reported promising results in bowel and urinary disorders in children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library