Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Komalasari Dewi
Abstrak :
Salah satu pemanfaatan bentonit adalah untuk penjernihan minyak dalam proses pemurnian minyak kelapa sawit (curah). Untuk memperoleh daya pemucatan yang maksimum diperlukan suatu kondisi optimum. Peningkatan kualitas daya serap, meliputi purifikasi (penghilangan karbonat, pengurangan kadar besi, pengurangan materi organik, serta fraksionasi) dan dilanjutkan dengan aktivasi (asam dan pemanasan). Variasi konsentrasi H2SO4 yang digunakan sebesar 0,8 M; 1,0 M; dan 1,2 M. Bentonit yang telah diberi perlakuan dikarakterisasi dengan XRD, XRF, dan FTIR. Analisis data XRD digunakan untuk mengetahui perubahan struktur pada kristal bentonit, XRF untuk mengetahui komposisi unsur, dan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi. Berdasarkan hasil pengujian dan karakterisasi diperoleh efektivitas adsorpsi bentonit purifikasi sebesar 42,82%, raw bentonit sebesar 54,32%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 0,8 M sebesar 63,29%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 1,0 M sebesar 85,81%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 1,2 M sebesar 79,69%.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Indria Anindita
Abstrak :
Pemutihan gigi dilakukan untuk gigi yang mengalami diskolorasi menggunakan hidrogen peroksida. Salah satu teknik dalam pemutihan gigi adalah at-home bleaching. Aplikasi bahan pemutih gigi juga dapat dilakukan pada gigi yang telah ditumpat dengan resin komposit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama aplikasi bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 6% terhadap kekerasan resin komposit hibrid. Penelitian ini menggunakan 30 spesimen yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 10 spesimen kontrol, 10 spesimen yang diaplikasi bahan pemutih gigi selama 4 jam dan 10 spesimen yang diaplikasi bahan pemutih gigi selama 8 jam. Aplikasi bahan pemutih gigi dilakukan selama 4 hari. Pengukuran kekerasan dilakukan per hari menggunakan Knoop Microhardness Tester. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan penurunan kekerasan berdasarkan lama aplikasi bahan pemutih gigi. Namun tidak terdapat perbedaan penurunan kekerasan bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 6% dapat digunakan pada pasien dengan tumpatan resin komposit hibrid dengan aplikasi 4 jam selama 1 hari.
Dental bleaching is one of treatment for discoloured teeth using hydrogen peroxide. One of dental bleaching method is at-home bleaching. Application of bleaching agent is also applied on the tooth that has been restorated with dental composite resin. The purpose of this research is to analyse the effect of different time of 6% hydrogen peroxide application to the surface hardness of hybrid composite resin. In this research 30 specimens hybrid composite resin were divided into 3 groups of specimen. These are 10 specimens as control group, 10 specimens applied with bleaching agent for 4 hours and 10 specimens applied with bleaching agent for 8 hours each day for 4 days. Measurement with Knoop Hardness Tester has been done each day. The result of this research is the surface hardness value of hybrid composite resin was decreased significantly after the application of bleaching agent 6% hydrogen peroxide according to time of application. But there?s no significantly differences compared to control group. The conclusion is bleaching agent that contain 6% hydrogen peroxide can be used for patient with hybrid composite resin in 4 hour application for one day.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati
Abstrak :
Selection of the whitening technique for tooth whitening in pediatric use should be based on the types of the stains and discoloration, and depth of the stains. if superficial, stains can be removed by microabrasion, but for deeper stains bleaching materials must be used. Use the bleaching materials or bleaching product should also be based on the concentration of active ingredient, the viscosity of the product, and tooth sensitivity.
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arya Thayeb
Abstrak :
ABSTRAK Penggunaan serat alam Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai penguat dalam komposit polimer terus digalakkan sebagai alternatif bahan baku yang murah dan berlimpah. Namun, sifat hidrofilik yang dimiliki oleh serat alam TKKS akibat kandungan lignin dan hemiselulosa menyebabkan TKKS memiliki kompabilitas yang rendah dengan matriks polimer yang digunakan. Proses bleaching merupakan metode modifikasi permukaan yang bertujuan untuk meningkatkan sifat hidrofobisitas dari serat TKKS. Potensi penggunaan Hidrogen Peroksida (H2O2­) sebagai bleaching agent dalam larutan alkali menunjukan kemampuan untuk menghilangkan kandungan lignin, hemiselulosa, dan impuritas yang berada pada permukaan serat alam TKKS. Perubahan sifat permukaan TKKS kemudian diteliti menggunakan pengujian sudut kontak dengan metode sessile drop test, SEM, dan FTIR. Tegangan permukaan dari TKKS tanpa perlakuan menunjukan angka 35.18 dynes/cm dan meningkat menjadi 32.33 dynes/cm setelah dilakukan bleaching mengindikasikan adanya peningkatan sifat hidrofobik dari serat TKKS. Selain itu, analisis kuantitatif nilai dispersi menggunakan metode perhitungan statistik skewness ratio dan coefficient of variation menunjukan adanya kecenderungan peningkatan distribusi ukuran serat dari TKKS hasil bleaching. Nilai koefisien variasi yang menurun dari 1.40 menjadi 1.20 setelah perlakuan bleaching menunjukan kondisi distribusi serat TKKS yang lebih seragam. Selain itu, nilai skewness ratio serat TKKS hasil bleaching menunjukan peningkatan nilai dari 1.98 menjadi 2.13 mengindikasikan bahwa serat yang mengalami aglomerasi semakin sedikit. Sedangkan, pada perhitungan Nearest Neighbor Index (NNI), adanya penurunan nilai NNI dari 0.42 pada serat TKKS tanpa perlakuan menjadi 0.32 pada serat hasil perlakuan mengindikasikan meningkatnya kecenderungan serat TKKS untuk mengalami clustering.
ABSTRACT The use of Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB) fibers as reinforcement in polymer composites continues to be promoted as an alternative to man-made fiber because of its inexpensive and abundant quantity. However, the hydrophilic nature of natural OPEFB fibers due to lignin and hemicellulose content causes OPEFB to have low compatibility with the common polymer matrix like polypropylene. Bleaching as a surface modification method is used to improve the of OPEFB fibers. The potential use of Hydrogen Peroxide (H2O2) as a bleaching agent in an alkaline solution shows the ability to eliminate lignin, hemicellulose, and impurities that are present on the surface of the natural OPEFB fibers. Changes in the surface properties of OPEFB are then examined using contact angle testing using sessile drop method, SEM, and FTIR analysis. The surface tension of the OPEFB without treatment shows the number as high as 35.18 dynes/cm and decreases to 32.33 dynes/cm after bleaching treatment, indicates an increase in the nature of the OPEFB fibers. In addition, quantitative analysis of dispersion values ​​using the statistical calculation method of skewness ratio and coefficient of variation showed tendency of increasing uniformity of size distribution on OPEFB fiber after bleaching treatment. The coefficient of variation decreased from 1.40 to 1.20 after the bleaching treatment showed a more uniform condition of the OPEFB fiber size distribution relative to its average size. In addition, the skewness ratio of post-bleaching OPEFB fibers shows an increase in value from 1.98 to 2.13 indicating that the agglomeration of fiber is getting sparse. Whereas, in the calculation of Nearest Neighbor Index (NNI), a decrease in the value of NNI from 0.42 on untreated OPEFB fibers to 0.32 on treated fibers indicates an increase in the tendency of OPEFB fibers to experience clustering.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Darmawan
Abstrak :

Pohon tengkawang (Shorea stenoptera) merupakan tumbuhan indigenous hutan Kalimantan yang memiliki potensi besar. Lemak biji pohon tengkawang memiliki potensi sebagai sumber alternatif lemak nabati karena memiliki kadar trigliserida yang tinggi. Lemak tengkawang yang umumnya diproduksi secara tradisional, memiliki kualitas di bawah standar bahan kosmetik yaitu memiliki kadar asam lemak bebas di atas 5% dan banyak pengotor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum pada proses degumming, netralisasi, dan bleaching sehingga memiliki kualitas sesuai standar SNI. Proses degumming  menggunakan asam fosfat 1 %; proses netralisasi  menggunakan NaOH 1 M dengan variasi 5, 7,5 dan 10 %; proses bleaching  menggunakan variasi aktivasi termal dan aktivasi asam dengan kadar 1% dan 5%.  Proses netralisasi dengan NaOH 10% menurunkan angka asam hingga 3,29 dari 11 mg NaOH/g. Bilangan peroksida diturunkan hingga 2,45 dan 2,40 untuk tengkawang Nanga Yen dan Sintang dari 9,43 dan 14,53 mek O2/Kg. Bilangan Iodin berada pada rentang 29 – 32 mg I2/100 g. Kandungan (%) asam palmitat; asam stearat; dan asam oleat masing – masing  19,710; 44,267; dan 31,894 %  untuk tengkawang Nanga Yen dan 19,687; 42,430; dan 31,409 %  untuk tengkawang Sintang. Nilai luas permukaan spesifik (m2/g) dan ukuran partikel (nm) sebagai berikut 82.27 dan 1248.3 untuk bentonite alam, 92.21 dan 1374.5 untuk bentonite komersial, 131.08 dan 1351.0 untuk bentonite aktivasi termal, 230.82 dan 1428.5 untuk bentonite aktivasi asam. Nilai SPF dari Tengkawang (Nanga Yen dan Sintang) berada pada rentang 4 – 9, sedangkan Shea butter pada rentang 12 – 19.


Tengkawang tree (Shorea stenoptera) is an indigenous plant of Kalimantan forest that has great potential. Tengkawang tree seed fat has potential as an alternative source of vegetable fat because it has high triglyceride contents. Tengkawang fat, which is generally produced traditionally, has a quality below the standard of cosmetic ingredients, which has free fatty acid levels above 5% and many impurities contents. This study aims to obtain optimum operating conditions in the process of degumming, neutralization, and bleaching to have quality in accordance with SNI standards. The degumming process was used 1% phosphoric acid; the neutralization process  used NaOH 1 M with variations of 5, 7.5 and 10%; the bleaching process used variety of thermal and acid activated of bentonite. Netralization Process with 10% NaOH reduces acid number to 3.29 from 11 mg NaOH/g sample. Peroxide numbers reduces to 2.45 and 2.40 for tengkawang Nanga Yen and Sintang from 9.43 and 14.53 mek O2 / Kg. Iodine numbers are in the range 29-32 mg I2 / 100 g. Palmitic acid ; stearic acid; and oleic acid content  (%) respectively 19.7104, 44.2674, and 31.8944  for tengkawang Nanga Yen and 19,687; 42.43; and 31.4097  for tengkawang Sintang. Specific surface area values (m2 / g) and particle size (nm) are as follows 82.27 and 1248.3 for natural bentonite, 92.21 and 1374.5 for commercial bentonite, 131.08 and 1351.0 for thermal activated bentonite 230.82 and 1428.5 for acid activated bentonite. The SPF values of Tengkawang butter are in the range of 4 – 9, while the Shea butter in the range of 12 – 19.

2020
T55087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismojo
Abstrak :
ABSTRAK
Serat alam menjadi alternatif yang menarik sebagai pengganti atau subtitusi serat sintetis untuk struktur komposit polimer. Kelemahan serat alam karena hemiselulosa, selulosa dan lignin mengurangi kompatibilitasnya dengan matriks polimer sintetis. Modifikasi permukaan serat menggunakan perlakuan kimia dan fisika memiliki potensi untuk meningkatkan kompatibilitas serat-matriks. Penelitian ini bertujuan memodifikasi permukaan serat sorgum melalui perlakuan kimia dan fisika. Perlakuan kimia yang digunakan adalah alkali-asetilasi dengan variasi konsentrasi larutan dan katalis asetilasi, alkali-asetilasi-hidrolisis, dan alkali-bleaching dengan variasi temperatur proses. Perlakuan fisika dilakukan dengan pemanasan melalui kukus, kukus-presto, dan presto-rebus dengan variasi waktu proses. Hasil percobaan dikarakterisasi menggunakan FTIR, FE-SEM, XRD, STA dan sesile drop test. Serat mikrofibril selulosa (MFC) hasil optimum dari hasil perlakuan kimia dan fisika dicampur dengan matriks polipropilen (PP) untuk pembuatan komposit dengan variasi fiber loading. Proses pencampuran dan pembuatan komposit menggunakan alat Reomix dan hotpress. Dari analisis morfologi ditunjukkan bahwa hemiselulosa dan lignin menurun setelah dimodifikasi. Hasil ini diperkuat dengan data hasil uji XRD yang mengungkapkan bahwa fraksi kristalin serat sorgum meningkat. Serat hasil perlakuan kimia dan fisika mampu secara efektif meningkatkan ikatan komposit. Sifat tarik komposit PP yang diperkuat serat yang dimodifikasi meningkat jika dibandingkan dengan serat sebelum modifikasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa makin tinggi fiber loading MFC dalam matriks PP kekuatan tarik komposit menurun.
2019
D2719
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Zaki Muhammad
Abstrak :

Indonesia sebagai salah satu negara tropis terbesar di dunia dengan hutan seluas 125.922.474 hektar memiliki sumber daya hutan yang melimpah termasuk berbagai sumber minyak nabati salah satunya adalah lemak tengkawang. Lemak dari tengkawang ini bernilai cukup tinggi karena kandungan asam lemaknya, nilai ekonominya pun  jauh meningkat apabila buah tersebut diolah menjadi lemak daripada hanya dijual dalam bentuk buah kering. Lemak tengkawang dapat berperan sebagai pengganti lemak kokoa karena sifatnya yang serupa. Metode yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk mendapatkan mentega tengkawang ini masih tradisional sehingga kualitas produksinya belum dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian yang ada menunjukkan bahwa parameter SNI yang belum dapat dicapai adalah asam lemak bebas dan warna tengkawang. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar beta karoten pada lemak tengkawang dalam rangka mendapatkan warna yang sesuai SNI dan menurunkan bilangan peroksida pada lemak tengkawang dengan penambahan adsorben bentonit teraktivasi termal pada proses pemucatan. Penelitian ini melakukan purifikasi mentega tengkawang dengan melalui tiga langkah yaitu praperlakuan lemak tengkawang, aktivasi bentonit serta analisis RSM. Praperlakuan lemak tengkawang ini terdiri dari degumming dan netralisasi. Proses pemucatan dilakukan dengan bentonit yang diaktivasi secara termal pada variable tertentu. Variabel yang diamati adalah pengaruh suhu aktivasi, waktu aktivasi dan rasio bentonit:lemak tengkawang.. Analisis RSM digunakan untuk melihat signifikasi pengaruhi variable tersebut terhadap kadar beta-karoten dan bilangan peroksida pada lemak tengkawang. Didapatkan bahwa penambahan bentonit teraktivasi termal pada proses pemucatan lemak tengkawang terbukti menurunkan kadar beta karoten dari 114 μg/mL menjadi 13 μg/mL, dan menurunkan bilangan peroksida dari 9.7 mek O2/kg sampek menjadi 4.87 mek O2 kg sampel. Meskipun begitu variasi yang dilakukan pada variabel terikat tidak memiliki efek signifikan terhadap perubahan kandungan beta karoten dan bilangan peroksida

 


Indonesia is one of the largest tropical countries in the world with 125,922,474 hectares of forest having abundant forest resources including a source of vegetable oil, one of which is tengkawang fat. The fat content of tengkawang is quite high because of its fatty acid content, its economic value is far increased compared to the fruit processed into fat from only being sold in the form of dried fruit. The fat can be consumed as cocoa fat because of its similar nature. The method used by the local community to obtain tengkawang butter is still traditional so that the quality of the product does not meet the Indonesian National Standard (SNI). Existing research shows that SNI parameters that have not been achieved are free fatty acids and tengkawang colors. This study tried to reduce the levels of beta carotene in tengkawang fat in order to obtain the appropriate color of SNI and reduce the peroxide number in tengkawang fat by increasing the adsorbent of thermally activated bentonite in the bleaching process. This study purified tengkawang butter with three steps, namely pretreatment of tengkawang fat, activating bentonite and RSM analysis. This treatment of tengkawang fat consists of degumming and neutralization. The bleaching process is carried out with thermal bentonite with certain variables. The variables are the activation temperature, activation time and bentonite-tengkawang fat ratio. RSM analysis is used to see the significance of influencing this variable on beta-carotene levels and peroxide numbers in tengkawang fat. It was found that replacing thermal bentonite in the tengkawang fat bleaching process was shown to reduce beta carotene levels from 114 μg / mL to 13 μg / mL, and reduce peroxide numbers from 9.7 meq O2 / kg to 4.87 meq of O2 kg sample. Even so the variations carried out in the bound variable do not have a significant effect on changes in the content of beta carotene and peroxide numbers

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Syafa Marwa Laksmana
Abstrak :
Latar Belakang: Perawatan untuk perubahan warna gigi yang banyak dipilih masyarakat saat ini ialah tooth bleaching atau pemutihan gigi. Teknik home bleaching kerap menjadi pilihan masyarakat karena lebih murah serta tidak menimbulkan efek hipersensitivitas yang tinggi. Penggunaan bahan alami seperti buah-buahan dapat dimanfaatkan pada bidang kesehatan dan kecantikan termasuk untuk tooth bleaching. Buah tomat dapat dimanfaatkan sebagai agen pemutih tambahan untuk produk home bleaching karena mengandung agen pengoksidasi yang dapat mempercepat proses pemutihan gigi. Tujuan: Membuat material home bleaching hidrogen peroksida 3% dengan penambahan jus buah tomat dan mengetahui perbedaan warna gigi setelah aplikasi bahan bleaching. Metode: Dua puluh empat gigi premolar pasca ekstrasi diberi paparan bahan home bleaching. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 6 sampel. Kelompok A dipaparkan bahan bleaching hidrogen peroksida 3%, kelompok B hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 30%, kelompok C hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 75%, dan kelompok D dipaparkan bahan home bleaching komersial opalescence whitening gel PF 10%. Setiap kelompok dipaparkan 8 jam/hari selama 7 hari. Perubahan warna diukur sebelum dan sesudah paparan menggunakan kolorimeter dengan metode CIEL*a*b. Analisis data dengan uji statistik One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa keempat kelompok dapat memutihkan gigi. Hasil perubahan warna ∆E*ab kelompok dengan hidrogen peroksida 3% 5,89, hasil ∆E*ab kelompok hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 30% 27,93, hasil ∆E*ab kelompok hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 75% 23,27, hasil ∆E*ab kelompok opalescence whitening gel PF 10% 10,67. Hasil ∆E*ab penambahan jus tomat lebih tinggi dibandingkan bahan hidrogen peroksida 3% dan bahan home bleaching komersial opalescence whitening gel PF 10%. Hasil ∆E*ab setiap kelompok terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh penambahan jus buah tomat pada bahan bleaching hidrogen peroksida 3% terhadap perubahan warna gigi yang lebih cerah. ......Background: Tooth bleaching is one of the treatment that many people choose in the management for tooth discoloration. Home bleaching technique often chosen because cheaper and do not cause high hypersensitivity effects. The use of natural ingredients such as fruits can be utilized in the health and beauty sector, including for tooth bleaching. Fruits, such as tomato can be used as an additional whitening agent for home bleaching products because it contains an oxidizing agent which can speed up the teeth whitening process. Objective: To make 3% hydrogen peroxide bleaching at home with the addition of tomato juice and find the difference in tooth colour after application of the bleaching agent. Methods: Twenty four post-extraction premolars were exposed to home bleaching agents. The sample was divided into 4 groups with 6 samples each. Group A was exposed to 3% hydrogen peroxide bleaching agent, group B was exposed to 3% hydrogen peroxide with the addition of 30% tomato juice, group C was exposed to 3% hydrogen peroxide with the addition of 75% tomato juice, and group D was exposed to commercial home bleaching agent opalescence whitening gel PF 10% . Each group was exposed 8 hours/day for 7 days. Colour changes were measured before and after exposure using a colorimeter with the CIEL*a*b method. Data analysis with One-Way ANOVA and Post Hoc Bonferroni statistical tests. Results: Research shows that all four groups can whiten teeth. Color change results in hydrogen peroksida 3% ∆E*ab 5,89, ∆E*ab % hydrogen peroxide with the addition of 30% tomato juice 27,93, ∆E*ab % hydrogen peroxide with the addition of 75% tomato juice 23,27, and ∆E*ab opalescence whitening gel PF 10% 10,67. The results of the discoloration of the ∆E*ab group with 3% hydrogen peroxide and the addition of tomato juice were higher than those of 3% hydrogen peroxide without addition of tomato juice and exposed to commercial home bleaching agents, opalescence whitening gel PF 10%. Color change results between groups significantly different (p<0,05). Conclusion: There is an effect of adding tomato juice to 3% hydrogen peroxide bleaching agent on teeth discoloration that is brighter.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setijo Bismo
Abstrak :
Secara menyeluruh, tujuan utama penelitian ini adalah untuk melakukan studi dasar intensif kemungkinan penggunaan own sebagai bahan pemutih (bleaching) pulp di industri kertas, sehingga secara tidak langsung diharapkan dapat membantu mengurangi dampak pembentukan senyawa dioksin dan kongenernya sebagai hasil samping ataupun polutan-polutan senyawa organokior pada industri pulp dan kertas. Salah satu kesulitan utama dari penggunaan own di industri adalah sifatnya yang tidak dapat disimpan ataupun ditransportasi. Gas oksidator kuat ini hanya dapat dibuat di sekitar daerah pengunaannya (in situ), Dengan pertimbangan tersebut, dikembangkan suatu prototipe peralatan generator ozon, dari bahan baja tahan-karat (stainless steel SUS304) dan kaca borosilikat. Pada tahun pertama telah dilaporkan tentang peralatan ozonator yang dirancang dapat bekerja pada tegangan listrik sekitar 15 - 25 kilovolt, menggunakan arus bolak-balik. Hasil rekayasa dan pengembangan alat ozonator tersebut dapat mengkonsumsi energi yang relatif rendah untuk produktivitas ozon yang tinggi, pada tekanan atmosferik dan suhu kerja antara 15 - 35 °C. Lebih jauh lagi, prototipe ozonator tersebut juga telah diuji beberapa kinerja dan karakteristiknya, diantaranya: konsumsi energi-listrik per satuan massa produk ozon, konversi ozon pada berbagai suhu kerja, pengaruh penggunaan bahan baku, laju aiir dan waktu tingga[ umpan serta sistem pendinginan reaktor pembangkit ozon. Pada tahun kedua, sebagai tahun terakhir penelitian ini, dilaporkan beberapa kegiatan penelitian lanjutan tentang prospek-prospek penggunaan ozon sebagai oksidator alternatif dalam proses pemutihan (bleaching) pulp kertas. Proses pemutihan tersebut (yang dilakukan pada suatu reactor/kontaktor ozon) dengan teknik ozonasi dilakukan terhadap dua jenis pulp, yaitu pulp ampas tabu (pulp kimia) dan pulp dari daur ulang kertas koran (pulp mekanis). Dari hasil percobaan, diketahui bahwa pulp kimia dapat diputihkan dengan ozon, sedangkan pulp' mekanis tidak mengalami peningkatan derajat putih yang signifikan. Derajat putih pulp bagassse mengalami peningkatan sebesar 8,71 pain (hampir sama dengan yang di industri, peningkatan berkisar 9 - 10 poin). Ketahanan tarik (dalam kNlm) untuk kedua jenis pulp cenderung mengalami peningkatan yang sama dengan kenaikan waktu kontak ozon, karena pada awal dekomposisi oleh ozon, masih banyak terdapat radikal yang aktif yang menurunkan kualitas pulp. Ketahanan tarik pulp bagasse adalah sebagai berikut: 1,78 (1 jam), 2,07 (3 jam), dan 2,70 (6 jam). Sedangkan ketahanan tarik pulp kertas koran adalah sebagai berikut: 2,42 (1 jam), 2,50 (3 jam), 2.87 (6 jam). Selanjutnya, pada tahun kedua ini dipelajari tentang pengaruh variasi waktu reaksi, pH, dan konsistensi pulp terhadap derajat putih, ketahanan tarik dan Bilangan Kappa pulp bagasse pada proses pemutihan dengan ozon. Selain itu, dilakukan juga proses pemutihan dengan dua cara, yaitu : satu tahap (ozon) dan dua tahap (ozon dan hidrogen peroksida) untuk melihat pengaruh pentahapan tersebut terhadap derajat putih dan ketahanan tarik pulp. Semakin lama waktu reaksi antara ozon dengan pulp, nilai derajat putih (standar ISO) cenderung naik dari 39,555 hingga 43,628; 45,461; 48,274 untuk waktu 1 jam, 3 jam dan 6 jam. Kenaikan pH menyebabkan penurunan derajat putih dari 48,274 hingga 48,06 dan 46,901 untuk pH 2,5; 3,5 dan 4,5 dan penurunan ketahanan tarik 9,867% untuk pH 3',5 dan 14,607% untuk pH 4,5 dari ketahanan tarik 4,127 untuk pH 2. Kenaikan konsistensi pulp juga menghasilkan penurunan ketahanan tarik pulp 29,37% pada konsistensi 7% dan 31,17% pada konsistensi 12% dan penurunan derajat putih 8,2% dari konsistensi 3% ke konsistensi 7%, dan menurun 11,85% dari konsistensi 3% ke konsistensi 12%. Penelitian ini memberikan hasil derajat putih dan ketahanan tarik yang baik pada waktu reaksi 6 jam, pH 2,5 dan konsistensi pulp 3%, balk untuk satu tahap maupun dua tahap.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In the period 1996 to 2006,Indonesian pulp and paper production increased rapidly from 5.5 million tones to 16.5 million tones......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>