Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryo Tedjo
"Fotometer Sederhana sebagai Alat Bantu Pengukuran Glukosa Darah. Pengukuran glukosa darah secara non- invasif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM). Untuk yang berbasis spektoskopi reflektansi NIR, penerapannya secara non-invasif terkendala nilai standar error of prediction yang tinggi. Namun demikian metode ini secara teori masih dapat dipakai untuk memprediksi kadar glukosa darah pada kondisi tertentu seperti keadaan hipoglikemia (<55 mg/dL), gula darah puasa (GDP) terkendali (70-115 mg/dL), dan hiperglikemia (>225 mg/dL). membantu pemantauan glukosa darah (PGDM pada kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase jumlah hari dengan kondisi GDP harian terkendali yang lebih besar pada PGDM yang dibantu dengan fotometer dibandingkan PDGM yang dilakukan hanya satu kali sehari (28% berbanding 18%, p = 0,344).

Measurement of non-invasive blood glucose is one way to increase the frequency of self-monitoring of blood glucose (SMBG). For NIR reflectance spectroscopy, its application in non-invasive constrained by high value of standard error of prediction. The mean standard error of prediction was 25 mg/dL. Theoretically, NIR reflectance spectroscopy still can be used to predict blood glucose levels in certain conditions such as hypoglycemia (<55 mg/dL), controlled fasting blood glucose (FBG) (70-115 mg/dL), and hyperglycemia (>225 mg/dL), which the difference between the three conditions is more than 25 mg/dL. The results showed that there were significant differences in standards values of photometer measurement between controlled FBG and hyperglycemic conditions (p = 0.002). The results also showed that the photometer can be used to assist the monitoring of blood glucose in FBG under control and hyperglycemic conditions. It can be seen from the average percentage of the daily controlled FBG conditionsin patients conducting SMBG in photometer-assisted compared to in patientsonly use SMBG once a day (28% versus 18%, p = 0.344)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Measurement of non-invasive blood glucose is one way to increase the frequency of self-monitoring of blood glucose
(SMBG). For NIR reflectance spectroscopy, its application in non-invasive constrained by high value of standard error
of prediction. The mean standard error of prediction was 25 mg/dL. Theoretically, NIR reflectance spectroscopy still
can be used to predict blood glucose levels in certain conditions such as hypoglycemia (<55 mg/dL), controlled fasting
blood glucose (FBG) (70-115 mg/dL), and hyperglycemia (>225 mg/dL), which the difference between the three
conditions is more than 25 mg/dL. The results showed that there were significant differences in standards values of
photometer measurement between controlled FBG and hyperglycemic conditions (p = 0.002). The results also showed
that the photometer can be used to assist the monitoring of blood glucose in FBG under control and hyperglycemic
conditions. It can be seen from the average percentage of the daily controlled FBG conditionsin patients conducting
SMBG in photometer-assisted compared to in patientsonly use SMBG once a day (28% versus 18%, p = 0.344).
Fotometer Sederhana sebagai Alat Bantu Pengukuran Glukosa Darah. Pengukuran glukosa darah secara noninvasif
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM). Untuk
yang berbasis spektoskopi reflektansi NIR, penerapannya secara non-invasif terkendala nilai standar error of prediction
yang tinggi. Namun demikian metode ini secara teori masih dapat dipakai untuk memprediksi kadar glukosa darah pada
kondisi tertentu seperti keadaan hipoglikemia (<55 mg/dL), gula darah puasa (GDP) terkendali (70-115 mg/dL), dan
hiperglikemia (>225 mg/dL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna standar nilai
pengukuran fotometer antara kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia (p = 0,002). Fotometer yang digunakan dapat
membantu pemantauan glukosa darah (PGDM pada kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia). Hal ini dapat dilihat
dari rata-rata persentase jumlah hari dengan kondisi GDP harian terkendali yang lebih besar pada PGDM yang dibantu
dengan fotometer dibandingkan PDGM yang dilakukan hanya satu kali sehari (28% berbanding 18%, p = 0,344)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Utami
"Case fatality rate penyakit stroke di RS PMI mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan penyakit lain pada periode tahun 1986 sampai 1988. Umur harapan hidup bangsa Indonesia masih relatif rendah yaitu 56.5 tahun (pada laki-laki) dan akan ditingkatkan menjadi 65 - 68 tahun pada tahun 2000. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi stroke pada laki-laki di RS PMI Bogor. Pencapaian obyek ini dimaksudkan untuk memberikan, bahan masukan Pemerintah guna merumuskan langkah-langkah intervensi pencegahan penyakit stroke, khususnya di Bogor.
Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan April - Juli 1989 pada 72 kasus stroke dan 72 kontrol (penderita the paru) mencakup periode tahun 1986 - 1988. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa pasangan, stratifikasi, dan multiple logistic reoresion by conditional method.
Hasil penting yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa faktor hipertensi dan hiperglikemi dibuktikan mempunyai hubungan positif dengan stroke. Faktor hiperkolesterolemi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan stroke. Faktor hipertensi merupakan faktor yang paling dominan mampu menimbulkan stroke. Faktor hipertensi dan hiperglikemi ini mempunyai pengaruh dose respone terhadap stroke. Makin tinggi tensi dan kadar glukosa darah makin tinggi pula risiko stroke.
Diusulkan beberapa alternatif intervensi pencegahan penyakit stroke, di Bogor. Misalnya dengar mengadakan skrining, pengontrolan dan pelayanan penderita hipertensi dan hiperglikemi, memberikan penyuluhan rutin kepada masyarakat luas tentang bahaya hipertensi dan Cara mendapatkan pelayanan yang baik dan murah, meningkatkan ketrampilan aparat kesehatan dalam menangani kasus penyakit hipertensi dan hiperglikemi. Sasaran intervensi dalam penelitian ini terbatas pada laki-laki dengan umur 40 tahun atau lebih."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Erliana Muksin
"ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. WHO menyimpulkan Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar penderita DM di dunia, 90-95% adalah DM tipe 2. Latihan
jasmani/ senam diabetes merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan
mengatasi DM. Senam direkomendasikan 3-5 kali/ minggu. Penelitian bertujuan
menjelaskan pengaruh senam diabetes terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe
2. Desain penelitian menggunakan metoda quasi experiment. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah pretest and post test group design tanpa kelompok kontrol.
Sampel berjumlah 15 orang. Teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Responden diberikan intervensi senam diabetes 3 kali perminggu selama 8 minggu.
Alat yang digunakan glukometer untuk mengukur kadar glukosa darah, kuesioner
data responden untuk data karakteristik, kuesioner Holmes & Rahe Stress Scale
untuk data stres, microtoice untuk tinggi badan, dan timbangan badan untuk berat
badan. Hasil penelitian menunjukkan senam diabetes berpengaruh terhadap kadar
glukosa darah pasien DM tipe 2 (P=0,006). Stres menunjukkan hubungan yang
kuat dengan kadar glukosa darah sebelum intervensi (r=0,688, P=0,005), hubungan
berpola positif. Stres menunjukkan hubungan yang kuat dengan kadar glukosa
darah sesudah intervensi (r=0,575, P=0,025), hubungan berpola positif.
Penggunaan OHO tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah sebelum
intervensi (P=0,285). Penggunaan OHO berhubungan dengan kadar glukosa darah
sesudah intervensi (P=0,002). Saran penelitian adalah manager keperawatan dapat
memprogramkan senam diabetes minimal 3x perminggu atau tiap hari di RS dengan
penanggung jawab khusus dan dievaluasi secara berkala, senam diabetes dapat
dijadikan terapi komplementer dengan sistem rujukan yang terstruktur, dan
penelitian dapat dijadikan landasan kerjasama lintas sektor dengan instalasi yang
berbeda dalam lingkungan rumah sakit (poliklinik diabetes, kesehatan masyarakat,
dan instalasi gizi).

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease because disparity of insulin secretion,
insulin work, or both of them WHO concludes that Indonesia is the fourth biggest
of patient with Diabetes Mellitus in the world, 90-95% is Diabetes Mellitus Type 2.
Physical exercise or diabetes gymnastic is the first way on prevention, control, and
overcome Diabetes Mellitus. Gymnastic is recommended 3-5 times a week. The
purpose of this research to explain the effect of diabetes gymnastic on blood
glucose rate of patient with diabetes mellitus type 2. Research design used a quasi
experiment method. This study used pretest and post test group design without
control group. Sample numbers are 15 peoples. Samples are taken by purposive
sampling technique. Respondents are given a diabetes gymnastic intervention for
three times a week during 8 weeks. Appliance which is used are glukotest for
measuring blood glucose rate, respondent data questionnaire for characteristic data,
questionnaire Holmes & Rahe Stress Scale for stress data, microtoice for body tall,
and body weight machine for body weight. Research result indicated that diabetes
gymnastic has an effect on blood glucose rate of patient with diabetes mellitus type
2 (P=0,006). Stress indicated a strong relationship with blood glucose rate before
intervention (r=0,688, P=0,005), the relation of positive design. Stress indicated a
strong relationship with blood glucose rate after intervention (r=0,575, P=0,025),
the relation of positive design. Usage of OHO don't relate to blood glucose rate
before intervention (P=0,285). Usage of OHO relates to blood glucose rate after
intervention (P=0,002). Research suggestion for nursing manager can program
diabetes gymnastic for three times a week or every day at hospital with special
responsibility and periodic evaluation, diabetes gymnastic can be made a
Pengaruh senam..., Lina Marlina, FIK UI, 2008
complementary therapy with structural reference system and this research can
become basic for the next research of nursing."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Inung Sylvia
"Terapi Reiki merupakan salah satu terapi komplementer untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Terapi ini menggunakan energi alami yang disalurkan pada tubuh pasien DM tipe 2 dengan tujuan menyelaraskan energi yang tidak seimbang dalam tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Reiki terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di Klub Diabetes Instalasi Rehabilitasi Medis RSUP Fatmawati, Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental dengan pendekatan the one-group pretest-posttest design (before and after) menggunakan teknik purposif sampling untuk pengambilan sampelnya. Sampel berjumlah 18 responden. Terapi Reiki dilakukan dengan dua metode, secara langsung dan dari jarak jauh (distant healing) yang diberikan selama 30 hari. Terapi Reiki dilakukan oleh peneliti dibantu oleh praktisi Reiki khususnya dalam transfer energi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah glukometer. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara KGDS sebelum dan setelah intervensi Reiki (p=0,000). Disarankan pemberian asuhan keperawatan menggunakan terapi komplementer Reiki dalam membantu mengatasi masalah kesehatan pasien.

Reiki therapy is one of the complementary therapy that is used to decrease blood glucose level of Type 2 Diabetes Mellitus patient. The therapy employs nature energy which was transferred into patient body to synchronize the imbalance energy in the body. This research was aimed to examine the effect of Reiki in decreasing blood glucose level of patient with Type 2 Diabetes Mellitus at Diabetes Club in Medical Rehabilitation Instalation Fatmawati Hospital, Jakarta. Research design in this study was pre-experimental with the one-group pretest-posttest design (before and after). Purposive sampling technique was employed in sample selection and 18 patients participated in this study. Reiki therapy was performed in two methods, directly and by distant healing, which is done for 30 days. The therapy was conducted by the researcher and helped by Reiki practitioner, especially in the energy transferring. To measure blood glucose level glucometer was instrument. The result revealed that there was a significant difference in casual blood glucose levels before and after Reiki intervention (p=0,000). It is recommended to employ Reiki as a complementary therapy in nursing care."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hanafah Yuninda
"Perawatan dengan injeksi insulin secara kontinu setiap harinya diperlukan bagi penderita Diabetes Mellitus tipe I yang telah kronis, di mana pankreas sama sekali tidak menghasilkan insulin, untuk mengontrol kadar gula darahnya. Model minimal Bergman terdiri dari tiga persamaan diferensial yang memodelkan dengan cukup akurat penderita DM tipe I sesederhana mungkin.
Simulai model ini dilakukan dengan memberikan sinyal masukan laju insulin dengan batasan antara 0 sampai 100 mU/min dan gangguan glukosa makanan dimodelkan sebagai fungsi eksponensial 1,157 exp(-0,05.t) mmol/L.min yang dimulai pada menit ke-100, dengan batasan perubahan laju insulin eksternal yang merupakan sinyal kendali sistem sebesar ± 16,667 mU/min. Sinyal masukan insulin diberikan untuk mengurangi kadar gula darah, tetapi tetap menjaga agar tidak terjadi hypoglycemia (< 3,33 mmol/L).
Perancangan pengendali MPC (Model Predictive Control) dengan constraints yang berbasiskan metode aktif set menggunakan persamaan ruang keadaan linier, dan analisa simulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter pengendali berupa control horizon, prediction horizon, batas maksimal dan batas minimal sinyal kendali serta matriks bobot R dan Q.

Diabetes Mellitus refers to condition in which the pancreas produces no effective insulin. Treatment consist of daily injection or continuous infusions of insulin to maintain blood glucose levels between critical values (3,33 ? 6,67 mmol/L). The Bergman minimal model consist of three differential equations as powerful modeling to describe the dynamics of type 1 diabetic system as simply as possible.
This simulation model is done by giving inputs are the manipulated insulin infusion rate with range between 0 and 100 mU/min, and the meal glucose disturbance described as exponential function (1,157 exp(-0,05.t) mmol/L.min) and simulated at minute 100. The manipulated insulin infusion rate is given for prevention of long-term complications due to hyperglycemia and hypoglycemia (<3,33 mmol/L).
MPC (Model Predictive Control) with constraints is designed based on active set method using linier state space equation and analyze the simulation by altering controller parameters are control horizon (Hu), prediction horizon (Hp), maximum and minimum of control signal (Umaks and Umin), and also weight matrix of R and Q."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25053
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Mahavira
"Latar belakang: Hubungan antara kadar gula darah yang tinggi dan thrombolysisin myocardial infarction TIMI flow pra/pascaprosedur angioplasti primerterhadap mortalitas 1 tahun belum banyak dieksplorasi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan kadar gula darahsaat admisi dan TIMI flow pra/pascaprosedur terhadap mortalitas 1 tahun pasieninfark miokard akut disertai elevasi segmen ST IMA-EST yang menjalaniintervensi koroner perkutan primer IKPP .Metode: 856 pasien IMA-EST yang dilakukan IKPP pada Januari 2014 hinggaJuli 2016 dianalisis secara retrospektif. Cut-off yang digunakan untuk kadar guladarah tinggi pada studi ini adalah ge;169 mg/dL. Kesintasan 1 tahun dinilai denganmetode Kaplan-Meier.Hasil: Pasien dengan kadar gula darah ge;169 mg/L N=307 mempunyai proporsiTIMI flow akhir 0 ndash; 1 yang lebih tinggi [3.3 vs. 0.5 ; adjusted odds ratio OR = 5.58, 95 confidence interval CI 1.30 ndash;23.9; p=0.02] dan mortalitas 1 tahun lebih tinggi [16.3 vs. 6 ; adjusted hazard ratio HR = 1.9, 95 CI1.12 ndash;3.23, p=0.017] dibanding pasien dengan kadar gula darah rendah N=549 .TIMI flow akhir 0 ndash; 1 merupakan prediktor independen mortalitas 1 tahun HR= 7.0, 95 CI 3.23 ndash;15.15;

Background The association of high blood glucose level and Thrombolysis InMyocardial Infarction TIMI flow before after primary angioplasty with 1 yearmortality has not much been explored.Objective This study sought to determine the association of blood glucose level BGL on admission and pre post procedural TIMI flow with 1 year mortality inpatients with ST segment elevation myocardial infarction STEMI undergoingprimary percutaneous coronary intervention PCI .Methods 856 patients with STEMI and treated with primary PCI betweenJanuary 2014 and July 2016 were retrospectively analyzed. The cut off used for ahigh BGL in this study was ge 169 mg dL. Survival at 1 year was assessed byKaplan Meier method.Results Patients with BGL ge 169 mg dL N 307 had higher proportion of finalTIMI flow 0 1 3.3 vs. 0.5 adjusted odds ratio OR 5.58, 95 confidenceinterval CI 1.30 to 23.9 p 0.02 and higher 1 year mortality 16.3 vs. 6 adjusted hazard ratio HR 1.9, 95 CI 1.12 to 3.23, p 0.017 compared withlower BGL patients N 549 . Final TIMI flow 0 1 was an independent predictorof 1 year mortality HR 7.0, 95 CI 3.23 to 15.15 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haerawati Idris, Author
"ABSTRAK
Background: diabetes mellitus is a silent-killer. Its prevalence and impact on health expenses increase from year to year. This study aims to investigate the characteristics and the risk factors that affect diabetes mellitus in Indonesia.
Methods: this is a cross sectional study. Data were obtained from the Basic Health Research (RISKESDAS) in 2013. The samples were individuals aged ≥15 years, whose fasting blood glucose and 2 hours blood glucose after the imposition have been measured. 38.052 individuals were selected for this study. The variables of age, sex, marital status, level of education, employment status, living area, regional status, hypertension, obesity, smoking habit, and dyslipidemia are analyzed as risk factors for diabetes mellitus. Bivariate analysis was using chi-square test with significance level of p<0.05 and confidence interval (CI) of 95%, and multivariate analysis using multiple logistic regression test.
Results: our study showed that 13% have diabetes mellitus in 2013. Factors affecting diabetes mellitus were age>55 years (OR=5.10; 95%CI 4.42 to 5.89; p<0.001), female (OR=1.37; 95%CI 1.26 to 1.49; p<0.001), rural (OR=1.16; 95%CI 1.08 to 1.26; p<0.001), married (OR=1.31; 95%CI 1.07 to 1.58; p<0.05), unemployed (OR=1.14; 96%CI 1.05 to 1.23; p<0.05), obesity (OR=1.46; 95%CI 1.35 to 1.58; p<0.001), hypertension (OR=1.68; 95%CI 1.55 to 1.81; p<0.001) and dyslipidemia (OR=1.53; 95%CI 1.39- 1.68; P<0.001).
Conclusion: as many as 13% of individuals have diabetes mellitus in 2013. Age, gender, living area, employment status, obesity, hypertension, and dyslipidemia are the contributing factors to diabetes mellitus."
Jakarta: Interna Publishing, 2017
610 IJIM 49:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Fathiani Rahma
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah. Tingginya kadar glukosa darah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan munculnya komplikasi. Komplikasi yang paling sering pada diabetes melitus yaitu ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum disebabkan karena terjadinya neuropati perifer dan penyakit arteri perifer. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu melakukan perawatan kaki. Selain itu juga, dilakukan pengontrolan glukosa darah dan pemberian edukasi kesehatan. Hasil evaluasi dari implementasi keperawatan yang diberikan yaitu sel-sel kulit mati pada kaki berkurang, kulit kaki tidak kering, pulsasi baik, dan kadar glukosa darah stabil.Kata Kunci: Diabetes melitus, glukosa darah, perawatan kaki
Diabetes mellitus is a chronic disease caused by high blood glucose levels. The high levels of blood glucose that occur continuously can lead to the emergence of complications. The most frequent complication of diabetes mellitus is diabetic ulcers. Diabetic ulcers are caused due to the occurrence of peripheral neuropathy and peripheral arterial disease. This paper aims to analyze the provision of nursing care to clients with diabetes mellitus to prevent the occurrence of diabetic ulcers. Nursing intervention is given that is doing foot care. In addition, controlled blood glucose and health education. The results of evaluation of the nursing implementation that is given are dead skin cells in the leg is reduced, the skin of the foot is not dry, good pulsation, and blood glucose levels stable "
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>