Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryo Tedjo
Abstrak :
Fotometer Sederhana sebagai Alat Bantu Pengukuran Glukosa Darah. Pengukuran glukosa darah secara non- invasif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM). Untuk yang berbasis spektoskopi reflektansi NIR, penerapannya secara non-invasif terkendala nilai standar error of prediction yang tinggi. Namun demikian metode ini secara teori masih dapat dipakai untuk memprediksi kadar glukosa darah pada kondisi tertentu seperti keadaan hipoglikemia (<55 mg/dL), gula darah puasa (GDP) terkendali (70-115 mg/dL), dan hiperglikemia (>225 mg/dL). membantu pemantauan glukosa darah (PGDM pada kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase jumlah hari dengan kondisi GDP harian terkendali yang lebih besar pada PGDM yang dibantu dengan fotometer dibandingkan PDGM yang dilakukan hanya satu kali sehari (28% berbanding 18%, p = 0,344).
Measurement of non-invasive blood glucose is one way to increase the frequency of self-monitoring of blood glucose (SMBG). For NIR reflectance spectroscopy, its application in non-invasive constrained by high value of standard error of prediction. The mean standard error of prediction was 25 mg/dL. Theoretically, NIR reflectance spectroscopy still can be used to predict blood glucose levels in certain conditions such as hypoglycemia (<55 mg/dL), controlled fasting blood glucose (FBG) (70-115 mg/dL), and hyperglycemia (>225 mg/dL), which the difference between the three conditions is more than 25 mg/dL. The results showed that there were significant differences in standards values of photometer measurement between controlled FBG and hyperglycemic conditions (p = 0.002). The results also showed that the photometer can be used to assist the monitoring of blood glucose in FBG under control and hyperglycemic conditions. It can be seen from the average percentage of the daily controlled FBG conditionsin patients conducting SMBG in photometer-assisted compared to in patientsonly use SMBG once a day (28% versus 18%, p = 0.344).
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Measurement of non-invasive blood glucose is one way to increase the frequency of self-monitoring of blood glucose (SMBG). For NIR reflectance spectroscopy, its application in non-invasive constrained by high value of standard error of prediction. The mean standard error of prediction was 25 mg/dL. Theoretically, NIR reflectance spectroscopy still can be used to predict blood glucose levels in certain conditions such as hypoglycemia (<55 mg/dL), controlled fasting blood glucose (FBG) (70-115 mg/dL), and hyperglycemia (>225 mg/dL), which the difference between the three conditions is more than 25 mg/dL. The results showed that there were significant differences in standards values of photometer measurement between controlled FBG and hyperglycemic conditions (p = 0.002). The results also showed that the photometer can be used to assist the monitoring of blood glucose in FBG under control and hyperglycemic conditions. It can be seen from the average percentage of the daily controlled FBG conditionsin patients conducting SMBG in photometer-assisted compared to in patientsonly use SMBG once a day (28% versus 18%, p = 0.344).

Fotometer Sederhana sebagai Alat Bantu Pengukuran Glukosa Darah. Pengukuran glukosa darah secara noninvasif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM). Untuk yang berbasis spektoskopi reflektansi NIR, penerapannya secara non-invasif terkendala nilai standar error of prediction yang tinggi. Namun demikian metode ini secara teori masih dapat dipakai untuk memprediksi kadar glukosa darah pada kondisi tertentu seperti keadaan hipoglikemia (<55 mg/dL), gula darah puasa (GDP) terkendali (70-115 mg/dL), dan hiperglikemia (>225 mg/dL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna standar nilai pengukuran fotometer antara kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia (p = 0,002). Fotometer yang digunakan dapat membantu pemantauan glukosa darah (PGDM pada kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase jumlah hari dengan kondisi GDP harian terkendali yang lebih besar pada PGDM yang dibantu dengan fotometer dibandingkan PDGM yang dilakukan hanya satu kali sehari (28% berbanding 18%, p = 0,344).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami
Abstrak :
Case fatality rate penyakit stroke di RS PMI mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan penyakit lain pada periode tahun 1986 sampai 1988. Umur harapan hidup bangsa Indonesia masih relatif rendah yaitu 56.5 tahun (pada laki-laki) dan akan ditingkatkan menjadi 65 - 68 tahun pada tahun 2000. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi stroke pada laki-laki di RS PMI Bogor. Pencapaian obyek ini dimaksudkan untuk memberikan, bahan masukan Pemerintah guna merumuskan langkah-langkah intervensi pencegahan penyakit stroke, khususnya di Bogor.

Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan April - Juli 1989 pada 72 kasus stroke dan 72 kontrol (penderita the paru) mencakup periode tahun 1986 - 1988. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa pasangan, stratifikasi, dan multiple logistic reoresion by conditional method.

Hasil penting yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa faktor hipertensi dan hiperglikemi dibuktikan mempunyai hubungan positif dengan stroke. Faktor hiperkolesterolemi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan stroke. Faktor hipertensi merupakan faktor yang paling dominan mampu menimbulkan stroke. Faktor hipertensi dan hiperglikemi ini mempunyai pengaruh dose respone terhadap stroke. Makin tinggi tensi dan kadar glukosa darah makin tinggi pula risiko stroke.

Diusulkan beberapa alternatif intervensi pencegahan penyakit stroke, di Bogor. Misalnya dengar mengadakan skrining, pengontrolan dan pelayanan penderita hipertensi dan hiperglikemi, memberikan penyuluhan rutin kepada masyarakat luas tentang bahaya hipertensi dan Cara mendapatkan pelayanan yang baik dan murah, meningkatkan ketrampilan aparat kesehatan dalam menangani kasus penyakit hipertensi dan hiperglikemi. Sasaran intervensi dalam penelitian ini terbatas pada laki-laki dengan umur 40 tahun atau lebih.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Deviana Ayushinta Sani
Abstrak :
Prevalensi hipertensi dan diabtes saat kehamilan meningkat setiap tahunnya. Diet adalah salah satu factor resiko yang dapat dirubah dapat berpengaruh terhadap komplikasi saat kehamilan, tetapi data terkait kualitas diet dan pengarunya terhadap tekanan dan gula darah dianatara ibu hamil masih sedikit. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet dengan tekanan darah dan gula darah pada ibu hamil di Jakarta. Studi potong lintang ini adalah bagian dari projek Brain Probiotic and LC-PUFA Intervention for Optimum Early Life (BRAVE) yang melibatkan 174 ibu hamil yang direkrut secara consecutive sampling berlokasi di tiga area di Jakarta. Kualitas diet di tentukan dengan menggunakan skor Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy diperoleh dari 2 hari 24-hour recall. Gula darah kapiler puasa digunakan untuk mengukur konsentrasi gula darah pada responden, sedangkan tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer otomatis. Karakteristik subjek dinilai menggunakan kuesioner terstruktur. Hubungan antara kualitas diet dengan tekanan darah dan gula darah dianalisis menggunakan multiple linear regression. Mayoritas subjek berada pada rentang usia 20 dan 34 tahun (75.9%), multiparitas (61.5%), tidak memiliki riwayat gestational diabetes (97.1%) dan hipertensi (93.1%). Nilai median dari skor kualitas diet sebesar 47.44 (19.18-76.6). Tidak terdapat hubungan yang ditemukan antara kualitas diet dengan gula darah (β 1.02, p=0.36) setalah dilakukan penyesuaian terhadap edukasi, riwayat diabetes mellitus dan riwayat gestational diabetes mellitus. Selanjutnya, hubungan total skor dari kualitas diet dengan tekanan darah sistolik tidak ditemukan (β-0.16, p=0.87), namun terdapat hubungan yang hampir signifikan dengan tekanan darah diastolik β-1.23, p=0.09) setalah dilakukan penyesuaian terhadap merokok, riwayat hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi. Kesimpulannya kualitas diet memiliki hubangan yang hampir signifikan dengan kualitas diet.Kualitas diet menjadi salah satu faktor resiko dari pola hidup yang dapat dimodifikasi untuk mepertahakan kesahatan ibu hamil. Selama hamil dan sebelum melahirkan, ibu perlu menjada kualitas dietnya. ...... Prevalence of gestational hypertension and diabetes in pregnancy are increasing over the years. Diet is modifiable risk factor that may influence these problems, but data regarding diet quality affecting blood pressure and glucose profile-among pregnant women remain scarce. We assessed associations of diet quality with blood pressure and glucose level among pregnant women in Jakarta. This cross-sectional study was part of preliminary study of Brain Probiotic and LC-PUFA Intervention for Optimum Early Life (BRAVE) project, which recruited 176 pregnant women by using consecutive sampling in three districts of Jakarta. Socio-demographic characteristics of participants were identified by trained field-enumerators using a structured questionnaire. Diet quality indicated by Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) score was obtained from the calculation of multiple 24-hour recalls. Blood pressure was measured using automated sphygmomanometer, while fasting capillary glucose was performed to assess blood glucose level. The associations between diet quality with blood pressure and glucose levels were analyzed using multiple linear regression. Most of women were between 20 and 34 years old (76%), do not have history of gestational diabetes (97%) and hypertension (93%). The median score of dietary quality was 47.4 (19.1-76.6). There was no association between AHEI-P score with blood glucose (β 1.02, p=0.36) after adjustment for education, history of diabetes mellitus and history of gestational diabetes mellitus. Furthermore, association between total score of diet quality and systolic blood pressure was not found (β-0.16, p=0.87), however there was a borderline significant association with diastolic blood pressure β-1.23, p=0.09) after adjustment for smoking, education, history of hypertension and family history hypertension. In conclusion, diet quality had borderline significant association with blood pressure among pregnant women, whereas diet quality was not significantly associate with blood glucose among pregnant women in Jakarta, even though after adjustment for confounding factors. Diet quality is one of lifestyle risk factor that can be modified during pregnancy in order to maintain optimal health of the mother. Pregnant women should maintain quality of the diet, as well as prior pregnancy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Leo
Abstrak :
Hemodialisis (HD) dapat memicu terjadinya hipoglikemia intradialisis. Insidensi terjadinya hipoglikemia intradialisis cukup sering ditemui pada pasien rawat inap. Hipoglikemia intradialisis dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, memperpanjang lama rawat bahkan dapat menyebabkan kematian intradialisis. Hipoglikemia intradialisis dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian hipoglikemia intradialisis dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipoglikemia intradialisis pada pasien gagal ginjal rawat inap yang menjalani HD. Penelitian ini merupakan penelitian obervasional (non eksperimental) dengan rancangan kuantitatif deskriptif-analitik dengan pendekatan potong lintang, melibatkan 266 pasien HD yang dirawat inap. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Regersi Logistik Ganda. Hasil penelitian ini mendapatkan sebanyak 54,1% subjek penelitian mengalami hipoglikemia intradialisis, dengan 39,6% diantaranya tanpa disertai tanda dan gejala hipoglikemia serta 38,2% mengalami hipoglikemia berulang. Waktu kejadian hipoglikemia intradialisis paling tinggi terjadi pada jam ke-2 intradialisis dengan rerata penurunan kadar gula darah pada jam pertama intradialisis sebesar 37,9 mg/dl ± 53,7 standar deviasi. Terdapat pengaruh yang signifikan antara ultrafiltration goal, sakit DM, hipertensi, asupan nutrisi, terapi obat anti diabetik, dan terapi β Bloker dengan kejadian hipoglikemia intradialisis (p < 0,05; α 0,05). Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipoglikemia intradialisis adalah asupan nutrisi dengan nilai OR 6,113. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar pemeriksaan gula darah intradialisis dilakukan secara rutin dan upayakan asupan nutrisi adekuat pada pasien HD, terutama pada pasien yang memiliki risiko tinggi. ......Hemodialysis (HD) induces intradialytic hypoglycemia. The incidence of intradialytic hypoglycemia commonly occurred in hospitalized patients. Inpatient intradialytic hypoglycemia leads to further complications, prolongs the length of stay, and even causes intradialytic death. Intradialytic hypoglycemia is caused by many factors. This study aims to identify the incidence of intradialytic hypoglycemia and analyze the influencing factors of the occurrence of intradialytic hypoglycemia in inpatients with renal failure undergoing HD. This study used a descriptive-analytical quantitative design with a cross-sectional approach and recruited 266 inpatients who undergoing HD. Data analysis used the Chi-Square test and Multiple Logistic regression. This study’s result found that 54.1% of the subjects experienced intradialytic hypoglycemia, where 39.6% of subjects had no signs and symptoms, and 38.2% of subjects experienced recurrent hypoglycemia. The highest incidence of intradialytic hypoglycemia occurred in the 2nd hour of intradialytic, with an average decrease in blood glucose levels in the first hour of intradialytic of 37.9 mg/dl (SD± 53.7). There were significant effects between the ultrafiltration goal, diabetes mellitus, hypertension, nutritional intake, anti-diabetic, and beta-blocker therapy with intradialytic hypoglycemia (p < 0.05; α 0.05). The most influencing factor of intradialytic hypoglycemia incidence was nutritional intake, with OR value of 6.113. Based on this study’s result, it is recommended to conduct continuous blood glucose monitoring during hemodialysis, and also monitor nutritional intake among those patients, especially in high-risk patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hanafah Yuninda
Abstrak :
Perawatan dengan injeksi insulin secara kontinu setiap harinya diperlukan bagi penderita Diabetes Mellitus tipe I yang telah kronis, di mana pankreas sama sekali tidak menghasilkan insulin, untuk mengontrol kadar gula darahnya. Model minimal Bergman terdiri dari tiga persamaan diferensial yang memodelkan dengan cukup akurat penderita DM tipe I sesederhana mungkin. Simulai model ini dilakukan dengan memberikan sinyal masukan laju insulin dengan batasan antara 0 sampai 100 mU/min dan gangguan glukosa makanan dimodelkan sebagai fungsi eksponensial 1,157 exp(-0,05.t) mmol/L.min yang dimulai pada menit ke-100, dengan batasan perubahan laju insulin eksternal yang merupakan sinyal kendali sistem sebesar ± 16,667 mU/min. Sinyal masukan insulin diberikan untuk mengurangi kadar gula darah, tetapi tetap menjaga agar tidak terjadi hypoglycemia (< 3,33 mmol/L). Perancangan pengendali MPC (Model Predictive Control) dengan constraints yang berbasiskan metode aktif set menggunakan persamaan ruang keadaan linier, dan analisa simulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter pengendali berupa control horizon, prediction horizon, batas maksimal dan batas minimal sinyal kendali serta matriks bobot R dan Q.
Diabetes Mellitus refers to condition in which the pancreas produces no effective insulin. Treatment consist of daily injection or continuous infusions of insulin to maintain blood glucose levels between critical values (3,33 ? 6,67 mmol/L). The Bergman minimal model consist of three differential equations as powerful modeling to describe the dynamics of type 1 diabetic system as simply as possible. This simulation model is done by giving inputs are the manipulated insulin infusion rate with range between 0 and 100 mU/min, and the meal glucose disturbance described as exponential function (1,157 exp(-0,05.t) mmol/L.min) and simulated at minute 100. The manipulated insulin infusion rate is given for prevention of long-term complications due to hyperglycemia and hypoglycemia (<3,33 mmol/L). MPC (Model Predictive Control) with constraints is designed based on active set method using linier state space equation and analyze the simulation by altering controller parameters are control horizon (Hu), prediction horizon (Hp), maximum and minimum of control signal (Umaks and Umin), and also weight matrix of R and Q.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25053
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Mahavira
Abstrak :
Latar belakang: Hubungan antara kadar gula darah yang tinggi dan thrombolysisin myocardial infarction TIMI flow pra/pascaprosedur angioplasti primerterhadap mortalitas 1 tahun belum banyak dieksplorasi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan kadar gula darahsaat admisi dan TIMI flow pra/pascaprosedur terhadap mortalitas 1 tahun pasieninfark miokard akut disertai elevasi segmen ST IMA-EST yang menjalaniintervensi koroner perkutan primer IKPP .Metode: 856 pasien IMA-EST yang dilakukan IKPP pada Januari 2014 hinggaJuli 2016 dianalisis secara retrospektif. Cut-off yang digunakan untuk kadar guladarah tinggi pada studi ini adalah ge;169 mg/dL. Kesintasan 1 tahun dinilai denganmetode Kaplan-Meier.Hasil: Pasien dengan kadar gula darah ge;169 mg/L N=307 mempunyai proporsiTIMI flow akhir 0 ndash; 1 yang lebih tinggi [3.3 vs. 0.5 ; adjusted odds ratio OR = 5.58, 95 confidence interval CI 1.30 ndash;23.9; p=0.02] dan mortalitas 1 tahun lebih tinggi [16.3 vs. 6 ; adjusted hazard ratio HR = 1.9, 95 CI1.12 ndash;3.23, p=0.017] dibanding pasien dengan kadar gula darah rendah N=549 .TIMI flow akhir 0 ndash; 1 merupakan prediktor independen mortalitas 1 tahun HR= 7.0, 95 CI 3.23 ndash;15.15; ......Background The association of high blood glucose level and Thrombolysis InMyocardial Infarction TIMI flow before after primary angioplasty with 1 yearmortality has not much been explored.Objective This study sought to determine the association of blood glucose level BGL on admission and pre post procedural TIMI flow with 1 year mortality inpatients with ST segment elevation myocardial infarction STEMI undergoingprimary percutaneous coronary intervention PCI .Methods 856 patients with STEMI and treated with primary PCI betweenJanuary 2014 and July 2016 were retrospectively analyzed. The cut off used for ahigh BGL in this study was ge 169 mg dL. Survival at 1 year was assessed byKaplan Meier method.Results Patients with BGL ge 169 mg dL N 307 had higher proportion of finalTIMI flow 0 1 3.3 vs. 0.5 adjusted odds ratio OR 5.58, 95 confidenceinterval CI 1.30 to 23.9 p 0.02 and higher 1 year mortality 16.3 vs. 6 adjusted hazard ratio HR 1.9, 95 CI 1.12 to 3.23, p 0.017 compared withlower BGL patients N 549 . Final TIMI flow 0 1 was an independent predictorof 1 year mortality HR 7.0, 95 CI 3.23 to 15.15 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Fathiani Rahma
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah. Tingginya kadar glukosa darah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan munculnya komplikasi. Komplikasi yang paling sering pada diabetes melitus yaitu ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum disebabkan karena terjadinya neuropati perifer dan penyakit arteri perifer. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu melakukan perawatan kaki. Selain itu juga, dilakukan pengontrolan glukosa darah dan pemberian edukasi kesehatan. Hasil evaluasi dari implementasi keperawatan yang diberikan yaitu sel-sel kulit mati pada kaki berkurang, kulit kaki tidak kering, pulsasi baik, dan kadar glukosa darah stabil.Kata Kunci: Diabetes melitus, glukosa darah, perawatan kaki
Diabetes mellitus is a chronic disease caused by high blood glucose levels. The high levels of blood glucose that occur continuously can lead to the emergence of complications. The most frequent complication of diabetes mellitus is diabetic ulcers. Diabetic ulcers are caused due to the occurrence of peripheral neuropathy and peripheral arterial disease. This paper aims to analyze the provision of nursing care to clients with diabetes mellitus to prevent the occurrence of diabetic ulcers. Nursing intervention is given that is doing foot care. In addition, controlled blood glucose and health education. The results of evaluation of the nursing implementation that is given are dead skin cells in the leg is reduced, the skin of the foot is not dry, good pulsation, and blood glucose levels stable
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Haerawati Idris, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Background: diabetes mellitus is a silent-killer. Its prevalence and impact on health expenses increase from year to year. This study aims to investigate the characteristics and the risk factors that affect diabetes mellitus in Indonesia. Methods: this is a cross sectional study. Data were obtained from the Basic Health Research (RISKESDAS) in 2013. The samples were individuals aged ≥15 years, whose fasting blood glucose and 2 hours blood glucose after the imposition have been measured. 38.052 individuals were selected for this study. The variables of age, sex, marital status, level of education, employment status, living area, regional status, hypertension, obesity, smoking habit, and dyslipidemia are analyzed as risk factors for diabetes mellitus. Bivariate analysis was using chi-square test with significance level of p<0.05 and confidence interval (CI) of 95%, and multivariate analysis using multiple logistic regression test. Results: our study showed that 13% have diabetes mellitus in 2013. Factors affecting diabetes mellitus were age>55 years (OR=5.10; 95%CI 4.42 to 5.89; p<0.001), female (OR=1.37; 95%CI 1.26 to 1.49; p<0.001), rural (OR=1.16; 95%CI 1.08 to 1.26; p<0.001), married (OR=1.31; 95%CI 1.07 to 1.58; p<0.05), unemployed (OR=1.14; 96%CI 1.05 to 1.23; p<0.05), obesity (OR=1.46; 95%CI 1.35 to 1.58; p<0.001), hypertension (OR=1.68; 95%CI 1.55 to 1.81; p<0.001) and dyslipidemia (OR=1.53; 95%CI 1.39- 1.68; P<0.001). Conclusion: as many as 13% of individuals have diabetes mellitus in 2013. Age, gender, living area, employment status, obesity, hypertension, and dyslipidemia are the contributing factors to diabetes mellitus.
Jakarta: Interna Publishing, 2017
610 IJIM 49:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>