Kortikosteroid merupakan terapi utama pada sindrom nefrotik, tetapi memiliki efek samping penurunan kepadatan massa tulang. Pemeriksaan bone mineral density (BMD) merupakan cara terbaik untuk mengetahui kesehatan tulang, tetapi belum rutin dilakukan dan banyak diteliti di Indonesia, khususnya pada pasien sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi penggunaan, dosis kumulatif kortikosteroid, kadar vitamin 25(OH)D, dan kalsium terhadap penurunan nilai BMD pasien SNRS. Sebuah penelitian potong lintang terhadap 63 subjek SNRS di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berusia 5 – 18 tahun, mendapatkan kortikosteroid minimal 4 minggu dengan laju filtrasi glomerulus >60 ml/menit/1,73 m2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, BMD total body less head (TBLH) dan vertebrae lumbar. Subjek mendapatkan kortikosteroid dengan median durasi 37,4 (16,27 – 67,30) bulan, dosis harian 0,4 (0,30 – 0,67) mg/kgbb/hari dan dosis kumulatif 488,89 (309,62-746,05) mg/kgbb. Terdapat 66,7% subjek dengan defisiensi 25(OH)D. Hasil pemeriksaan BMD rendah lebih banyak didapatkan pada pemeriksaan BMD L1-L4 dibandingkan TBLH (25,4% vs 7,9%). Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan bahwa durasi dan dosis kumulatif kortikosteroid memengaruhi penurunan nilai BMD L1-L4 (p<0,0001, p=0,0001, berturut – turut), tetapi kadar vitamin 25(OH)D dan kalsium darah tidak memengaruhi penurunan nilai BMD. Sebagai kesimpulan, durasi penggunaan dan dosis kumulatif kortikosteroid memengaruhi penurunan nilai BMD L1-L4 pasien SNRS.