Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Kemitraan untuk pembaharuan tata pemerintahan di Indonesia, 2004
363.2 MER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Retno Pertiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menulis sebuah penelitian yang didasarkan pada isu konsumsi dan budaya material di kalangan polisi muda Brimob. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menggambarkan peranan konsumsi budaya material dalam kerangka pemikiran Miller yang diwujudkan melalui berbagai produk bermotif loreng.Produk loreng diposisikan sebagai sistem komunikasi dan strategi pembentuk identitas kemiliteran bagi polisi muda Brimob. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Tulisan ini menemukan bahwa konsumsi pada berbagai produk bermotif loreng merupakan sebuah proses aktif yang dilakukan dan direproduksi maknanya oleh polisi muda sebagai pengungkapan eksistensi dan ekspresi di dalam diri.Adanya ekspresi seperti rasa kecemasan, kekhawatiran terhadap posisinya yang tidak aman dari ancaman pihak luar dan citra negatif yang berkembang. Kondisi tersebut menjadi landasan bahwa polisi muda Brimob tidak dapat merepresentasikan dirinya sebagai seorang polisi. Data penelitian menemukan bahwa konsumsi dapat berperan untuk memperkuat pembentukan identitas dan citra sebagai seorang militer dengan menidentifikasi citra barang dengan citra diri yang ingin ditampilkan. Hasilnya, konsumsi pada berbagai produk bercorak loreng mampu mengekspresikan dan memperkuat citra militeristik sebagai mekanisme keamanan diri dan penghargaan sosial di masyarakat di Semarang. Hal ini dapat terjadi karena polisi muda Brimob didukung oleh pengetahuan dan tradisi kemiliteran di lingkungan kerjanya.
ABSTRACT
This thesis is a research based on the issue of consumption and material culture among Brimob young police. The objectives of this writing is to describe the role of material culture of consumption within the framework Miller are realized through a variety of camouflage-patterned products as communication systems and military identity-forming strategies for Brimob young police with qualitative methods. This research argues that the consumption of the various products patterned camouflage is an active process that is performed and reproduced its meaning by young policeman as the disclosure of the existence and expression within such a sense of anxiety, worries about their position from external threats and a negative image. Such conditions are the basis that Brimob young police can?t represent himself as a policeman. The research data also reveals that consumption can contribute to strengthen the identity and image formation as a military man to identify the image of the goods with the self-image you want to show. As a result, the consumption of the various products patterned camouflage able to express and strengthen its image as a security mechanism self militaristic and social respect in the community in Semarang. This can happen because the young policeman Mobile Brigade supported by the knowledge and traditions of the military nuances in the work environment.
2016
T45602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perkumpulan Ikatan Keluarga Besar Jagratara, 2008
360 JAG
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus Radhitio Gunawan Wibosono
Abstrak :
ABSTRAK Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomer satu di dunia,faktor risiko kardiovaskular mempunyai efek terhadap seluruh populasi global termasuk kelompok pekerja khusus seperti polisi. Pekerjaan sebagai polisi merupakan pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi, beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari penyakit penyakit yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular diantara anggota polisi. Hasil pemeriksaan kesehatan tahunan anggota BRIMOB pada tahun 2014, menunjukkan dari 1690 anggota didapatkan 20,8 dengan hipertensi, 54,76 dengan dislipidemia, 46,33 dengan obesitas, dan 2,18 dengan diabetes. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis pekerjaan pada satuan tugas terhadap faktor risiko kardiovaskular pada anggota Brimob. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang komparatif comparative cross sectional study dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan kesehatan tahunan tahun 2015,pada anggota Brimob di Kelapa Dua Depok. Dari 200 subyek penelitian didapatkan jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia dan overweight/obesitas. Mayoritas anggota brimob memiliki 2 atau lebih faktor risiko kardiovaskular, sebanyak 48,5 anggota brimob memiliki 2 faktor risiko kardiovaskular, 33 memiliki 3 faktor risiko dan 11,5 memiliki >3 faktor risiko. Umur berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia p=0,014, p=0,001, p=0,004 . Anggota brimob berumur >37 tahun memiliki risiko 3,5 kali lebih besar mengalami hipertensi dan 6,5 kali lebih besar mengalami diabetes dibandingkan kelompok umur 30-37 tahun p=0,047; OR 3,509; dan p = 0,014; OR 6,539 . Kelompok umur > 39 tahun memiliki risiko mengalami dislipidemia 3 kali lebih besar dibandingkan kelompok umur 30-39 tahun. p= 0,007; OR 3,188 . Sedangkan pangkat berpengaruh terhadap prevalensi diabetes mellitus p=0,003. Dengan hasil ini, maka disarankan untuk lebih memperhatikan faktor risiko kardiovaskular pada anggota berumur diatas 37 tahun.
ABSTRACT The cardiovascular desease is the number one cause of death in the world, cardiovascular risk factor has the effect to all global populations including specific occupation such as police officers. The police officers occupation is considered as a high stress level of occupation, some researches have revealed the high prevalence from the deases related to stress such as hypertension, diabetes and cardiovascular deseases among police officers. The result of annual medical check up applied for Mobile Brigade members in 2014 showed that from the total of 1690 members of the Mobile Brigade, 20,8 of them suffered from hypertension, 54,76 suffered from dysclipidemia, 46,33 suffered from obesity and 2,18 suffered from diabetes. The objective of this research is to understand the influence of the type of occupation at a task force to the cardiovascular risk factor at Mobile Brigade members. This research uses the comparative cross sectional study method using the secondary data from the result of 2015 medical check up held for Mobile Brigade members at Kelapa Dua Depok. From the 200 research subjects it is found out that the type of occupation does not have any influence to the prevalence of hypertension, diabetes mellitus, dyslipidemia and obesity. The majority of the Mobile Brigade members has 2 or more cardiovascular risk factors with the elaboration as follows 48,5 of them has 2 cardiovascular risk factors, 33 of them has 3 risk factors and 11,5 of them has more than 3 risk factors. The age has an influence to the prevalence to hypertension, diabetes mellitus and dyslipidemia p 0,014, p 0,001, p 0,004 . The Mobile Brigade members aged more than 37 years old have the risk of 3,5 times of suffering the hypertension and have the risk of 6,5 times suffering from diabetes compare to the age group of 30 ndash 37 years old p 0,047 OR 3,509 and p 0,014 OR 6,539 . The age group of more than 39 years old has the risk of suffering from dyslipidemia 3 times higher than the age group of 30 ndash 39 years old p 0,007 OR 3,188 . Meanwhile the rank has the influence to the diabetes mellitus prevalence p 0,003. Seeing this result, it is recommended that the cardiovascular risk of the Mobile Brigade members should be paid attention to at the age of above 37 years old.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Suprapto Dwi Cahyono
Abstrak :
Konflik peran pada anggota Polri di perguruan tinggi muncul ketika aktifitas sebagai anggota Polri dan aktifitas sebagai mahasiswa saling bertentangan. Suatu aktifitas bertentangan dengan aktifitas lain adalah ketika satu aktifitas mencegah, menghalangi, atau mengganggu kejadian atau efektifitas dari aktifitas yang lain (Deutsch, dalam Wijaya 2002). Konflik peran yang terjadi tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan berpeluang menimbulkan stres. Untuk mengatasi konflik peran yang dialami, anggota Polri tersebut harus mengembangkan strategi coping. Coping terdiri dari problem focused coping, emotion focused coping, dan malcidaptive coping. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi yang menimbulkan konflik peran pada anggota Polri di perguruan tinggi pada status perguruan tinggi dan alasan kuliah dan strategi coping apa yang digunakan. Tipe penelitian ini adalah Non experimen1cil Design yang bersifat ex posi fcicto field siudy. Penelitian dilakukan terhadap anggota Polri yang sedang menjalani kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi di Jakarta. Subyek penelitian ini berjumlah 104 orang yang diambil secara insidental di Mabes Polri, Polda Metro jaya dan di beberapa Polres di wilayah Polda Metro Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi-kondisi yang menurut subyek menimbulkan konflik peran. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa konflik peran yang dialami subyek yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi negeri lebih tinggi dari yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi swasta. Selain itu, konflik peran pada anggota Polri yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dengan alasan tugas lebih tinggi daripada dengan kemauan sendiri. Mengenai strategi coping, ternyata anggota Polri yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi menggunakan ketiga strategi coping yang ada yaitu Problem-Focused Coping, Emotion-Focused Coping, dan Malcidaptive Coping. Meskipun demikian, ternyata Problem-Focused Coping lebih banyak digunakan oleh anggota Polri yang mengikuti pendidikan di perguruan tingi, kemudian diikuti Emotion-Focused Coping dan Maladaptive Coping. Saran yang diberikan untuk subyek adalah agar lebih memahami konsekuensi yang timbul dan melakukan antisipasi terhadap konsekuensi tersebut jika memutuskan melakukan studi di perguruan tinggi. Selain itu subyek agar belajar mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengatasi konflik peran yang dialami.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roma Megawanty
Abstrak :
Brimob Polri sebagai satuan pamungkas yang bersifat paramiliter kerap menerjunkan personelnya ke garis pertempuran guna mengatasi masalah terorisme, separatisme dan kontra insurgensi. Situasi tersebut menempatkan personel Brimob dan Bhayangkari berada pada kondisi yang berbahaya dan stressful. Tulisan ini membahas kerentanan keluarga pada Bhayangkari Brimob yang bertugas di daerah konflik. Penelitian ini menggunakan pendekatan Mixed Methods yakni deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survey dan didalami dengan proses wawancara yang dianalisis melalui Interpretative Phenomenological Analysis. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori transisi, teori dukungan sosial dan ketahanan keluarga. Penelitian ini menganalisis kondisi ketahanan keluarga Bhayangkari Brimob Polri dan strategi yang dilakukan oleh para Bhayangkari selama proses transisi, pada saat pra penugasan, selama masa penugasan hingga masa reunifikasi atau pasca penugasan. Jika ketahanan keluarga Bhayangkari Brimob dalam kondisi yang baik maka akan memberikan butterfly effect terhadap ketahanan organisasi Polri serta ketahanan nasional. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa di lingkungan Bhayangkari Brimob Kelapa Dua ketahanan keluarganya menunjukkan pada kondisi yang baik. Hal itu ditunjukkan dengan terpenuhinya seluruh indikator ketahanan keluarga sesuai lima dimensi ketahanan keluarga yang dirilis KemenPPA 2016. Adapun strategi penguatan ketahanan keluarga di lingkungan Bhayangkari Brimob Kelapa Dua mencakup adanya dukungan sosial, kemampuan adaptasi yang baik dari keluarga Bhayangkari Brimob serta kepatuhan tinggal di asrama yang homogen di kompleks Mako Brimob Kelapa Dua. ......Brimob Polri, as the ultimate paramilitary unit, often deploys its personnel to the battle line to deal with issues of terrorism, separatism and counter-insurgency. This situation put Brimob personnel and their spouses (Bhayangkari) in a dangerous and stressful condition. This paper discusses the vulnerability of families to Bhayangkari Brimob who served in conflict areas. This study uses a Mixed Methods approach, namely descriptive qualitative and descriptive quantitative. The method used is a survey and is explored with the interview process which is analyzed through Interpretative Phenomenological Analysis. The theories and concepts used in this research are transition theory, social support theory and family resilience. This study analyzes the condition of the resilience of the Bhayangkari Brimob Police family and the strategies carried out by the Bhayangkari during the transition process: from pre-deployment or news of deployment, during the deployment, to the reunification or post-deployment period. If the resilience of the Bhayangkari Brimob family is in good condition, it will have a butterfly effect on the resilience of the Polri organization and national security. The results of qualitative and quantitative research show that in the Bhayangkari Brimob Kelapa Dua environment, the resilience of the family is in good condition. This is indicated by the fulfillment of all indicators of family resilience according to the five dimensions of family resilience released by KemenPPA 2016. The strategy for strengthening family resilience in the Bhayangkari Brimob Kelapa Dua environment includes social support, good adaptability from the Bhayangkari Brimob family and adherence to living in homogeneous dormitories. at the Mako Brimob Kelapa Dua.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Leberty Adi S.
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang proses pencarian makna hidup pada anggota Brimob yang mengalami peristiwa tragis karena bertugas yang mengakibatkan cacat tubuh. Penelitian ini didasarkan pada data anggota Brimob yang dirawat di Rumah Sakit Kepolisian Pusat yang dari waktu ke waktu terus bertambah seiring banyaknya penugasan anggota Brimob khususnya ke daerah konflik. Kebanyakan dari anggota tersebut setelah sembuh lalu dipindah ke bagian staf atau dimutasi dari kesatuan Brimob ke kesatuan lain dalam organisasi Polri. Faktor lain diadakan penelitian ini adalah karena selama ini masih sangat sedikit penelitian mengenai para aparat (khususnya Polri) yang mengalami kecacatan karena bertugas. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian bagi Polri dan juga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Polri dalam memberikan perlakuan yang tepat kepada para anggotanya yang mengalami kecacatan tubuh akibat bertugas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data utama. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori tentang Logoterapi dari Victor Frankl (1985) dan beberapa ahli lain termasuk H.D Bastaman (1996) yang dilakukan pada empat orang anggota Brimob pria berusia dewasa muda dengan beberapa jenis kecacatan tubuh. Selain menggunakan metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode observasi sebagai metode pelengkap. Hasil secara umum menunjukkan bahwa keempat subyek saat ini telah menemukan makna dari peristiwa kecacatannya. Semua subyek juga dapat dikatakan mempunyai semua komponen keberhasilan penemuan makna hidup yaitu Komponen Personal, Komponen Sosial, Komponen Nilai dan Komponen Spiritual. Hanya satu orang subyek yang tidak mempunyai Komponen Sosial. Untuk kategori proses penemuan makna hidup, dua subyek pemah mengalami tahap meaningless sedang dua subyek lainnya tidak mengalaminya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah keimanan dan kesadaran akan resiko tugas. Secara umum semua subyek mengalami semua tahap penemuan makna hidup yakni Tahap Derita, Tahap Penerimaan Diri, Tahap Penemuan Makna Hidup, Tahap Realisasi Makna dan Tahap Kehidupan Bermakna. Namun demikian, urutan pada setiap subyek tidak persis sama.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Harianto
Abstrak :
Tesis ini menguraikan tentang kinerja Unit Jihandak pada Kompi Bantuan Batalyon A Satuan Brimob Polda Jawa Barat, dituangkan dalam bentuk suatu studi kasus. Permasalahan difokuskan pada tindakan-tindakan serta perilaku yang ditampilkan Unit Jihandak selama proses penanganan bahan peledak di lapangan. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode etnografi, dengan pendekatan kualitatif, sedangkan untuk teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan terlibat dan wawancara dengan pedoman. Hasil studi ini menunjukkan, bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan serta perilaku yang ditampilkan oleh Unit Jihandak selama proses penanganan bahan peledak, mempengaruhi kinerja unit. Tindakan-tindakan yang ditampilkan menunjukkan tingkat profesionalisme. Karena masing-masing anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas. Adanya hubungan tata cara kerja yang berlanjut dan proporsional. Kepuasan dalam bekerja, penerapan sistim penghargaan, sikap rekan sekerja mendorong terwujudnya totalitas kinerja yang baik. Perilaku anggota yang menampilkan sikap agresif, karena adanya beban tugas yang tidak proporsional, sehingga iklim dalam organisasi menjadi tidak sehat. Keadaan ini menjadi sangat tidak menyenangkan untuk bekerja. Kurangnya perhatian atasan terhadap kesulitan bawahan, pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang ditampilkan secara keseluruhan. Pemahaman anggota terhadap budaya organisasi, sistim nilai organisasi berupa doktrin, norma serta aturan yang berlaku, mewujudkan suatu sikap disiplin, loyalitas, moral tinggi, kebanggaan pada korps, serta senantiasa menjunjung tinggi kode etik organisasi. Sikap mental positif dari anggota yang ditandai dengan rasa kebanggaan pada korps, rasa kesetia kawanan, solidaritas tinggi terhadap sesama anggota korps, rasa ikut memiliki, ikut bertanggung jawab dan rela berkorban demi nama korpsnya. Kesemuanya itu akan mengarah pada terciptanya integritas kesatuan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Wahyudi
Abstrak :
Tesis ini tentang penanganan kejahatan jalanan oleh Tim Walet Detasemen C Pelopor di wilayah Ciputat Satuan Brimob Polda Metropolitan Jakarta Raya. Tesis ini bertujuan untuk menunjukkan penanganan kejahatan jalanan yang dilakukan oleh Tim Walet Detasemen C Pelopor Satuan Brimob Polda Metropolitan Jakarta Raya. Tim Walet merupakan tim yang dibentuk oleh pimpinan Polda Metropolitan Jakarta Raya, sebagai salah satu strategi untuk menjawab permasalahan kejahatan jalanan yang kian marak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatif dengan menerapkan beberapa teknik pengumpulan data berupa pengamatan, pengamatan terlibat, wawancara dengan pedoman, dan kajian dokumen. Metode tersebut dipilih karena sifat dari masalah penelitian ini memerlukan pendalaman, di mana peneliti harus memusatkan perhatiannya pada konteks yang dapat membentuk pemahaman mengenai fenomena yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa penanganan kejahatan jalanan di wilayah Ciputat, khususnya di jalan WR Supratman, jalan Ir H Juanda, dan jalan Cirendeu belum berjalan dengan optimal, karena masih adanya kejadian kriminalitas berupa pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor di lokasi tersebut. Corak penanganan yang dilakukan oleh Tim Walet Detasemen C Pelopor dalam membantu mencegah dan mengungkap kejahatan jalanan di wilayah Ciputat, dilakukan melalui tindakan penegakan hukum yang bersifat preventif dan represif, serta kerja sama dan koordinasi dengan Polsek Ciputat. Tindakan penegakan hukum yang bersifat preventif dilaksanakan melalui kegiatan patroli, 3 (tiga) kali seminggu sesuai route yang telah dibuat, balk route patroli di wilayah Polres Metropolitan Jakarta Selatan maupun route patroli di wilayah Polsek Metro Ciputat. Tindakan penegakan hukum yang bersifat represif dilakukan oleh Tim Walet, secara mandiri bersama-sama dengan anggota Detasemen C Pelopor Iainhya dan dilakukan secara terpadu dengan anggota Unit Reskrim Polsek Metro Ciputat. Kedua tindakan penegakan hukum tersebut terwujud karena adanya koordinasi yang dilakukan oleh tim, baik secara intern dan ekstern. Implikasi dari tesis ini adalah, bahwa dalam setiap pembentukan tim sebagai kebijakan yang diambil oleh pimpinan perlu didukung oleh perwira-perwira di bawahnya, pengawasan dan kontrol yang ketat, serta mencukupi anggaran yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan tugas, sehingga dapat memacu motivasi kerja tim yang telah dibentuk.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumontoy, Jerrold Hy
Abstrak :
Semakin meluasnya wabah virus Covid-19 yang berdampak secara signifikan di dalam segi-segi kehidupan masyarakat Indonesia; menuntut keseriusan dan aksi nyata dari pemerintah dan seluruh masyarakat dalam menghadapi dan menangani pandemic Covid-19. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah upaya pemerintah dalam melawan virus Covid-19 di Indonesia yang dibahas dalam Rapat Terbatas Kabinet yang diadakan pada tanggal 31 Maret 2020. Teknis pelaksanaan PSBB diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Selain memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat dan sosialisasi aturan terkait penanganan Covid-19, agar penanganan wabah ini efisien dan efektif maka diperlukan upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat, dimana salah satunya adalah dengan membangun Kesatrian Tangguh Jaya sebagai bagian terintegrasi pada pelaksanaan program Kampung Tangguh Jaya di kampung Binaan Batalyon B Satbrimobda Metro Jaya. Kesatrian Tangguh Jaya adalah sebuah pilot project kolaboratif dengan stakeholder untuk melakukan aksi nyata di kesatrian dan warga sekitar kesatrian yang dipilih sebagai kampung binaan. Kesatrian Tangguh Jaya berangkat dari program Kampung Tangguh Jaya yang pada mulanya adalah konsep yang ditawarkan di wilayah hukum Polda Metro Jaya sebagai aksi nyata untuk masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Batalyon B Pelopor Satbrimobda Metro Jaya yang biasanya idektik dengan kekhasan sebagai satuan bantuan teknis kini dilibatkan dalam bantuan kemanusiaan dengan pendekatan humanis pada masyarakat. Konsep Kesatrian Tangguh Jaya menitikberatkan pada adanya peran serta aktif elemen masyarakat baik personal atau kelompok dan juga pendampingan dari stakeholder secara intens dan terfokus, mengikutsertakan warga sekitar kesatrian yang telah memahami protokol kesehatan Covid-19 sehingga implementasi Kesatrian Tangguh Jaya dapat berhasil dilaksanakan. ......The increasingly widespread Covid-19 outbreak has brought significant impacts on every aspect of Indonesians. Indeed, it requires serious attention and real action both from the government and the entire community. The government has launched PSBB (Large-Scale Social Restrictions) in order to fight the outbreak in the country and its technical implementation is regulated by the Minister of Health Regulation Number 9 of 2020 concerning PSBB to Accelerate the Handling of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). In addition to actively inform and educate public as well as socialize all regulations regarding the mitigation of Covid-19, the government also asks for joint efforts between the government and public. One of those efforts is to build the Kesatrian Tangguh Jaya as an integrated part with Kampung Tangguh Jaya which has been applied in RW 09 Rusun Jatinegara Kaum, East Jakarta. Kesatrian Tangguh Jaya is a collaborative pilot project between stakeholders and community in an appointed area due to its high level in the spread of Covid-19. The concept of Kesatrian Tanggtdt Jaya is derived from Kampung Tangguh Jaya, a program initiated by Indonesian National Police to help people facing Covid-19. The main stakeholder here is Battalion B Pelopor which has been always identified as a technical assistance unit. But during the Covid-19 pandemic, it has to carry out a humanist community approach. The concept of Kesatrian Tangguh Jaya emphasizes on the needs of active participation from all levels of community members, either personaly or individually. Moreover, the stakeholder provides assistance intensively and involves community members who are familiar with the Covid-19 health protocol. They stakeholders work together with all regional officials from all levels in Jatinegara area in order to succeed this program.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>