Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noviyani
"Salah satu pemanfaatan briket batubara yaitu sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga. Akan tetapi penggunaan briket batubara kurang optimal karena lamanya waktu penyalaan sehingga kurang praktis untuk digunakan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kandungan air yang banyak terkandung dalam batubara. Salah satu Proses yang digunakan untuk mengurangi kadar air dalam batubara yaitu dengan proses upgraded brown coal (UBC).
Penelitian ini menggunakan batubara jenis lignit yang mempunyai kandungan air 25% dan menggunakan minyak goreng bekas (jelantah) yang tujuannya untuk membuat kondisi pori batubara bersifat hidrofob, yang akan mudah mengusir air. Parameter yang divariasikan dalam proses UBC adalah temperatur pemanasan dan rasio massa batubara terhadap minyak goreng. Variabel terikat pada UBC adalah temperatur pemanasan yang divariasikan adalah 150⁰C, 200⁰C, dan 250⁰C, dan rasio antara batubara dengan minyak goreng yang dipakai yaitu 1:1, 1:2 dan 1:3. Sedangkan variabel bebasnya yaitu waktu penyalaan dan temperatur pembakaran. Proses penyalaan dan pembakaran briket batubara dilakukan dalam furnace dimana temperatur dinding furnace dijaga konstan pada 300⁰C dan kecepatan aliran udara 0,2 m/s.
Dari hasil pengujian kadar air, dihasilkan bahwa pada rasio 1:1 pada proses UBC dengan temperatur pemanasan 150⁰C, 200⁰C dan 250⁰C masih terdapat kandungan air dengan persentase 3,84%, 3,70% dan 3,7%, sedangkan dengan rasio 1:2 dan 1:3 menunjukkan persentase kandungan air mendekati 0%. Hasil pengujian pembakaran pada rasio 1:1 menunjukkan temperatur pembakaran yang lebih rendah dibandingkan pada rasio 1:2. Hal ini dikarena masih adanya kandungan air pada 1:1 sehingga panas yang dipasok digunakan terlebih dahulu untuk menguapkan kandungan air nya, sedangkan pada rasio 1:3 temperatur maksimum yang dicapai lebih rendah dibandingkan 1:1 dan 1:2 karena pada rasio 1:3 diperkirakan sebagian kandungan volatile matter yang menguap dan/atau terlarut dalam jelantah pada proses UBC.

One of the utilizations for the coal briquette is used as a fuel for household needs. But the use of coal briquette is not optimal because duration of time of it to be ignited. Therefore it is not practical to be used. One of the causing factor is the moisture content inside the coal. One of the processes to decrease the moisture content inside the coal is by using upgraded brown coal (UBC) process.
This research uses lignite coal whose it moisture content is 25% and this research uses cooking oil which aim to create conditions of coal pore is hydrophobic, which would easily repel water. The varied parameter on the UBC process are heating temperature and the ratio of coal and cooking oil. The dependent variable of UBC is varied heating temperatures are 150⁰C, 200⁰C, and 250⁰C and the ratios of the coal with cooking oil are 1:1, 1:2 and 1:3. While the independent variables of time of ignition and combustion temperature. The coal briquette ignition process is conducted inside furnace which the furnace wall temperature is kept constant at 300⁰C and the velocity of air flow is 0.2 m/s.
From the result of moisture content test, it is found that on the ratio of 1:1 for the heating temperatures of UBC process is 150⁰C, 200⁰C and 250⁰C that there is still moisture content with percentage of 3.84%, 3.70% and 3.7%, while the ratio of 1:1 shows that the moisture content close to 0%. The combustion test result on ratio 1:1 shows lower temperature combustion compared to ratio 1:2. This is because that there is still some moisture content on ratio 1:1. Therefore, the heat supplied is used first to vaporized its moisture content, while on ratio 1:3 the maximum temperature is lower than on the ratio 1:1 and 1:2 because on the ratio 1:3, there is a possibility that there is a volatile matter content that vaporizes first on the UBC process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Muliana
"Kebutuhan energi saat ini terus meningkat, baik dalam industri atau skala kecilnya (rumah tangga). Semakin berkurangnya ketersediaan akan sumber bahan bakar fosil khususnya bahan bakar minyak membuat para pengguna mencari sumber bahan bakar alternatif, salah satunya yaitu bahan bakar padat briket batubara yang memiliki ketersediaan cukup banyak dibandingkan bahan bakar minyak. Tetapi, penggunaan batubara sebagai bahan bakar memiliki masalah dalam hal emisi gas dibandingkan dengan kompor yang berbahan bakar minyak atau gas. Rasio karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) dari kompor briket batubara memiliki orde yang lebih tinggi sebesar dua kalinya dari rasio CO/CO2 pada kompor lainnya. Hal tersebut menjadi perhatian untuk memperoleh emisi CO yang rendah dari kompor briket batubara.
Pada penelitian ini, dilakukan metoda yang menggunakan downjet dimana laju alir udara yang keluar dari nozzle yang mengarah langsung ke bawah menuju unggun briket mempengaruhi pembentukkan polutan CO yang dihasilkan dari pembakaran briket batubara dengan variasi ketinggian downjet. Downjet sebagai penyuplai udara, diharapkan dapat meningkatkan konversi CO menjadi CO2. Aliran udara dari downjet, membuat resirkulasi aliran dimana kontak gas CO dengan oksigen (O2) menjadi lebih lama. Untuk meminimalisir terjadinya pendinginan, aliran udara tersebut dialirkan ke dalam ruang bakar kompor, sehingga aliran downjet memiliki suhu lebih tinggi dari suhu ambient. Variasi ketinggian downjet (10 cm, 15 cm, dan 20 cm) memberikan konsentrasi gas CO yang berbeda-beda.
Dari hasil penelitian, diperoleh emisi CO terendah pada ketinggian downjet 20 cm. Pengaruh back pressure dari ekspansi gas hasil pembakaran lebih dominan pada ketinggian downjet terdalam, meskipun terdapat aliran udara lainnya yaitu dari blower bawah. Adanya backpressure ini membuat waktu tinggal gas buang menjadi lebih lama dan memberikan waktu reaksi yang lebih lama bagi konversi CO menjadi CO2.

The requirement for energy keep increasing, both in industry and in smaller scale (households). The decrease of fossil fuel source (especially oil) leads to searching for alternative fuels, one of which is coal briquette whose reserves. But usage of coal as fuel has a problem relating to gas emission other stoves using different fuels, the ratio of carbon monoxide (CO) to carbon dioxide (CO2) from coal briquette stoves is in the order of two higher than that in to other stoves. Therefore, the emission of CO in coal briquette stoves is paid more attention to be reduced.
This research applies a method using downjet where air flow exiting from nozzle influence the formation of pollutant CO yielded from burning of coal briquette with various downjet height. The nozzle is directed downward above the briquette bed. The downjet as air supplier is expected increase the conversion of CO to CO2. Air current from downjet makes recirculation of flow where gaseous contact between CO and oxygen ( O2) becomes longer. To minimize the cooling process, the air was preheated in the stove`s combustion chamber, so the flow from downjet has higher temperature than ambient temperature. Various downjet height (10 cm, 15 cm, and 20 cm) gives different concentrations of CO.
It was obtained that lower CO emission was measured at stove with higher downjet nozzle. The lowest CO emission was found in the stove with downjet height of 20 cm. The effect of back pressure this occurs as a result of larger back pressure in the stove with higher downjet nozzle, which resist the flow from updraft blower. Thus, the hot air within the briquette bed stays longer and allows more conversion of CO to CO2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49732
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sapur Muhammad Nasir
"Penelitian ini membahas mengenai pengurangan emisi CO yang dihasilkan dari pembakaran pada kompor briket batubara. Metode yang digunakan adalah dengan penggunaan hood. Jenis hood yang digunakan adalah hood 6 cm dan hood 8 cm, dimana hood ini dapat membentuk resirkulasi di dalam ruang chimney kompor briket batubara. Resirkulasi ini dapat membuat waktu tinggal gas hasil pembakaran di dalam kompor akan semakin lama, sehingga dapat memaksimalkan konversi CO menjadi CO2.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa emisi CO yang dihasilkan oleh hood 6 cm nilainya lebih rendah dibandingkan dengan nilai emisi CO yang dihasilkan oleh hood 8 cm. Penggunaan hood 6 cm, tinggi chimney 15 cm dan kecepatan forced draft 0,5 m/s menghasilkan emisi CO rata-rata terendah yaitu 10,11 ppm.

The focus of this research is to minimize the CO emission in a coal briquette stove, by creating a recirculation zone in the chimney region of coal briquette stove. This can be constituted by installing a hood on the top of the coal briquette stove. Two sizes of hood have been used i.e 6 and 8 cm hole diameter of hood. The recilculation allows the flue gas to have longer residence time in the chimney region thus enabling CO to convert into CO2.
The result shows that hood of 6 cm hole diameter has lower CO emission compared to that produced by hood of 8 cm. The lowest CO emission was achieved by having a hood with hole diameter of 6 cm, chimney height of 15 cm and forced draft velocity 0,5 m/s. The minimum average CO emission was 10,11 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52263
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library