Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Rizki Yuliana
"Hadirnya Industri 4.0 akan memberikan peluang bagi Indonesia dalam hal revitalisasi sektor manufaktur dan salah satu cara untuk mempercepat pencapaian visi Indonesia menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia. Salah satu inisiatif dalam rangka mendorong terciptanya Industri 4.0 di Indonesia adalah dengan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital nasional. yang salah satunya adalah infrastruktur pitalebar (broadband). Pemerintah Indonesia menetapkan suatu kebijakan fasilitasi penyediaan layanan untuk memperluas infrastuktur dan meningkatkan penetrasi fixed broadband hingga dapat mencapai target penetrasi sebesar 12,5% pada akhir tahun 2019. Penetrasi fixed broadband untuk rumah tangga hingga tahun 2018 baru mencapai 10,34% dari target 70% dan harga layanan masih berada pada rentang 5,5-13% dari target Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) yaitu kurang dari 5% dibandingkan dengan PDB per bulan per kapita. Penelitian ini berfokus pada evaluasi implementasi kebijakan penyediaan layanan fixed broadband dalam hal kebijakan, pengembangan industri dan model bisnis serta skema insentif. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Regulatory Impact Analysis (RIA) sebagai upaya untuk menganalisis dampak dari suatu kebijakan yang bertujuan mempercepat peningkatan penetrasi fixed broadband. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang dapat mendorong pertumbuhan penetrasi fixed broadband untuk mendukung pembangunan nasional dan peningkatan daya saing di tingkat global serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Berdasarkan analisis, terdapat 3 opsi yang dapat diimplementasikan sebagai bagian dari evaluasi kebijakan. Hasil dari analisis biaya-manfaat dengan metode PMI dan konsultasi dengan para ahli adalah bahwa opsi skenario 3 sebagai alternatif yang lebih tepat diimplementasikan  karena memberikan dampak yang lebih baik untuk mempercepat penetrasi fixed broadband di Indonesia dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu, pertama, diperlukan regulasi turunan dari peraturan yang ada terkait dengan pengembangan infrastruktur fixed broadband. Kedua, pemetaan terhadap jaringan dan permintaan masyarakat perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menerapkan kebijakan bantuan pemerintah. Ketiga, ketidakefektifan model bisnis yang ada harus dievaluasi secara mendalam untuk menciptakan model yang sesuai dengan kondisi masyarakat, hukum dan tujuan utama untuk menciptakan multiplier effect yang dapat meningkatkan penetrasi fixed broadband di Indonesia.

The presence of Industry 4.0 provide opportunities for Indonesia in revitalizing the manufacture sector and one way to accelerate the achievement of Indonesias vision to be one of the 10 largest economic in the world. One of the initiative to encourage the creation of Industry 4.0 in Indonesia to accelerate the development of national digital infrastructure. Those infrastructure is the provision of high speed internet and digital capabilities in collaboration with government, public and private sector to invest in digital technology including broadband infrastructure. The Indonesian Government established a provision policy in order to expand the infrastructure and increase fixed broadband penetration until it reaches 12,5% in the end of 2019. Fixed broadband penetration for households has only reached 10,34% from the target of 70% of the total household and the service prices are still at 5,5% to 13% from the target of less than 5% compared to GDP per month per capita. This research focuses on the evaluation of the implementation of fixed broadband services provision policy in terms of policy, industry and business models development as well as the incentive schemes. The research was conducted through Regulatory Impact Analysis (RIA) as an effort to analyse the impact of the policy in order to accelerate fixed broadband penetration in Indonesia. The results of the study are expected to provide recommendations that can encourage the growth of fixed broadband penetration in Indonesia for supporting national development growth and competitiveness at the global level, as well as improving quality of life of Indonesian society. Based on the analysis, there are 3 options which can be implemented as part of the evaluation of the Fixed Broadband Provision policy. According to the cost-benefit analysis with PMI method and consultation with experts, it shows that scenario option 3 is more appropriate to be implemented (use the new recommendation or alternatives regulation that appropriate with the provision mechanism in Indonesia). It implies that there are 3 major issues which must be solved immediately by the government. First, there is a need to establish a derivative regulation from existing regulations related to the deployment of fixed broadband infrastructure. Second, mapping of the existing network and community demand needs to be done to obtain relevant information in implementing government assistance policies. Third, ineffectiveness of the existing business model must be deeply evaluate to create the appropriate model which is more in line with the conditions of the community, legal regulations and the main purpose to create a multiplier effect that can increase fixed broadband penetration in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantra Tanjaya
"Studi ini meneliti dinamika kompleks dalam lelang spektrum, dengan fokus pada upaya menyeimbangkan antara memaksimalkan pendapatan pemerintah dan perluasan Universal Broadband Access (UBA). Melalui analisis regresi Two Stage Least Squares (2SLS) pada level lelang dari 44 negara, penelitian ini mengkaji bagaimana reserve price dalam lelang mempengaruhi konsentrasi industri telekomunikasi, yang diukur dengan Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI), serta dampaknya terhadap jumlah pengguna internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun reserve price secara signifikan mempengaruhi HHI pada confidence level 99% (p-value 0.007), dampaknya sangat kecil; peningkatan reserve price sebesar $1 hanya menyebabkan penurunan HHI sebesar 5.92 x 10-7. Hal ini mengindikasikan bahwa reserve price lebih dipandang sebagai sunk cost. Sebaliknya, konsentrasi industri telekomunikasi yang lebih tinggi secara signifikan menghambat adopsi internet, dengan peningkatan 1% pada HHI mengakibatkan penurunan 1.6% pada jumlah pengguna internet. Temuan ini menekankan pentingnya keberadaan industri telekomunikasi yang kompetitif untuk meningkatkan penggunaan internet. Studi ini juga menyoroti pentingnya pengaturan reserve price yang tepat dalam mempromosikan persaingan dan memperluas akses internet, serta menyarankan agar pembuat kebijakan merancang lelang spektrum yang tidak hanya mengoptimalkan pendapatan tetapi juga mendorong kondisi industri telekomunikasi yang kompetitif dan meningkatkan konektivitas digital. Studi ini juga memberikan rekomendasi praktis untuk strategi lelang guna mencapai masa depan digital yang inklusif, khususnya di Indonesia.

This study explores the complex dynamics of spectrum auctions, focusing on balancing government revenue maximization with the expansion of universal broadband access. Utilizing Two-Stage Least Squares (2SLS) regression analysis on auction level data from 44 countries, it examines how auction reserve prices influence market concentration, measured by the Herfindahl-Hirschman Index (HHI), and the subsequent impact on internet user numbers. Findings reveal that while reserve prices significantly affect HHI at a 99% confidence level (p-value of 0.007), the actual impact is minimal; a $1 increase in reserve price results in a negligible 5.92 x 10-7 decrease in HHI. This suggests reserve prices act more as sunk costs. Conversely, higher market concentration significantly hampers internet adoption, with a 1% increase in HHI leading to a 1.6% decrease in internet users. These results highlight the need for competitive markets to enhance internet usage. The study underscores the importance of carefully calibrated reserve prices in promoting competition and broadening internet access, advising policymakers to design spectrum auctions that optimize revenue while fostering competitive market conditions and digital connectivity. The study offers practical recommendations for auction strategies to achieve a balanced and inclusive digital future, particularly for Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library