Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zebua, Lisye Iriana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
D1766
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erka Fitria
"Karotenoid merupakan golongan pigmen dengan struktur isoprenoid yang dilaporkan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satu sumber karotenoid yang potensial adalah buah merah (Pandanus conoideus) karena diketahui memiliki kandungan karotenoid yang tinggi. Buah merah ditemukan menyebar secara luas di daerah Papua dan Papua Nugini. Pada umumnya, buah merah digunakan sebagai makanan dan bahan masakan. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengidentifikasi beberapa jenis karotenoid pada buah merah, di antaranya α-karoten, β-karoten, α-kriptoxantin, dan β-kriptoxanthin namun dalam jumlah yang relatif sedikit. Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa empat jenis karotenoid tersebut hanya berkontribusi kurang dari 10% dari total karotenoid. Dengan demikian, terdapat peluang yang tinggi teridentifikasi jenis karotenoid lain pada buah merah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi karotenoid yang ada pada minyak buah merah selain α-karoten, β-karoten, α-kriptoxantin, dan β-kriptoxantin. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain ekstraksi minyak dari buah merah, ekstraksi karotenoid dari minyak buah merah, dilanjutkan fraksinasi karotenoid dengan Flash Column Chromatography (FCC). Identifikasi dilakukan dengan mengggunakan kromatografi cair-spektrometri massa (LC-MS/MS) pada ekstrak total karotenoid dan fraksi terbaik yang diperoleh dari fraksinasi dengan FCC. Dari penelitian ini, enam jenis karotenoid berhasil teridentifikasi dari ekstrak total karotenoid seperti (3S, 5R, 6R)-3,5-dihidroksi-6,7-didehidro-5,6-dihidro-12'-apo-β-karoten-12'-al; 10'-apo-beta-karotenal; (3S, 3'S, 5R, 5'R, 8'R, 9'cis)-3'-metil-6,7-didehidro-5,5',6,8'-tetrahidro-5',8'-epoksi-β,β-karoten-3,5-diol; phytoene; 3-hidroksi-3'-okso-β,ε-karoten; dan violaxanthin. Selain itu, terdapat dua fraksi terpilih dari hasil fraksinasi dengan FCC untuk diidentifikasi lebih lanjut. Dari fraksi tersebut teridentifikasi lima jenis karotenoid pada fraksi kedua, termasuk dua di antaranya yaitu capsantin dan kriptoxantin yang belum teridentifikasi sebelumnya pada ekstrak total karotenoid. Fraksi pertama diprediksi mengandung α-karoten dan β-karoten dilihat dari persamaan waktu retensinya dengan standar"
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Baroto Waluyo
"Red pandan (Pandanus conoideus Lamarck) is an important plant for the people of the Arfak Mountain in the Province of Papua Barat (West Papua), Indonesia that include the tribes of Meyah, Sougb and Hatam. In total there are 10 morphological variations found, each with a local (vernacular) name.The local nomenclature used by the three tribes is in correspondence with the formal botanical nomenclature, but not identical. The result of the ethnotaxonomical study shows that the basic name equals to species name, while attribute refers to infraspecific classification.Attribute is suggested to be addressed to the category of variety in the formal (botanical) taxonomy rather than to subspecies. Ethnotaxonomy is proven to be a good alternative solution for the problems faced in the formal taxonomy."
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2007
BBIO 8:5 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tena Djuartina
"ABSTRAK
Objektif
Tujuan penelitian ini melihat pengaruh minyak buah merah Pandanus conoideus Lam
pada hati tikus yang cedera akibat D galaktosamin
Metode
Penelitian ini dilakukan terhadap tikus putih jantan strain Sprague Dawley berumur 2 3
bulan dengan berat badan 120 150 gram Pada penelitian ini digunakan rancangan
acak Dibagi dalam lima kelompok masing masing kelompok enam ekor mendapat
perlakuan selama empat minggu Kelompok kontrol (kelompok 1) diberi air kelompok
diberi MBM (kelompok 2) kelompok diberi D galaktosamin (Kelompok 3) kelompok
diberi minyak buah merah selama satu minggu kemudian diberikan D galaktosamin
(Kelompok 4) kelompok diben minyak buah merah dan D galaktosamin secara
bersamaan (Kelompok 5) Dosis MBM yang digunakan 1 ml/ kgBB/han per oral dosis D
galaktosamin 200 mg/KgBB/minggu secara intrapentoneal Parameter yang diuji adalah
MDA plasma MDA hati GPT plasma GPT hati berat badan berat hati dan gambaran
histopatologik hati Data hasil pengukuran antara kelompok perlakuan dilakukan dengan
mengukur koefisien vanan Hasil data berdistnbusi normal dilanjutkan uji parametrik 1
way Anova kemudian dengan uji post hoc Turkey Hasil data perbandingan tiap minggu
yang berdistnbusi normal dilakukan uji parametrik 2 way Anova kemudian dilanjutkan
dengan uji multiple komparasi Bonferrom Hasil data berdistnbusi tidak normal maka
dianalisa dengan uji non parametnk Kruskall wallis dan dilanjutkan dengan uji Tamhane
Data yang diperoleh dan pembacaan skala diolah dengan cara krostabulasi kemudian
dilanjutkan dengan uji Chi Sguare
Hasil
Hasil pengukuran MDA plasma menunjukan D galaktosamin ini dapat
meningkatkan MDA plasma setiap minggunya hasil ini menunjukan bahwa D
galaktosamin mengakibatkan kerusakan oksidatif molekul lipid sejak awal pengamatan
pada minggu pertama Tampaknya efek protektif MBM terhadap D galaktosamin masih
ada pada minggu pertama hal ini mungkin disebabkan oleh antioksidan yang terdapat
dalam MBM pada minggu pertama masih dapat menetralisir stress oksidatif yang
ditimbulkan oleh D galaktosamin Disamping itu mungkin D galaktosamin belum bekerja
maksimal merusak pada minggu pertama Pada kelompok MBM + D galaktosamin
hasil MDA plasma lebih tinggi dibandingkan kelompok D galaktosamin mungkin ini
dikarenakan stress oksidatif yang ditimbulkan MBM + D galaktosamin lebih tinggi dibandingkan D galaktosamin itu sendiri Secara statistik MDA jaringan hati
menunjukkan D galaktosamin mengakibatkan kerusakan oksidatif Juga pada MBM
sendiri menyebabkan stress oksidatif sehingga bila diberikan bersamaan dengan D
galaktosamin kerusakan yang diakibatkannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
hanya diberi D galaktosamin Hasil MDA jaringan hati menunjukkan bahwa MBM
bersifat toksik terhadap hati sehingga menyebabkan peroksidasi lipid
Dari hasil pemenksaan GPT plasma disimpulkan D galaktosamin mempunyai
efek merusak hati hasil yang didapat juga mulai terlihat pada minggu ke 2 dan bila
diberi bersamaan dengan MBM ternyata GPT plasma melonjak lebih tinggi
Peningkatan ini mengindikasikan bahwa MBM berpotensi merusak sel hati Hasil
pemeriksaan GPT janngan hati juga menunjukkan D galaktosamin menyebabkan
kerusakan janngan hati dan MBM sendm membuat kerusakan struktur sehingga bila
diberi lebih lama yaitu satu minggu sebelumnya yang dimaksudkan untuk perlindungan
ternyata kerusakan yang terjadi lebih tinggi
Dari hasil pengukuran berat hati disimpulkan bahwa D galaktosamin ini
meningkatkan berat hati secara bermakna karena D galaktosamin ini mempunyai efek
merusak sel hati Dan MBM juga menunjukkan terjadinya peningkatan berat hati jadi
disimpulkan MBM tidak dapat memben perlindungan terhadap sel hati
Hasil pengukuran berat badan menunjukkan D galaktosamin menyebabkan
penurunan berat badan tapi sangat mengherankan ternyata bila MBM diberikan satu
minggu sebelumnya menyebabkan peningkatan berat badan mungkin disim karena
MBM mengandung multivitamin yang menyebabkan keinginan untuk makan
meningkat Bila diberikan bersamaan MBM dan D-galaktosamin ternyata menunjukkan
bahwa dengan pembenan MBM tersebut berat badan tidak dapat berubah secara
bermakna kemungkinan ini karena efek dari MBM tidak dapat menetralisir efek dari D
galaktosamin Efek MBM sendiri secara statistik tidak dapat meningkatkan berat badan
Pada pemenksaan histopatologi hasil yang didapat tidak terlalu mencolok antar
kelompok Hal tersebut cukup mendukung hasil pemenksaan GPT plasma maupun
GPT hati walaupun terjadi perubahan secara biokimia dan fisiologi tapi mungkin
belum mengakibatkan kerusakan organik yang bermakna secara histopatologi
Kerusakan anatomi akan didapat bila zat yang dipakai berlebihan dalam jangka yang
lama
Kesimpulan
Minyak buah merah tidak mempunyai efek protektif terhadap D galaktosamin.

ABSTRACT
Backgroud
Red fruit (Pandanus conoideus Lam) oil is an antioxidant supplement which has
been reported to contain complete nutrient compositions including p carotene and a
tocopherol
Objectives
The aim of this study was to investigate the effect of red fruit oil on rat livers
injured by D galactosamine
Methods
This study was conducted on 2 3 months old male rats of Sprague Dawley strain
each weighing about 120 150 grams We used randomized samples We divided the
rats into five groups each group consisted of six rats Each group received a different
treatment for four weeks Group 1 (control) only received water group 2 received red
fruit oil Group 3 received D galactosamine Group 4 received red fruit oil for one week
earlier and then continued with D galactosamine Group 5 received red fruit oil along
with D galactosamine The red fruit oil supplement was given orally 1 ml/ kg BW/day for
4 weeks D galactosamine was given intrapentonealy 200 mg/kg BW/ week Every week
blood samples were obtained to measure the plasma MDA and plasma GPT levels After
four weeks blood samples and liver tissues were obtained to measure the plasma MDA
liver MDA plasma GPT liver GPT body weight liver weight and histopathological
feature of liver were determined as parameters The obtained values were analyzed
using parametric test 1 way Anova and continued with post Turkey hoc test The data
results with normal distnbution were compared every week then parametnc tests 2 way
Anova was conduted and continued with test of Bonferrom multiple comparisons The
data which were analyzed by Kruskal Wallis and Tamhane test showed that the
distnbution was normal The values obtained by scale reading were analyzed using
crosstabulation method and continued with test of Chi-Square
Results
The measurement of plasma MDA every week after treatment with D
galactosamine showed an increase of plasma MDA This result showed that D
galactosamine causes oxidative damage to lipid molecule since in early perception at
first week The protective effect of MBM to D galactosamine was seen at the first week
This effect was presumably caused by the antioxidative effects of MBM which
neutralized the oxidative stress induced by D galactosamine Also it was possible that
the peak toxic effect of D galactosamine had not appeared during the first week of the
study The plasma MDA level of group 4 dan 5 were higher than that of group 3 possibly because oxidative stress generated by MBM + D galactosamine was higher than the D
galactosamme itself
The examination of the tissue liver MDA statistically showed that D
galactosamine caused oxidative damage MBM alone also caused oxidative stress so
when it was co admimstered with higher D galactosamine the result was higher
plasma level of MDA compared to D galactosamine alone The result from the tissue
liver MDA indicated that MBM did not provide protection effect to the liver because
MBM caused lipid peroxidation
Examination of plasma GPT suggested that D galactosamine had damaging
effect to the liver The same results could also be seen at the second week When D
galactosamine was given at the same time with MBM the result of plasma GPT was
even higher The increase of plasma level MDA showed that MBM had potential
damaging effect to liver cells Examination of GPT liver tissue also showed that D
galactosamine caused liver tissue damage and MBM alone could also damage the
structure of the liver Futhermore when MBM was given one week longer the damage
was even higher
D galactosamine increased liver weight sigmficantly It suggesed that D
galactosamine might cause damage of the liver Similarly to MBM alone increased liver
weight It could be concluded that MBM was not protective to the liver cell
D galactosamine caused weight loss However surprisingly enough when MBM
was given one week before it increased of body weight This was possible because
MBM contains multivitamine that increased the appetite But when MBM and D
galactosamine were given at the same time the body weight did not change
sigmficantly It could happen because MBM did not neutralize the effect of D
galactosamine Statistically MBM alone coud not increase the body weight
The result of histopathologic examination showed insigmficant difference
between groups This result supported the examination of plasma GPT and also liver
GPT Even though there were biochemical and physiological changes
histopathologically there was no organ damage Histopatological damage would be
found when the substance was used in the long term period
Conclusion
These results suggested that red fruit oil did not have protective effect D
galactosamine."
2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Vikantika Ponglabba
"Bubur daging buah merah (Pandanus conoideus Lamk) diperoleh tanpa didahului proses ekstraksi minyak dan ditambahkan pengemulsi, penstabil dan bahan lainnya seperti garam, gula dan asam sitrat. Bubur daging buah merah merupakan bahan baku yang dapat digunakan untuk pembuatan selai, dodol dan kue. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan organoleptik beberapa formula bubur daging buah merah. Bubur daging buah merah dibuat dengan perlakuan jenis pengemulsi dan penstabil yaitu F0 (kontrol), F1 (Tween 80 2% dan CMC 1%), F2 (gelatin 2%), dan F3 (Tween 80 0,5% dan gelatin 1%). Sifat fisik dari keempat formulasi bubur daging buah merah adalah berwarna merah hingga merah oranye, beraroma khas buah merah, pH 6,64, viskositas 108-150 dPa.s, total padatan terlarut 8,4 - 8,5 oBrix, dengan kestabilan emulsi 2 sampai 7 hari. Berdasarkan hasil pengujian organoleptik, formula bubur daging buah merah yang paling disukai panelis adalah F3 dengan komposisi daging buah merah 95,1%, Tween 80 0,5%, gelatin 1%, garam 0,3%, gula 3% dan asam sitrat 0,1%, dengan tingkat penerimaan warna dengan skor 5,8 (agak suka sampai suka), aroma 4,9 (netral sampai agak suka), rasa 5,0 (agak suka), dan tampilan produk secara keseluruhan 5,0 (agak suka)."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Chandra Sari
"Telah dilakukan penelitian tentang efek antimikroba ekstrak etanol akar tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn), daging buah mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl), dan sari buah merah (Pandanus conoideus Lam) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, dan Candida albicans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga simplisia yang diuji mempunyai daya antimikroba terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Candida albicans. Untuk akar kucing aktivitas antimikroba sebesar 100 mg/ml, 200 mg/ml, 120 dan 6,25 mg/ml. Untuk mahkota dewa aktivitas antimikroba sebesar 50 mg/ml, 100 mg/ml, 100 mg/ml, dan 6,25 mg/ml. Sedangkan untuk sari buah merah aktivitasnya terhadap ketiga bakteri sama yakni sebesar 23,50 mg/ml sedang untuk Candida albicans 1,56 mg/ml. Sedangkan untuk mengetahui sifat sitotoksiknya digunakan metode BSLT dengan Artemia salina Leach. Hasil penelitian menunjukkan LC50 dari ketiga simplisia itu adalah masing-masing sebesar 1,279 Ag/ml, 0,123 Ag/ml dan 0.054 Ag/ml.
A research about the effect antimicrobial activity of ethanol extract akar kucing (Acalypha indica Linn), the mesocarp of mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl), and buah merah (Pandanus conoideus Lam) to Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, and Candida albicans. had been done. The result of the research showed that those three simplisia had antimicrobial activity against Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, and Candida albicans. The akar kucing had antimicrobial activity at concentration 100 mg/ml, 200 mg/ml, 120 mg/ml and 6,25 mg/ml. The mahkota dewa had antimicrobial activity at concentration 50 mg/ml, 100 mg/ml, 100 mg/ml, and 6,25 mg/ml. and the sari buah merah had antimicrobial activity at concentration 23,50 mg/ml to the three bacteria. But Candida albicans had minimum inhibitor concentration at 1,56 mg/ml. Toxics effect was performing the determination of Brine Shrimp Lethality Test with Artemia salina Leach . The result showed that LC50 of ethanol extract of those three simplisia were 1,279 Ag/ml, 0,123 Ag/ml and 0.054 Ag/ml."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wulan Rahmawati
"Penelitian ini menguji efek penghambatan karsinogenesis sari buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merek X dengan DMBA sebagai penginduksi tumor paru-paru. 110 tikus betina galur Sprague-Dawley dibagi secara acak dalam enam kelompok. Kelompok I, kontrol negatif, diberikan minyak wijen 1 ml; kelompok II, kontrol positif, diberikan dosis tunggal 7,12- dimetilbenz(a)antrasen (DMBA) (15 mg) dalam minyak wijen secara per oral, dan selanjutnya kedua kelompok hanya diberikan aquades. Kelompok III, kelompok preventif, diberikan bahan uji dosis 0,43 ml/200 g bb per hari dimulai dua minggu sebelum diinduksi dengan DMBA hingga akhir masa percobaan. Kelompok IV, V, dan VI, kelompok kuratif, diinduksi dengan DMBA dan diberikan bahan uji dengan variasi dosis berturut-turut, 0,21 ml/200 g bb, 0,43 ml/200 g bb, dan 0,86 ml/200 g bb per hari. Masa percobaan berlangsung selama 120 hari. Pengamatan penghambatan karsinogenesis paru-paru dilakukan dengan mengamati histologi paru-paru hewan uji. Pemberian sari buah merah merek X dosis 0,21 ml/200 g bb memperlihatkan penghambatan karsinogenesis paru-paru yang lebih baik dibandingkan kelompok dosis lainnya.

This study examined the carcinogenesis inhibition effect of buah merah (Pandanus conoideus Lam.) extract brand X on DMBA-induced rat lungs tumor. One hundred and ten female Sprague-Dawley rats randomly divided into 6 groups. Group I, negative control, received 1 ml sesame oil; group II, positive control, were given a single dose of 7,12-dimethylbenz(a)antrasen (DMBA) (15 mg) in 1 ml sesame oil by oral intubation, and both groups were received aquadest during the experiment period. Group III, preventive group, received 0.43 ml/200 g bw sample daily beginning two weeks before induced by DMBA until the experiment was terminated. Group IV, V, and VI, curative groups, were induced by DMBA and received 0.21 ml/200 g bw, 0.43 ml/200 g bw, and 0.86 ml/200 g bw sample daily, respectively. The experiment was terminated at day 120. The experiment of carcinogenesis inhibition was observed by lungs histology of tested animal. The result showed that buah merah extract brand X at 0.21 ml/200 g bw improved lungs carcinogenesis inhibition rather than others dose."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Susilowati
"Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) mulai dikenal masyarakat sebagai obat untuk berbagai penyakit di antaranya kanker. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek sari buah merah merek Y sebagai penghambat karsinogenesis. Pengujian dilakukan terhadap tikus putih betina galur Sprague-Dawley yang diinduksi dengan 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA) dan evaluasi hambatan pembentukan kanker digunakan parameter histologi jaringan kanker yang terdapat pada paru-paru. Hewan uji dibagi secara acak menjadi enam kelompok. Kelompok I (kontrol normal) diberi minyak wijen 1 ml, sedangkan kelompok II (kontrol DMBA) diberi dosis tunggal 15 mg/ml 7,12-dimetilbenz(a)antrasen (DMBA) dalam minyak wijen secara oral, selanjutnya kedua kelompok hanya diberi akuades. Pemberian bahan uji untuk kelompok III (preventif) dimulai sejak dua minggu sebelum induksi karsinogen dan dilanjutkan selama masa penelitian. Sehari setelah induksi, kelompok IV, V, VI (kuratif) diberi bahan uji dengan dosis masing-masing 0,21 ml/200 g bb; 0,43 ml/200 bb; dan 0,86 ml/200 g bb. Pengamatan dilakukan selama 120 hari. Kejadian kanker paru yang terpalpasi pada kelompok perlakuan sama dengan kontrol DMBA, yaitu dua. Secara histologi persentase kejadian kanker paru-paru pada kelompok II 20%, kelompok III 50%, kelompok IV 0%, kelompok V 20%, dan kelompok VI 30%. Dosis 0,21 ml/200 g bb sari buah merah merek Y mampu menghambat pembentukan kanker paru-paru pada tikus yang diinduksi dengan DMBA.

Buah merah (Pandanus conoideous Lam.) has known by public as a medicine for any kind of diseases, among of them is cancer. To determine the carcinogenesis inhibition effect of buah merah extract brand Y, we have examined the effect on 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)-induced rat lungs cancer model in female Sprague-Dawley rats. A lungs histology was used to evaluate carcinogenesis inhibition. Rats were randomly divided into six groups. Group I (normal control) received 1 ml sesame oil; group II (DMBA control) were given a single dose of 15 mg/ml DMBA in sesame oil orally. Both groups were received aquadest during the experiment period. Group III (preventive) received sample (0.43 ml/200 b.w) beginning 2 weeks before carcinogen administration, the treatment was continued for the duration of the experiment. Starting from the next day after DMBA administration, groups IV, V, VI (curative) were induced by DMBA and received 0.21 ml/200 g bw, 0.43 ml/200 g bw, and 0.86 ml/200 g bw sample daily, respectively. All groups of rats were monitored for 120 days. There are two palpable lungs tumors in the treatment groups as the final incidence, as same as group II. Histologically, there were 20% lungs cancer in group II, 50% in group III, 0% in group IV, 20% in group V and 30% in group VI. At 0.21 ml/200 g b.w, the extract inhibited the DMBA-induced lungs carcinogenesis."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak buah merah (Pandanus conoideus) adalah hasil alam khas dari Papua yang bermanfaat untuk membantu pengobatan beberapa penyakit, food supplement, dan perawatan serta kecantikan kulit manusia. Tetapi, hal ini tidak didukung oleh bentuk sediaan minyak buah merah. Minyak sulit larut di dalam saluran pencernaan dan sulit menembus lapisan kulit manusia sehingga memperlambat proses absorbsi. Mikroemulsi adalah suatu sistem dispersi yang dapat membantu mengatasi masalah ini. Mikroemulsi dapat meningkatkan kelarutan minyak di dalam saluran pencernaan dan penetrasi minyak ke dalam kulit manusia. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil. Mikroemulsi akan dievaluasi secara fisik selama 2 bulan. Komposisi bahan yang digunakan adalah 5% gliserin dan 15% sorbitol sebagai kosolven serta surfaktan tween 20 dengan konsentrasi 20%, 30%, dan 40%. Tween 20 dengan konsentrasi 40% dapat membentuk sediaan mikroemulsi. Dari hasil pengamatan, formula mikroemulsi ini tetap stabil secara fisik selama dua bulan penyimpanan pada suhu kamar."
Universitas Indonesia, 2006
S32556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library