Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Millennia Aulia Susanti
"Busway merupakan proyek Pemprov. DKI Jakarta untuk mengatasi kemacetan di Jakana. Sampai saat ini koridor yang telah berjalan adalah koridor Blok M-Kota. Agar transportasi ini diminati oleh banyak orang, maka yang paling penting adalah memberlakukan tarif yang murah pada busway. Selain dengan jalan mempcroleh subsidi, pihak penyeienggara busway juga perlu melalcukan peninjauan kembali terhadap tarif busway agar lebih optimal. Peninjauan terhadap tarif ini periu dilakulcan dengan mempertimbangkan jumlah bus Translakarta yang optimal. Hal ini dikarenakan jumlah bus sangat mempengaruhi pengeluaran busway, yang pada akhimya mernpengamhi besamya tarif.
Penentuan jumlah bus yang beroperasi dapat dilakukan dengan menggunakan simuiasi dengan Promodel. Dengan melakukan pengujian terhadap berbagai headway dan jumlah bus, maka akan diperoieh jumlah bus yang optimal untuk suatu jumlah penumpang. Kemudian, dari jumlah bus yang optimal tersebut ditentukan tarif bus yang optimal untuk penumpang.
Pada jumlah penumpang 50.000 orang per hari, berdasarkan simulasi dengan Promodel dihasilkan jumlah bus yang optimal Lmtuk beroperasi adalah 33 unit dengan headway sebesar 2,7 menit. Dcngan mengasumsikan 10% dari jumlah bus yang beroperasi adalah jumiah bus cadangan, maka jumlah bus secara keseluruhan adlah 37 unit. Kemudian dari jumlah ini diperolch larif bus Translakarta yang optimal dengan menjumlahkan semua biaya yang terdapat pada busway adalah Rp3.200,00 per orang. Tarif ini merupakan tarif yang belum disubsidi oleh pemerintah.

Busway is one of the DKI Jakarta government project to solve the traiiic jam problems in Jakarta. In the first step, the corridor Blok M to Kota is in operation. To attract more passengers, the busway tariff needs to be low. Besides by being subsidized, busway tariff have to be reviewed. In reviewing the tariff, it should consider the number of optimal bus in operation, because it influences the busway cost and it will influences the tarif.
Determination the number of optimal bus in operation could be done by simulating using Promodel. By doing some tests in headway and number of the bus, it shows the optimal number of the bus for a number of passengers. Then from the optimal number of the bus, the optimal tariff could be determined.
Simulation using the Promodel shows that the optimal number of busses in operation are 33 units (it comes to 37 units if additional 10% is allocated for reserve) with headway of about 2,7 minutes and the assumption of 50.000 passengers per day. By adding all busway cost, it yields the optimal bus tariff of Rp3-200 per passenger without subsidy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safi`ih
"Koridor Busway Pulogadung-Harmoni yang direncanakan akan dibangun pada tahun 2005 ini menjadikan Terminal Bus Dalam Kota Pulogadung salah satu terminal yang akan digunakan untuk melayani Bus Transjakarta- Sistem tcmtinal yang ada sekarang memerlukan penataan.
Perancangan sistem terminal dilakukan dengan merancang denah terminal yang mcmungkinkan adanya lajur-lajur yang terpisah antara satu lajur dengan lajur lainnya. Di dalam lajur tersebut terdapat dua sublajur yailu lajur transit dan lajur terusan sedangkan untuk melayani proses transfer penumpang akan disecliakan shelter dan sebuah lajur transfer penumpang. Seliap entitas akan mcmiliki lajur tersendiri. Kcmudian dibuat model yang mewakili sistem usulan tcrscbut kemudian disimulasikan.
Hasil simulasi memperlihatkan keberhasilan sistem ini dalam kondisi dimana setiap cntitas diperbolehl-can transit dalam jangka waktu yang tcrtcntu yaitu kurang dari 60% dari waktu anlar kedatangannya Sedangkan lajur transfer penumpang mengharuskan setiap entitas hanya melakukan aktifitas transfer penumpang saja.

The Pulogadung-Busway corridor wich is planned to built on year 2005 makes Pulogadung Inner City Bus Terminal as one of the temtinal that will be use to serve the TransJakarta Busway. This means that the Terminal system needs to be arranged.
The process of designing the terminal system is start with designing a new layout which will accommodate the busses with a specified lane. Between one lane and another will be separated by a separator. I.n each lane there are two sub lane, transit lane and overtaking lane. Meanwhile the passenger will be serves in the transfer lane that also provides a shelter. Then a model is built to represent the propose system and then simulated.
The simulation shows that the system work properly in a condition which the entities allowed to transit in a specitied period of time that is, according to simulation statistic, 60% of the headway for every entity. Meanwhile time spent for the busses in the transfer lane is not more than the time spent for load and loading the passenger.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Toni
"Angkutan umum sampai saat ini belum mendapat perhatian yang layak dari pemerintah. Indikasinya terlihat pada hal-hal seperti dijadikannya pelayanan jasa angkutan umum ini menjadi ajang persaingan sehingga berdampak pada ketidakefisienan layanan jasa tersebut dalam mencapai tujuannya sebagai barang publik. Soal pelayanan angkutan umum ini terlihat pula pada angkutan antar kota antar provinsi (AKAP). Contoh buruknya layanan jasa ini terlihat pada adanya rute yang tumpang tindih, ketidakseragaman jarak yang ditempuh setiap bus, tidak adanya penjadwalan, kondisi bus yang sudah tidak layak dan lain sebagainya. Belum adanya sistem pendanaan dan kontrol yang pasti membuat masalahmasalah tersebut di atas tidak pernah teratasi.
Perubahan dari sistem persaingan bebas menjadi monopoli negara atas barang publik seperti diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 2 akan meningkatkan kinerja dan kualitas layanan terhadap pengguna jasa angkutan kota antar provinsi. Rancangan sistem berupa penggabungan kepemilikan aset-aset pemilik Perusahaan Otobus (PO) menjadi hanya satu perusahaan otobus perlu dirumuskan untuk menghindari benturan-benturan kepentingan. Penggabungan tersebut dimodelkan dalam penggabungan neraca keuangan.
Dalam tesis ini akan dirancang sebuah PO sebut saja, PO Kuda Terbang, hasil akuisisi atas berbagai PO yang ada dengan kepemilikan bersama pemerintah. Rancangan ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan sisi keuangan dan teknik dalam angkutan umum antara kota antar provinsi, serta penilaian atas kelayakannya.

Public transportations still not have proper attention from our government until nowdays. The main indicator of this problem is the condition of making the public transportation service as a competition stage that, has been impacting to inefeciency in achieving its goals as the public service. The problem in this public transportations is also seem in intercity and interprovince transportations (AKAP). The overlapping route, unfair route distance for every public bus, no scheduling, the bad condition(sparepart) of the bus, and many others, are strong evidence about the negative aspects of this service. Because there is no a monetery system and strict control in the public service, so far, the problems never be solved.
The change of free competition system to nation monopoly on public goods as determined in Indonesia Constitution (UUD 1945 psl. 33 ayat 2) will improve performance and quality service to intercity interprovince transportation users. A system design that merging all assets ownership in this outobus business (PO) into one business company should be formulated in order to overcome any clash of interests. The merger is modelling in a merger of balance sheet.
In this thesis, an outobus business company was disigned, suppose it?s name PO Kuda Terbang, as a result of an acquisition of some outobus business companies (PO) into an ownership together with the goverment. This design concluding things that concern with monetery and technical aspects in public transportation intercity, interprovince, and also an assesment to it?s properness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T30274
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah
"Driver Performance merupakan hasil dari perilaku pengemudi bus yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan dimana hal tersebut menjadi penting untuk dikenali terkait potensi terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia. Pada tahun 2016 terdapat 22 kasus kecelakaan di Perum DAMRI bandara yang diakibatkan oleh faktor manusia baik pengemudi itu sendiri maupun pengendara jalan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serta hubungan antara faktor pekerjaan dan non pekerjaan driver performance pada pengemudi bus DAMRI UAKB Soekarno-Hatta Trayek Bogor. Variabel yang termasuk dalam faktor non pekerjaan yang diteliti meliputi usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman mengemudi. Sedangkan variabel yang termasuk dalam faktor pekerjaan yang diteliti meliputi durasi kerja, waktu istirahat, kondisi kendaraan, dan kondisi jalan. Penelitian ini bersifar deskriptif observasional dengan desain pendekatan cross sectional. Penilaian driver performance dilakukan pada 57 responden dan diukur berdasarkan standar nasional pengemudi bus yang dikeluarkan oleh Driver and Vehicle Standard Agency DVSA tahun 2014 dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 77,2 pengemudi memiliki driver performance dalam kategori baik. Berdasarkan hasil uji statististik didapatkan faktor yang berhubungan dengan driver performance adalah kondisi kendaraan dan kondisi jalan.

The Driver Performance is the result of the bus driver behaviour compared to the predetermined standard where it becomes important to recognize the potential for accidents caused by human factors. In 2016 there are 22 cases of accidents at Perum DAMRI airport caused by human factors both the driver itself and other road riders. This study aims to determine the description and the relationship between non work related and work related factors of the driver performance in DAMRI bus driver UAKB Soekarno Hatta Bogor Route. The variables in the non work related factors include age, education, and driving experience. While the variables in work related factors included include duration of work, rest time, vehicle condition, and road conditions. This research is descriptive observational with cross sectional approach design. Performance driver assessment was conducted on 57 respondents and measured according to the national standards of bus drivers issued by the Driver and Vehicle Standards Agency DVSA in 2014 using a questionnaire. The results showed that 77.2 of drivers had driver performance in either category. Based on the results of statistical tests obtained factors associated with driver performance is the condition of the vehicle and road conditions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Savitri
"Angkutan umum/bis merupakan salah satu mode angkutan umum yang sangat dibutuhkan oleh sejumlah besar masyarakat terutama golongan menengah ke bawah. Permasalahan pokok yang dihadapi oleh pemakai jasa /user adalah tidak adanya waktu keberangkatan angkutan umum/bis yang tepat, sehingga mempengaruhi waktu perjalanan, waktu tunggu dan sebagainya, Berta cenderung akan mengharapkan jumlah bis yang beroperasi lebih banyak, karena semakin banyak bis yang beroperasi akan semakin cepat waktu keberangkatannya dan semakin kecil waktu tunggunya. Sedangkan permasalahan dari pihak operator/pengelola angkutan umum, akan cenderung untuk membatasi jumlah angkutan umum/bis pada tingkat pelayanan yang paling menguntungkan.
Pendekatan model yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah dengan melakukan optimasi pada proses penjadualan angkutan umum/bis berdasarkan waktu keberangkatan bis yang optimal dengan proses yang dinamik. Dengan mengetahui waktu keberangkatan bis yang optimal, maka didapat besar probabilitas penumpang yang dapat naik pada bis yang pertama kali datang di suatu pemberhentian, setelah kedatangannya penumpang tersebut di suatu pemberhentian tersebut.
Model yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah pengembangan model yang dikemukanan oleh Yosef Sheffi dan Morihisa Sugiyama, yang dikembangkan kembali oleh Dr.Ir. Sutanto Soehodho, MEng (1992). Pengembangan model tersebut mencakup metode untuk penjadualan waktu keberangkatan bis pada rute tunggal. Masalah formulasi program matematika dibatasi dengan kapasitas angkutan umum/bis, jumlah pemberhentian/halte dan jumlah armada yang dibutuhkan. Sedangkan tingkat kedatangan penumpang disetiap pemberhentian/halte, probability perpindahan anal tujuan penumpang dan waktu perjalanan armada dari suatu pemberhentian ke pemberhentian lain dibuat secara asumsi data.
Sebagai solusinya digunakan prosedur dari "Dynamic Programming. Sehingga didapat optimasi penjadualan berdasarkan permintaan stokastik (Stochastic Demand).
Studi kasus dalam pemecahan masalah dipilih Angkutan umum/bis dengan rute tunggal dengan jumlah bis yang optimal didapat sebesar 3 bis. Hasil analisa menunjukan bahwa waktu keberangkatan yang optimal yang didapat dengan menggunakan "Dynamic Programming" adalah sebagai berikut :
Untuk bis yang pertama mempunyai selang waktu selama 23 menit dari waktu yang dijadualkan. Sedangkan untuk bis yang kedua mempunyai selang waktu 14 menit dari bis yang pertama dan untuk bis yang ketiga mempunyai selang waktu 23 merit dengan bis yang kedua.
Adapun hasil dari Program Dinamik tersebut, maka didapatkan waktu keberangkatan yang menghasilkan harga Probabilitas Kejadian X yang optimal yaitu kejadian dimana penumpang dapat naik pada bis yang pertama kali datang di suatu pemberhentian, setelah kedatangannya penumpang tersebut di suatu pemberhentian tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Piranggo
"Ketergantungan masyarakat Jakarta terhadap prasarana dan sarana transportasi semakin tinggi akibat perkembangan kota yang semakin menjauhkan tempat-tempat pemukiman dari tempat-tempat aktivitas sehari-hari kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Ketiadaan transportasi dapat berakibat pada Iumpuhnya aktivitas Jakarta sebagai kota.
Sejak 1 Februari 2004 Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta menerapkan kebijakan penyediaan moda angkutan darat massal baru yang dikenal masyarakat sebagai busway dengan sarana Bus Transjakarta melewati rute Koridor Blok M-Kota. Busway dikembangkan dan dioperasionalkan dengan membangun jalur-jalur khusus yang terpisah dari lalu lintas kendaraan Iainnya sebagai rute dengan halte-halte pemberhentian tertentu. Diharapkan moda busway mampu memberikan waktu perjalanan yang lebih cepat, kenyamanan yang lebih baik dan lebih aman serta mampu membentuk perilaku tertib bagi masyarakat pengguna bus kota. Sampai dengan tahun 2010 Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta memprioritaskan untuk tems mengembangkan moda busway ini dengan membangun 14 layanan angkutan utama dalam wilayah kota Jakarta yang terpadu dengan moda angkutan lain.
Masyarakat yang terpuaskan oleh pelayanan pemerintah akan cenderung memberikan dukungan dan loyalitas pada kebijakan pemerintah, sebaliknya rnasyarakat yang tidak terpuaskan akan menilai rendah pada kualitas dan kebijakan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah. Kotler dan Armstrong (19891: h 202) mendefinisikan kepuasan sebagai kesesuaian harapan dengan hasil yang dirasakan oleh pembeli atau pelanggan yang mengalami kinerja organisasi pemberi pelayanan.
Sehubungan dengan rencana perkembangan prasarana dan sarana transportasi kota Jakarta di masa depan tersebut, seyogyanya dapat diketahui seberapa jauh kebijakan pelayanan publik pembangunan moda busway tersebut mampu menyecliakan kualitas pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat pelanggan pengguna Bus Transjakarta. Kualltas pelayanan diukur berdasarkan persepsi pelanggan terhadap kesesuaian antara tingkat kinerja pelayanan yang dirasakan dengan tingkat kepentingan pelayanan sebagai harapan terhadap pelayanan tersebut.
Pengukuran kualltas pelayanan Bus Transjakarta Koridor Blok M-Kota dilakukan dengan menggunakan metode SERVQUAL. Data dikumpulkan dari penilaian 129 responden pelanggan terhadap 24 indikator pelayanan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara aksidental.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya pelanggan menilai baik atas tingkat kinerja yang dirasakan terhadap indikator-indikalor kualitas pelayanan Bus Transjakarta Koridor Blok M-Kota, kecuali pada kemudahan menyampaikan saran/keluhan dan kpadatan penumpang dalam bus yang tidak berdesakan yang dinilai biasa saja tingkat kinerjanya oleh palanggan. Pelayanan Bus Transjakarta yang dinilai paling rendah kinerjanya adalah: kepadatan penumpang dalam bus yang oleh beberapa penumpang masih dirasakan perjalanan bus yang terkadang terlalu penuh mengangkut penumpang sehingga terpaksa berdesakan selama perjalanan. Pelayanan yang paling tinggi kepentingannya adalah keamanan dari kecelakaan dalam perjalanan dengan Bus Transjakarta.
Pelayanan Bus Transjakarta Koridor Blok M-Kota yang dinilai paling rendah kualltasnya adalah pelayanan berupa kepadalan penumpang yang terkadang terlalu penuh mengangkut penumpang sehingga pelanggan terpaksa berdesak-desakan selama perjalanan. Pelayanan yang dinilai paling tinggi kualitasnya adalah kecepatan perjalanan dengan Bus Transjakarta.
Perbaikan kualitas pelayanan seyogyanya diprioritaskan pada indikator pelayanan yang dinilai lebih rendah kinerjanya atau dinilai lebih tinggi kepentingannya Prioritas perbaikan agar dilakukan pada indlkator-lndikator pelayanan Bus TransJakarta Koridor Blok M-Kota yang dinilai lebih rendah kualitasnya berdasarkan persepsi pelanggan.

Jakarta society depended on transportation medium and infrastructure has become higher because the city development have maked their settlement keep away progressively from their social economic daily activity. No transportation can cause Jakarta as a city becomes paisied.
Since 1 February 2004 Province DKI Jakarta Local Government already apply the policy of the new mass rapid transportation presentation that known as busway with medium Transjakata Bus pass Blok M-Kota corridor route. Busway have been developed and operated by build the special bands that separated from other vehicle traflic as route with certain cessation shelters, Busway moda have expected can give quicker journey time, more convenience, more safe and also can form orderly behavior to society consumer ot bus. Up to year 2010 Province DKI Jakarta Local Government priority to continue develop this busway moda by developing 14 especial transportations service in city region of Jakarta that wrought with other transportation moda.
Society which left nothing to be desired by service of government will tend to give and support of loyalty at the policy of govemment, on the contrary society which do not left anything to be desired will assess to lower at quality and policy of service of conducted by is government. Kotler and Amstrong (1989: p 202) defining satisfaction as it to with result of felt by customers or buyer which.
Referring to plan growth of city transportation medium and infrastructure of Jakarta in the future, properly can know how far policy of public service development of the busway moda can provide the quality of satisfying service to society customers according to among felt service performance level with level importance of service as their expectation to service.
Measurement of service quality of Bus of Transjakarta Blok M-Kota corridor has conducted by SERVQUAL. Data collected from assessment 129 customers' respondent to 24 service indicators by using technique intake of sample by accidental.
The result of this research indicate that generally customers assess goodness of performance level which they fell to indicator of service quality of Bus of Transjakarta Blok M-Kota corridor, except to amenity submit suggestion and density of passenger in bus which pressure do not which assessed by mount of its performance by customers. Service of Bus of Transjakarta lowest assessed of its performance is: density of passengers in bus where some passengers still feel joumey of bus which sometimes too full of transporting passengers so that they pressure performed to during journey. Highest service its importance is the secure of accident on the way with Bus of Transjakarta.
Service of Bus of Transjakarta Blok M-Kota corridor lowest assessed its quality is service in the form of density of passenger which sometimes too full of transporting passengers so that customers performed to mill around during journey. Highest assessed service quality is speed of journey with Bus of Transjakarta.
Repair of Service quality properly given high priority at lower assessed service indicator of its performance or assessed higher importance. Repair priority to be done at lower assessed service indicator of its quality by customers? perception."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T14019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Dady Indratmo
"Pembangunan infratruktur busway bertujuan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Pelaksanaan pembangunan busway tidak hanya menyelesaikan jalur busway itu sendiri, melainkan juga menyempurnakan jalur reguler. Waktu pelaksanaan harus dijaga secara ketat. Konflik yang timbul pada saat pelaksanaan sedapat mungkin diminimalisir untuk memperkecil dampak dari pembangunan sehingga tidak merugikan pihak ketiga atau pengguna jalan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari ranking faktor-faktor risiko dan mencari respon atas faktor-faktor risiko tersebut. Penelitian dimulai dengan melakukan identifikasi risiko dengan cara delphi technique. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kegiatan dan faktor-faktor risiko kegiatan.
Hasil dari identifikasi kemudian ditanyakan ke responden untuk dicari besar dampak dan frekuensi terjadinya. Langkah terkahir dari penelitian adalah menganalisis hasil dengan menggunakan metode Analitycal Hirarchy Proses (AHP)
Hasil penelitian ini adalah 10 besar ranking faktor risiko antara lain:
1. Kualitas pengendalian dari pekerjaan pengadaan Moveable Concrete Barrier
(MCB);
2. Kualitas pengendalian dari pekerjaan mobilisasi/demobilisasi;
3. Koordinasi lintas pihak terkait dari pekerjaan pengadaan MCB;
4. Faktor alam dan cuaca dari pekerjaan pengadaan MCB;
5. Kualitas pengendalian dari pekerjaan perkerasan jalan beton;
6. Ketepatan waktu fabrikasi besi dari pekerjaan perkerasan jalan beton;
7. Pengaturan manajemen lalu lintas dari pekerjaan pengaturan lalu lintas;
8. Faktor alam dan cuaca dari pekerjaan pengaturan lalu lintas;
9. Ketepatan waktu mobilisasi beton dari pekerjaan perkerasan jalan beton dan;
10. Koordinasi lintas pihak terkait- pekerjaan pengaturan lalu lintas
Respon faktor risiko antara lain:
1. Merencanakan pekerjaan lebih matang;
2. Membuat jadwal periodik;
3. Memantau jadwal secara kontinu;
4. Menghubungi pihak-pihak yang terkait pelaksanaan pekerjaan;
5. Melaksanakan pekerjaaan tepat waktu dan;
6. Memantau hasil pekerjaan

Busway infrastructure project purpose to lease traffic problem in Jakarta. The project not only finish the line itself, but also to make reguler line perfect. The project time must be control tightly. Conflict that arise in construction time should be minimize to decreae the impact of the project so it does not make loss on third side user (road user). The object of this research is to find out risk factor and to find out the response of these factors. This research begin with identifying risk with delphi technique method.
Identification use to know activity factors and risk activity factors. The result of this identification then will be ask to respondent so we can find out the impact and the frequency. The last step is to analyze respondent result using Analitycal Hirarchy Proses (AHP) method.
The 10 ten result of risk ranking factors are:
1. Controlling quality of Moveable Concrete Barrier (MCB) procurement;
2. Controlling quality of mobilisation-demobilisation;
3. Coordination intra party involve of MCB procurement;
4. Nature and weather factors of MCB procurement;
5. Controlling quality of rigid pavement works;
6. Acurate time of steel fabrication for rigid pavement work;
7. Traffic management of traffick management work;
8. Nature and weather factors of traffick management work;
9. Accurate time of rigid mobilisation for rigid pavement work and;
10. Coordination intra party involve of traffick management work.
The response of these factors are:
1. Making plan more ripe;
2. Make periodic schedule;
3. Monitor the schedule continually;
4. Invite party involve in the work;
5. Constructing on time and;
6. Monitor the work result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25078
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nayaka Bhaswata
"Saat ini, bus merupakan jenis transportasi yang paling aman dibandingkan dengan jenis transportasi lainnya yaitu hanya sekitar 0.6% saja dibandingkan dengan jenis transportasi lain. Berdasarkan data di Amerika terhadap kecelakaan yang terjadi pada transportasi bus, didapatkan sekitar 150 orang meninggal akibat kecelakaan terkait dengan bus. Sedangkan jumlah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau luka diperkirakan mencapai 19.000 orang per tahun.
Berdasarkan teori-teori mengenai kecelakaan, salah satu yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan adalah dengan memberikan informasi mengenai aspekaspek keselamatan, yaitu informasi mengenai bahaya, risiko, dan pencegahan terhadap bahaya transportasi kepada pengguna bus. Untuk itulah pengetahuan mengenai keselamatan transportasi penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan, dalam hal ini mengenai transportasi bus kuning. Penelitian ini melihat tingkat pengetahuan mahasiswa tentang keselamatan transportasi, yang terdiri dari pengetahuan bahaya, risiko, dan pengendalian terhadap bahaya bus kuning.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pendekatan analisis kuantitatif dengan sampel sebanyak 155 responden mahasiswa FKM UI program sarjana reguler angkatan 2005 menggunakan instrument kuesioner dengan pertanyaan mengenai keselamatan transportasi bus kuning. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 70% responden (105 orang) memiliki tingkat pengetahuan tentang bahaya keselamatan bus kuning yang tergolong cukup, 88% responden (131 orang) memiliki tingkat pengetahuan risiko keselamatan bus kuning yang tergolong baik, dan 85% responden (126 orang) memiliki tingkat pengetahuan mengenai pengendalian bahaya keselamatan bus kuning yang tergolong baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Muliawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>