Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safi`ih
Abstrak :
Koridor Busway Pulogadung-Harmoni yang direncanakan akan dibangun pada tahun 2005 ini menjadikan Terminal Bus Dalam Kota Pulogadung salah satu terminal yang akan digunakan untuk melayani Bus Transjakarta- Sistem tcmtinal yang ada sekarang memerlukan penataan. Perancangan sistem terminal dilakukan dengan merancang denah terminal yang mcmungkinkan adanya lajur-lajur yang terpisah antara satu lajur dengan lajur lainnya. Di dalam lajur tersebut terdapat dua sublajur yailu lajur transit dan lajur terusan sedangkan untuk melayani proses transfer penumpang akan disecliakan shelter dan sebuah lajur transfer penumpang. Seliap entitas akan mcmiliki lajur tersendiri. Kcmudian dibuat model yang mewakili sistem usulan tcrscbut kemudian disimulasikan. Hasil simulasi memperlihatkan keberhasilan sistem ini dalam kondisi dimana setiap cntitas diperbolehl-can transit dalam jangka waktu yang tcrtcntu yaitu kurang dari 60% dari waktu anlar kedatangannya Sedangkan lajur transfer penumpang mengharuskan setiap entitas hanya melakukan aktifitas transfer penumpang saja.
The Pulogadung-Busway corridor wich is planned to built on year 2005 makes Pulogadung Inner City Bus Terminal as one of the temtinal that will be use to serve the TransJakarta Busway. This means that the Terminal system needs to be arranged. The process of designing the terminal system is start with designing a new layout which will accommodate the busses with a specified lane. Between one lane and another will be separated by a separator. I.n each lane there are two sub lane, transit lane and overtaking lane. Meanwhile the passenger will be serves in the transfer lane that also provides a shelter. Then a model is built to represent the propose system and then simulated. The simulation shows that the system work properly in a condition which the entities allowed to transit in a specitied period of time that is, according to simulation statistic, 60% of the headway for every entity. Meanwhile time spent for the busses in the transfer lane is not more than the time spent for load and loading the passenger.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Deddy
Abstrak :
Seringkali dijumpai berbagai sarana fisik yang tidak digunakan sebagaimana rencana pembangunannya. Tangga penyeberangan dijadikan tempat berjualan, trotoar pejalan kaki dijadikan tempat parkir kendaraan dan jalan bagi pengendara motor, serta berbagai sarana fisik lainnya termasuk pula yang ada di terminal bus Blok M. Beberapa sarana, seperti tangga turun yang menurut rancangan pembangunan hanya digunakan untuk turun penumpang dari trotoar kedatangan menuju lobi dalam kenyataan justru disalahgunakan oleh beberapa penumpang. Mereka menggunakannya juga untuk naik sehingga trotoar kedatangan yang tadinya hanya berfungsi sebagai tempat bus menurunkan penumpang digunakan juga sebagai tempat menaikkan penumpang. Padahal tempat untuk naik bus telah disediakan terpisah yakni di trotoar keberangkatan yang dapat dicapai melalui tangga naik jalur yang ada di dalam lobi. Perbedaan antara perancang bangunan dengan pengguna bangunan terhadap pemanfaatan sarana yang ada dapat terjadi karena adanya perbedaan persepsi.

Persepsi seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh nilai yang dianut orang tersebut (Robbins, 1983; Gifford, 1997). Nilai terbentuk sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan budayanya. Nilai-nilai yang dianut kemudian membentuk suatu sistem nilai yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Menurut Rokeach (1973), nilai instrumental dan nilai terminal digunakan dalam menentukan pilihan terhadap suatu hal yang dianggap oleh seseorang lebih baik dari hal lainnya. Nilai selanjutnya akan mengarahkan orang tersebut mencapai hal yang diinginkannya dengan cara melakukan tingkah laku tertentu. Nilai-nilai yang dianut oleh penumpang bus akan mengarahkan mereka pada penggunaan berbagai fasilitas terminal yang ada sesuai dengan apa yang mereka anggap paling baik bagi dirinya masing-masing, termasuk dalam menggunakan tangga naik jalur.

Gibson (dalam Bell et.al, 1996) rnengemukakan bahwa persepsi individu terhadap suatu obyek terkait dengan setting lingkungan dimana obyek tersebut ditempatkan. Setting lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial diantaranya meliputi tingkat pengenalan individu terhadap orang-orang disekelilingnya, kesesakan, dan kepadatan. Sedangkan lingkungan fisik diantaranya seperti suhu ruangan, pencahayaan ruangan, pewarnaan ruangan, iklim, tata letak perabotan, dan keadaan geografis. Tujuan memahami persepsi individu terhadap obyek dalam setting lingkungan tertentu menurut Barker (dalam Stokols & Altman, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995) adalah untuk menciptakan keselarasan antara individu dengan lingkungan dimana individu tersebut berada. Dalam konteks penelitian ini adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan fisik Iobi dan terminal yang sesuai dengan keinginan penumpang sebagai penggunanya.

Subyek penelitian adalah penumpang bus yang berdasarkan jenis pekerjaan, menuntut aktivitas rutin (lima hingga enam hari perminggu). Rutinnya mereka melakukan aktivitas membuat mereka menggunakan tangga naik yang ada di lobi sebagai sarana naik bus dalarn menunjang kelancaran mereka beraktivitas.

Alat pengumpul data penelitian terdiri dari dua bagian, yakni Rokeach Value Survey dimana subyek diminta untuk meranking nilai-nilai berdasarkan keinginannya sendiri dan skala berbentuk semantik diferensial yang memuat tiga faktor yakni aktivitas, potensi dan evaluasi, Skor-skor yang diperoleh kemudian diolah dengan Spearman's rho untuk melihat hubungan antara sistem nilai dengan persepsi melalui bantuan komputer menggunakan program SPSS PC+ versi 9.0.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa nilai instrumental tidak mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat 0,05 dengan persepsi ketiga faktor pada skala semantik, sedangan pada nilai terminal menunjukkan hasil yang signifikan hanya pada faktor potensi. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa ranking pertama maupun rangking ke-18 dari nilai instrumental tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan ketiga faktor yang ada dalam skala semantik. Pada nilai terminal, hanya ranking pertama, yakni nilai kebahagiaan yang merniliki hubungan yang signifikan dengan faktor potensi.

Penelitian perlu dilanjutkan kearah melihat hubungan antarbeberapa variabel dengan persepsi penumpang terhdap pemanfaatan tangga naik jalur. Hal ini dikarenakan bahwa secara umum nilai tidak bisa dijadikan satu-satunya variabel independen yang berdiri sendiri dalam mempengaruhi pembentukan persepsi di kalangan populasi penumpang bus. Dengan demikian hubungan antarbeberapa variabel independen dengan beberapa fakor akan lebih bervariasi.

Agar mendapat gambaran lebih konprehensif tentang hubungan antara sistem nilai, yang dianut penumpang dengan persepsi mereka terhadap pemanfaatan tangga naik maka instrumen pengukuran tidak hanya menggunakan Rokeach Value Survey. Hal ini karena nilai-nilai yang dianut suatu komunitas sangat dipengaruhi oleh kultur dan keadaan demografis. Nilai-nilai yang dimiliki masyarakat Indonesia mempunyai kekhasan dan keunikan sendiri dibanding nilai- nilai yang dianut masyarakat Amerika seperti tercermin dalam alat tersebut.

Pengelola dapat rnelakukan manipulasi terhadap ruang lobi agar tangga naik maupun tangga turun jalur dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu bentuk manipulasi adalah dengan membangun eskalator yang betujuan ?memaksa? penumpang menggunakannya hanya untuk turun atau naik. Penggunaan sarana sebagaimana mestinya akan melancarkan mobilisasi penumpang dan bus yang di terminal tersebut.
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Bebby Yolla
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis konsentrasi pajanan personal PM2.5 pada pekerja Dinas Perhubungan yang bekerja di Terminal Terpadu Kota Depok pada tahun 2015, dengan menggunakan desain studi deskriptif. Pengukuran konsentrasi pajanan personal PM2.5 dilakukan dengan menggunakan alat ukur Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor. Pengukuran dilakukan selama 8 jam per hari dalam waktu 7 hari. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi pajanan personal PM2.5 pada pekerja dishub yang bekerja di lapangan lebih tinggi dari pada yang bekerja di bagian administrasi (dalam ruangan), meskipun keduanya sama-sama sudah melebihi nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan oleh WHO (25 μg/m3), US-EPA (35 μg/m3), dan Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999 (65 μg/m3). Selain itu, kualitas udara di lingkungan luar dan dalam terminal juga sudah berada pada kategori yang tidak sehat.
ABSTRACT
This study purposed to measure and analyze personal exposure concentrations of PM2.5 at the Department of Transportation (DISHUB) workers who work in Integrated Terminal Depok City in 2015, with using descriptive design study. The concentrations measurement of PM2.5 personal exposure is using Leland Legacy Pump and Personal Sampling Sioutas Cascade Impactor. This measurement was performed for 8 hours per day within 7 days. The results showed personal exposure concentrations of PM2.5 on Department of Transportation (DISHUB) workers who work in the field (outdoor) is higher than those working in administration (indoor), although both results are already exceeding the threshold level value (TLV) from WHO (25 μg/m3), US-EPA (35 μg/m3), and Indonesian Government Regulation (PP RI No. 41/1999) (65 μg/m3). In addition, the air quality at outside and inside the bus terminal are also in the unhealthy category.
2015
S59900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watanabe, Dina
Abstrak :
ABSTRACT
Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor, pada tahun 2010 berjumlah 76.907.127 menjadi sejumlah 94.373.324 di tahun 2012. Hal tersebut memberikan dampak buruk bagi kesehatan, salah satunya kematian akibat kanker paru-paru. IARC mengakui pencemaran udara dari sumber lalu lintas dan industry penyebab utama kanker paru-paru. Salah satu polutan yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor adalah benzo(a)pyrene. IARC mengklasifikasikan benzo(a)pyrene ke dalam golongan 1 yang artinya agent yang bersifat karsinogenik pada manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan benzo(a)pyrene, risiko efek karsinogenik dan manajemen risiko melalui pola aktivitas dan karakteristik antropometri. Disain penelitian yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan metode Sampling Incidental. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran benzo(a)pyrene di 5 titik, serta wawancara dengan kuesioner untuk mengetahui karakteristik dan pola aktivitas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok pembanding akan ada 36 kasus kanker dari 100 orang populasi, sedangkan pada kelompok sopir akan ada 7 kasus kanker dari 100 populasi dan pada seluruh kelompok akan ada 22 kasus kanker dari 100 populasi. Konsentrasi benzo(a)pyrene pada udara ambien sebesar 126,031 mg/m3, dan konsentrasi pada pembanding (indoor) 630,583 mg/m3. Manajemen risiko bagi seluruh kelompok adalah konsentrasi benzo(a)pyrene aman sebesar 1,75 mg/m3dengan waktu 4 menit dalam 2 hari selama setengah bulan. Pada kelompok sopir, konsentrasi aman sebesar 1,98 mg/m3dengan waktu 12 menit dalam 5 hari selama 2 bulan. Pada kelompok pembanding konsentrasi aman sebesar 1,46 mg/m3dengan waktu 2 menit dalam sehari selama 11 hari.
ABSTRACT
Central Bureau of Statistics (2012) showed that Indonesia increased experienced number of motor vehicles, in 2010 totaled 76.907.127 be a number 94.373.324 in 2012. This provides a negative effect on health, one of them is lung cancer. IARC recognizes the source of air pollution from traffic and industry, the main cause of lung cancer. One of the pollutants contained in the exhaust fumes of motor vehicles is benzo (a) pyrene. IARC classified benzo (a) pyrene in Group 1, which means that the agent is carcinogenic to humans.

This study aims to determine the intake of benzo (a) pyrene, carcinogenic risk and risk management through activity patterns and anthropometric characteristics. The design of the study is Environmental Health Risk Analysis with incidental sampling method. The data collection was done by the measurement of benzo (a) pyrene in 5 points, as well as interviews with a questionnaire to determine the characteristics and activity patterns.

The analysis showed that in the comparison group there were 36 cases of cancer will be from a population of 100 people, while in the group there will be 7 driver of cancer cases and 100 population, in all groups there will be 22 cases of cancer of the 100 population. The concentration of benzo (a) pyrene in ambient air of 126,031 mg/m3, and concentrations in comparison (indoor) 630,583 mg/m3. Risk management for the entire group is the safe concentration of benzo (a) pyrene was 1,75 mg/m3 with 4 minutes in 2 days for half a month. In the group of drivers, safe concentration of 1,98 mg/m3 with a time of 12 minutes within 5 days for 2 months. In the comparison group safely at 1,46 mg/m3 concentration with time of 2 minutes a day for 11 days.
2014
S55593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library