Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Cabai merupakan sayuran dari famili solanaceae yang memiliki bnyak kegunaan, antara lain sebagai bumbu masak dan bahan ramuan obat-obatan . Dalam bidang farmasi , bahan obat yang berasal dari cabai besar (Capsicum annum L), disebut Capsicum fructus, sedangkan bahan obat yang berasal dari cabai rawit (Capsicum fructescens) disebut Capsici frutescentis fructus (Pitojo 2003)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pyan Putro Surya Amin Muchtar
"Pertanian kontrak telah lama diterapkan di Indonesia namun baru menunjukkan tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir melalui inisiatif sektor swasta. Jaminan pembelian dan kepastian harga telah mendorong petani untuk bergabung, namun, pelanggaran masih terjadi dalam proses berjalannya kontrak pertanian yang sedang berkembang. Dalam tulisan ini, upaya telah dilakukan untuk menjelaskan pada stabilitas kontrak dilakukan oleh petani dan swasta agro-industri di daerah pertanian cabai Jember ini. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor penentu keputusan penyimpangan petani terhadap kontrak atas dasar survei yang melibatkan metode daftar beberapa harga untuk memperoleh karakteristik individu yang diambil dari perspektif ekonomi perilaku. Menggunakan regresi probit dikendalikan oleh karakteristik demografi, studi ini menemukan bahwa preferensi present bias dan individual discount factor berpengaruh secara signifikan kemungkinan penyimpangan tindakan. Hasilnya juga menunjukkan bahwa keputusan petani secara signifikan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik pertanian, termasuk keputusan koordinator, ukuran tanah, harga yang diharapkan, dan pengalaman bertani cabai.

Contract farming has been long applied in Indonesia but has just revealed its ascending trend in the recent time through private sector initiatives. The purchase guarantee and price certainty have induced farmers to join. However, deviation still exists among them, shadowing the stability in its developing process. In this paper, an effort has been made to shed a light on the stability of contract practiced by farmers and private agro-industry in Jember?s chili farming areas. Specifically, this study attempts to find the determinants of farmer?s deviation decision towards contract on the basis of survey involving multiple-price list method to elicit individual characteristics drawn from perspective of behavioral economics. Using probit regression controlled by demographic characteristics, this study finds that present-bias preference and individual discount factor affect significantly the likelihood of deviation act. The result also suggests that farmers? decision is significantly affected by several farming characteristics, including coordinator?s decision, land size, expected price, and chili farming experience.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari tanaman potensial yang dapat dijadikan sebagai bionutrien. Tanaman potensial yang dipilih pada penelitian ini adalah tanaman JPR. Pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan analisis awal kandungan N, P dan K yang terdapat dalam tanaman JPR. Untuk mengetahui kondisi optimum terhadap nitrogen yag terekstrak, dilakukan tahapan optimasi yaitu optimasi konsentrasi ekstraktan, optimasi waktu ekstraksi serta optimasi massa tanaman JPR. Kemudian, bionutrien JPR diaplikasikan terhadap tanaman cabai merah keriting untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tanaman cabai merah keriting. Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh bionutrien JPR, dosis yang digunakan bervariasi. Dosis yang digunakan antara lain 15 mL/L, 25 mL/L, 50 mL/L, 75 mL/L, 100 mL/L dan 150 mL/L. Hasil yang diperoleh pada analisis awal kandungan yang terdapat pada tanaman JPR antara lain, kandungan nitrogen sebesar 117 mg/L, kandungan fosfor sebesar 11,52 mg/L, dan kandungan kalium sebesar 104,955 mg/L. Kondisi optimum pada proses ekstraksi tanaman JPR dilakukan pada konsentrasi ekstraktan 0,5 M, waktu ekstraksi selama 90 menit serta jumlah massa tanaman JPR sebesar 70 gram dengan nitrogen yang terekstrak sebesar 1053 mg/L. Dosis optimum yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan terjadi pada dosis 150 mL/L yang memiliki kosntanta laju pertumbuhan tanaman cabai merah keriting sebesar 0,112 hari-1, sedangkan tanaman kontrol memiliki konstanta laju pertumbuhan sebesar 0,121 hari-1. Pemanenan buah cabai terbesar ditunjukkan oleh tanaman dengan dosis 100 mL/L dengan buah sebanyak 143 buah dan massa buah sebesar 638 gram, pada tanaman kontrol jumlah buah yang dipanen sebanyak 269 buah dengan massa buah sebesar 1106,3 gram."
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi tanaman RSR sebagai bahan dasar bionutrien yang diaplikasikan pada tanaman cabai merah keriting (Capsicum Annum L.). Tahapan penelitian ini dimulai dengan melakukan analisis kadar N, P, dan K yang terkandung dalam tanaman RSR menggunakan metode Khedjal. selanjutnya mencari kondisi optimum kadar nitrogen yang terektrak melalui tahapan optimasi konsentrasi ekstraktan, optimasi waktu ekstraksi, dan optimasi massa sampel tanaman RSR. Bionutrien yang dihasilkan pada kondisi optimum diaplikasikan pada tanaman cabai merah keriting dengan variasi dosis 15mL/L, 25 mL/L, 50 mL/L, 75 mL/L, 100 mL/L, 150 mL/L dan kontrol positif. "
2011
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Larasati Priyono
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabai keriting hijau (Capsicum annuum ?Joe?s Long Cayenne? Linnaeus) dengan vitamin C. Konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan 10, 20, 50, 100 dan 500 μg/ml, sedangkan vitamin C 0,7, 1,4, 3,5, 7 dan 14 μg/ml. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) Free Radical Scavenging Assay. Dari metode ini, didapatkan nilai absorbansi dari hasil pengukuran spektrofotometri, yang kemudian dikonversi menjadi IC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol cabai keriting hijau (Capsicum annuum ?Joe?s Long Cayenne? Linnaeus) memiliki aktivitas antioksidan lemah (IC50 >150 μg/ml) dengan nilai IC50 335,154±9,831 μg/ml, sedangkan vitamin C, memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat (<50 μg/ml) dengan nilai IC50 6,951 ± 0,05 μg/ml.

The objective of this study is to compare the antioxidant activity of green long cayennes (Capsicum annuum ?Joe?s Long Cayenne? Linnaeus) with vitamin C. Concentrations used for the extract are 10, 20, 50, 100, 200 and 500 μg/ml, while vitamin C are 0.7, 1.4, 3.5, 7, and 14 μg/ml. Antioxidant activity is measured by DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) Free Radical Scavenging Assay. From this assay, absorbance value will be obtained from spectophotometry, and then converted to IC50. The result of this research is that the extract of green long cayenne (Capsicum annuum ?Joe?s Long Cayenne? Linnaeus) shows weak antioxidant activity (IC50 >150 μg/ml), with IC50 value of 335.154±9.831 μg/ml. Meanwhile, vitamin C shows very strong antioxidant activity (<50 μg/ml), with IC50 value of 6.951 ± 0.050 μg/ml."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danti Firda Nur
"ABSTRAK
Ulat grayak adalah salah satu hama yang sering menyerang tanaman cabai merah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini antara lain dengan gigitan dan kunyahan pada daun serta memakan permukaan daun sehingga hanya meninggalkan tulang daunnya saja. Getah pepaya dapat digunakan sebagai pestisida karena mengandung enzim sisteina protease yang merupakan zat yang dapat menghambat sistem pencernaan serangga sehingga dapat membunuh serangga. Percobaan ini memvariasikan getah pepaya yang digunakan yaitu getah yang berasal dari daun, batang dan kulit buah pepaya. Selain itu metode ekstraksi yang digunakan juga divariasikan menjadi metode ekstraksi dengan menggunakan blender dan dengan penyadapan. Ekstraksi dengan menggunakan blender akan dilanjutkan dengan ekstraksi secara kimia menggunakan larutan fosfat buffer dan amonium sulfat. Sedangkan metode penyadapan akan dilanjutkan dengan ekstraksi secara kimia dengan menggunakan aseton. Kedua metode akan dibandingan dengan menggunakan uji aktivitas enzim dan uji efikasi. Aktivitas enzim akan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan uji efikasi akan menggunakan larva ulat grayak yang diberi daun cabai yang telah dioleskan biopestisida. Selain itu akan dilakukan uji penyimpan untuk melihat perubahan warna dan bau serta aktivitas pada sampel

ABSTRACT
Spodoptera litura is one of the major pests on red chilli pepper Capsicum annum . Larvae damage crops by biting, chewing and then eating the lower surface of the leaves. The leaves will become transparent white, severe damage leaves behind only leaf bone. Spodoptera litura in red chilli pepper ca eliminated with pesticide from chemical. But they have side effect if using in a long time like killing another insects and increase the number of pest. Using chemical pesticide need to increase the dose so will be dangerous to enviroment. For decreasing dependancy of chemical pesticide using biopesticide is the alternative.The author s initiated to use latex and piece of papaya as biopesticide. Papaya Carica papaya could be used as a biopesticide because it contains sisteine protease which substances that can inhibit eating even to kill insects pests. The method used is extraction with variation of tapping. First latex and piece of papaya from tapping soluted by phospate buffer, after incubated in temprature 40 C centrifuge the solution and precipitated with aseton 50 . For purification author use nylon filter. For latex and piece of papaya without tapping the extraction add sodium bisulfate as enzyme activator. Based on the method, result will be reach is enzyme activity and mortality rate of spodoptera litura.The result will be test using efication test with flybow of spodoptera litura which are given red chilli pepper leave which given biopesticide from papaya in a week. For activity,we using spectrophotometer UV Vis for measure absorbance in wavelength 750 nm. "
2017
S67873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiha Firdaus
"ABSTRAK
Penentuan kadar capsaicin menggunakan elektroanalisis pada saat ini banyak dikembangkan sebagai alternatif dalam penentuan kadar rasa pedas. Hal ini dilatar belakangi oleh satuan untuk rasa pedas yaitu Scouville Heat Unit SHU yang kurang presisi dan bersifat subjektif karena bergantung pada opini dari penguji yang semuanya memiliki kemungkinan sensitivitas rasa pedas yang berbeda. Oleh karena itu perlu adanya satuan pasti yang lebih presisi dibandingkan dengan SHU dalam menentukan tingkat kepedasan yaitu dengan melihat kadar capsaicin yang merupakan senyawa yang menimbulkan rasa pedas. Untuk membuat suatu sensor, perlu diketahui dulu sifat elektrokimia dari capsaicin itu sendiri. Sehingga dilakukan studi elektrokimia terlebih dahulu dengan mengunakan Screen Printed Electorde SPE . Pada penelitian ini sampel capsaicin yang digunakan berasal dari hasil ekstraksi cabai rawit Capsicum frutescens L. yang sebelumnya dikarakterisasi terlebih dahulu dengan menggunakan uji KLT, IR dan GC-MS. Cabai diekstrak dengan menggunakan metode refluks. Ekstraksi dengan refluks menghasilkan oleoresin sebanyak 9,147 gram dan padatan capsaicin sebanyak 0.0113 gram. Studi elektrokimia dilakukan dengan melihat voltametri siklik dari oleoresin dan padatan capsaicin. Keduanya menunjukkan ciri khas dari puncak capsaicin. Hanya saja pada studi elektrokimia capsaicin dari oleoresin terdapat banyak puncak-puncak gangguan akibat belum dilakukannya pemurnian. Ciri khas dari puncak capsaicin yang tergolong ke dalam ECE mechanism dapat terlihat dengan terbentuknya tiga puncak reduksi dan oksidasi. Saat terjadi penambahan laju reaksi scan rate , puncak yang terbentuk berkurang menjadi dua puncak sesuai dengan ciri khas dari ECE mechanism. Puncak oksidasi capsaicin terjadi pada besar potensial 0,474 V dan puncak reduksi capsaicin terjadi pada besar potensial 0,386 V.

ABSTRACT
Determination of capsaicin level using electroanalysis methods is now commonly used as alternative methods to determine a level of spiciness. People started to come up with this concept because the unit of spiciness itself, Scouvile Heat Unit SHU is very subjective and not precise. The result is based on the opinion of the examiners whom probably have different sensibility on level of spiciness. According to this issue, there should be an unit of spiciness that more precise than SHU so we can have an accurate result on level of spiciness, this can be reach by determining the level of capsaicin which is a compound that create a sensation of spicy. Before we learn about capsaicin and it rsquo s sensory ability, we need to know the electrochemistry properties of capsaicin itself. So first, electrochemistry study about capsaicin using Screen Printed Electode SPE need to be done. This research use a sample of capsaicin that comes from a simple extraction of chilli Capsicum frutescens L. which been characterized using KLT test, IR test, and GC MS test. The chilli was extracted using reflux methods. From this reflux methods, 9,146 gram of oleoresin and 0,0113 gram of capsaicin is produced. The electrochemistry study can be done by observing the voltammetry cycle of oleoresin and capsaicin solid. Both of the compound shows the characteristic of capsaicin rsquo s peak. But the electrochemistry result of capsaicin from oleoresin shows a lot of peak bias because it didn rsquo t get purified before. The characteristic of capsaicin rsquo s peak which included into ECE mechanism can be seen by the forming of three peak of reduction and oxidation. When the reaction rate increase, the peak that was formed reduce from three to two peak, this event represent the characteristic of ECE mechanism. The oxidizing peak of capsaicin occurs when the amount of voltage is 0,474 V and the reduction peak of capsaicin occurs when the amount voltage is 0,386 V."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi Putra
"Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan komoditas holtikultura yang memiliki umur simpan pendek dan produk pasca panennya rentan mengalami kerusakan. Salah satu upaya untuk memperpanjang masa simpan cabai rawit yang singkat adalah dengan perlakuan ozonasi. Penggunaan air terozonasi dalam pengawetan makanan dapat menjadi disinfektan yang aman untuk dikontakkan dengan bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi ozon terlarut dan suhu penyimpanan untuk mempertahankan kualitas cabai rawit menggunakan larutan NaCl terozonasi. Parameter kualitas cabai rawit yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan kapsaisin, kandungan vitamin C, perubahan massa, dan uji organoleptik. Cabai rawit dicuci selama 20 menit dengan variasi konsentrasi ozon terlarut 0,1; 0,2; dan 0,3 ppm dengan variasi suhu penyimpanan 10oC, 16oC, dan 25oC. Sampel disimpan selama 15 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Pencucian dengan konsentrasi 0,3 ppm bisa mereduksi TBMA hingga 87% dan di hari ke-15 memiliki kandungan TBMA lebih rendah hingga 81,5%. Penyimpanan pada suhu 10oC bisa menjaga kandungan vitamin C sampai hari ke-15 dibandingkan peyimpanan suhu ruang hingga 11 mg/100g. Penyimpanan pada suhu rendah 10oC juga dapat mempertahankan nilai kapsaisin hingga hari ke-10 sebesar 0,15 (%w/w) atau 24000 SHU.

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a horticultural commodity that has a short shelf life and its post-harvest products are prone to damage. One of the efforts to extend the short shelf life of cayenne pepper is by ozonation treatment. The use of ozonated water in food preservation can be used as a safe disinfectant for food contact. This study aims to evaluate the effect of dissolved ozone concentration and storage temperature to maintain the quality of cayenne pepper using ozonated salt solution. The cayenne pepper quality parameters evaluated were the Total Mesophyll Aerobic Bacteria (TBMA) value, capsaicin content, vitamin C content, mass change, and organoleptic tests. Cayenne pepper was washed for 20 minutes with various concentrations of dissolved ozone 0.1; 0.2; and 0.3 ppm with variations in storage temperature of 10oC, 16oC and 25oC. Samples were stored for 15 days to see the development of its characteristics. Washing with a concentration of 0.3 ppm can reduce TBMA up to 87% and on day 15 has a lower TBMA content of up to 81.5%. Storage at 10oC can maintain vitamin C content on day 15 compared to room temperature storage up to 11 mg/100g. Storage at a low temperature of 10oC can also maintain capsaicin values up to the 10th day of 0.15 (%w/w) or 24000 SHU."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>