Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Permatasari
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab utama penyakit dan kematian di dunia. Hubungan antara TB dan malnutrisi telah lama diketahui. Berkembangnya TB secara progresif menyebabkan wasting dan hilangnya massa otot, serta hipoalbuminemia yang juga terlihat pada infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Koinfeksi TB/HIV menyebabkan peningkatan metabolisme, gangguan fisik, dan masalah nutrisi. Selain itu, adanya penyakit infeksi kronik seperti halnya TB paru dan HIV/AIDS disertai dengan penurunan BB dapat menyebabkan kaheksia. Serial kasus ini bertujuan untuk mempelajari dan menerapkan terapi nutrisi sebagai bagian dari tatalaksana TB paru, infeksi HIV, dan kaheksia. Seluruh pasien dalam serial kasus ini adalah pasien TB paru dengan malnutrisi berat dan kaheksia. Dua dari empat pasien disertai infeksi HIV. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kondisi, penyakit penyerta, dan kebutuhan yang bersifat individual. Kebutuhan energi basal dihitung dengan persamaan Harris-Benedict dengan kebutuhan energi total setara dengan 35?40 kkal/kg BB. Makronutrien diberikan dalam komposisi seimbang dengan protein 15?20% total kalori (1,5-2 g/kg BB). Suplementasi mikronutrien diberikan sesuai dengan angka kecukupan gizi. Nutrien spesifik berupa omega-3 dan asam amino rantai cabang (AARC) diberikan untuk memperbaiki kaheksia. Keluaran yang dinilai meliputi kondisi klinis, asupan, dan toleransi asupan. Dua dari empat pasien memberikan keluaran klinis lebih baik, namun peningkatan BB tidak signifikan.ABSTRACT Tuberculosis (TB) is a leading cause of illness and death of people globally. The association between TB and malnutrition has long been known. Progressive tuberculous disease results in wasting and loss of muscle mass and hypoalbuminaemia, which are also seen in HIV infection. Co-infection with HIV and TB poses an additional metabolic, physical, and nutritional burden. In addition, chronic infecton disease such as pulmonary TB and HIV/AIDS accompanied with weight loss leads to cachexia. The aim of this case series was to study and apply nutrition therapy as integral part of pulmonary TB, HIV infection and cachexia treatment. All patients in this reports with diagnosis of pulmonary TB with severe malnutrition and cachexia. Two of four patients diagnosed with HIV infection. Nutrition therapy was given individually according to the clinical condition and underlying disease. Harris-Benedict equation was used to calculate basal energy requirement with total energy requirement equivalent to 35?40 kcal/body weight. Balanced macronutrient composition was given with protein 15?20% of total requirement (1,5-2 g/body weight). Micronutrient recommendation was given to fulfill one fold recommended daily allowance. Omega-3 and branched-chain amino acid (BCAA) was given as specific nutrients to improved cachexia. Outcome measurements included clinical condition, intake analysis, and intake tolerance. Two of four patient had improved in clinical outcome but there was no significant difference in weight gain."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huda
"ABSTRAK
Cachexia merupakan masalah yang umum dialami oleh pasien kanker stadium
lanjut. Studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang pengalaman cachexia pasien kanker stadium lanjut
dan keluarga yang merawat di RS Kanker Dharmais. Data studi diperoleh dari
lima partisipan pasien dan lima partisipan keluarga. Temuan memberikan
informasi rinci tentang pengalaman cachexia pada pasien kanker stadium lanjut
dan keluarga yang merawat dengan enam tema utama yang sama yaitu 1)
pengetahuan yang kurang tentang cachexia, 2) gangguan biopsikososial, 3)
perubahan pola makan, 4) perhatian perawat yang dirasakan kurang oleh pasien
dan keluarga, 5) kebutuhan akan pendidikan kesehatan dan 6) kebutuhan akan
peningkatan fasilitas kesehatan. Pada keluarga terdapat satu tema tambahan yaitu
terjadinya konflik dalam keluarga. Kemampuan dalam melakukan asuhan
keperawatan yang menyeluruh pada akhirnya akan meningkatan status nutrisi
pasien dan mengurangi konflik dalam keluarga.

Abstract
Cachexia is a common problem for cancer patient in end stage.
Phenomenologycal approach of qualitative study was conducted to get illustration
regarding experience of end stage cancer patient with cachexia and their families
who were involved during treatment in the Dharmais Cancer Hospital. Study
result gathered from five participants constituted of five patients and five families.
The current study showed detail information about experience of end stage cancer
patient with cachexia and their families within six main themes, namely : 1) lack
of knowledge about cachexia, 2) Biopsychosocial disturbances, 3) diet pattern
disturbances, 4) lack of attention from nurse, 5) in need of health education and 6)
in need of improvement of health facilities. Particularly within families member
there were additional main theme, namely : conflict in family. Abilities in
establishing holistic nursing care will lead to increase patient nutrition level and
decrease conflict within families."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30951
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Sunardi
"ABSTRAK
Pasien kanker umumnya mengalami penurunan berat badan terkait kaheksia. Patofisiologi kaheksia kanker multifaktorial, termasuk efek sitokin pro inflamasi dan inflamasi sistemik. Profil asam amino plasma pada pasien kanker mengalami perubahan. Deplesi protein dapat terjadi akibat asupan yang menurun atau efek langsung dari tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan hubungan antara asam amino serum, status nutrisi dan sitokin-sitokin pro-anti inflamasi, serta sel T helper 17 pada pasien kaheksia kanker paru. Penelitian potong lintang dengan consecutive sampling pada pasien kanker paru dengan kaheksia ini mengambil subjek berusia lebih dari 18 tahun dan belum diterapi atau sudah selesai terapi lebih dari 2 bulan di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Analisis asupan dilakukan dengan food frequency questionnaire semikuantitatif dan 24-hours food recall. Pemeriksaan asam amino serum dengan metode spektofotometri, Sel T helper-17 dengan metode flowcytometry, dan C-reactive protein dengan metode latex agglutination, serta kadar IL 17, IL 6 dan TNFα dengan metode ELISA. Data yg didapat kemudian di analisis dengan uji T atau Mann Whitney untuk melihat hubungan dan untuk menganalisis hubungan dalam tabel digunakan uji Chi-Square atau Fischer Exact, sedangkan untuk korelasi digunakan uji Pearson atau Spearman. Asam amino triptofan, asparagin, glutamin, valin, lisin dan sistein berkorelasi positif dengan sitokin anti-inflamasi dan status nutrisi, sebaliknya negatif dengan sitokin pro inflamasi. Asam amino fenilalanin, treonin, dan glutamat berkorelasi positif dengan sitokin pro-inflamasi dan berkorelasi negatif dengan status nutrisi dan sitokin anti inflamasi. Khusus aspartat, selain berkorelasi positif dengan sitokin pro inflamasi, juga berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh, tetapi menunjukkan korelasi negatif dengan penurunan berat badan. Beberapa asam amino serum terbukti berhubungan dengan status sitokin dan status nutrisi pada subjek kanker paru dengan kaheksia, sehingga perlu menjadi perhatian dalam terapi nutrisi pasien kanker
Kata kunci: asam amino serum, status nutrisi, sitokin, kaheksia kanker

ABSTRACT
Cancer patients generally experience weight loss associated with cancer cachexia. The pathophysiology of cancer cachexia is multifactorial, including the effects of pro inflammatory cytokines and systemic inflammation.. The plasma amino acid profile was found to significantly undergo changes in cancer patients. Protein depletion can occur due to decreased intake or direct effects of tumors on protein metabolism. This study aimed to determine the profile and relationship between serum amino acids, nutritional status and pro-anti-inflammatory cytokines, and T helper 17 cells in lung cancer cachexia patients. This cross-sectional study with consecutive sampling in lung cancer patients with cachexia took subjects over the age of 18 years and who had not been treated or who had finished therapy for more than 2 months at the Dharmais Cancer Hospital. Dietary intake analyses were carried out with semiquantitative food frequency questionnaire and 24-hour food recalls. Blood tests were carried out in the form of serum amino acids, cytokines, C-reactive protein and T helper 17 cells. Data obtained were then analyzed by the T or Mann Whitney test to see the relationship and to analyze relationships in the table used chi-square or Fischer Exact, while for correlation used Pearson or Spearman test. The amino acids tryptophan, asparagine, glutamine, valine, lysine and cysteine were positively correlated with anti-inflammatory cytokines and nutritional status, and negatively correlated with pro-inflammatory cytokines. Phenylalanine, threonine and glutamate amino acids were positively correlated with pro-inflammatory cytokines and negatively correlated with nutritional status and anti-inflammatory cytokines. Aspartate showed a positive correlation pro inflammatory cytokines and body mass index, but a negative correlation with weight loss. Some serum amino acids have been shown to be related to cytokines and nutritional status in lung cancer cachexia patients, so it should be a concern in nutritional therapy for cancer patients"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Anastasya
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara penilaian risiko malnutrisi menggunakan skor PG-SGA dengan kadar CRP serum sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat inflamasi pada pasien kanker kepala dan leher stadium I_IV guna mencegah terjadinya kaheksia. Malnutrisi hingga kaheksia pada kanker terjadi karena interaksi faktor tumor, faktor pejamu dan faktor-faktor lainnya. Faktor tumor berupa sitokin pro-inflamasi akan memicu respons pejamu untuk memproduksi protein fase akut seperti CRP. Protein fase akut memerlukan sejumlah substrat yaitu asam amino yang berasal dari otot rangka. Otot rangka akan mengalami degradasi sehingga menyebabkan wasting otot rangka. Oleh karena itu, CRP selain dapat digunakan sebagai marker inflamasi sistemik juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator faktor risiko yang berperan dalam terjadinya malnutrisi dan kaheksia. Efek wasting otot rangka yang ditimbulkan secara tidak langsung oleh CRP dapat dinilai dengan terdapatnya penurunan BB maupun berkurangnya massa otot yang juga merupakan komponen dalam penilaian PG-SGA. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 51 subjek kanker kepala dan leher stadium I_IV yang belum mendapatkan terapi. Hasil penelitian didapatkan rerata usia 46,6 13,9 tahun, sebanyak 76,5 berjenis kelamin laki-laki. Kanker nasofaring merupakan kanker terbanyak 80,4 , dan stadium terbanyak yaitu stadium IVA. Rerata indeks massa tubuh IMT yaitu 20,6 4,0 kg/m2, dan sebanyak 37,3 subjek berada pada IMT normal. Berdasarkan skor PG-SGA sebanyak 64,7 subjek berisiko tinggi malnutrisi dengan rerata skor PG-SGA 11,7 6,2. Nilai median CRP yaitu 6,4 0,4_170,4 . Penelitian ini memperoleh korelasi positif yang signifikan antara skor PG-SGA dengan kadar CRP serum dengan kekuatan korelasi lemah r = 0,372; p = 0,007.

The purpose of this study was to determine the correlation between the malnutrition risk assessment using PG SGA score with serum CRP levels so that it can be used to predict the levels of inflammation in head and neck cancer patients stage I IV to prevent cachexia. Malnutrition and cancer cachexia occurs due to the interaction of tumor factors, host factors and other factors. Tumor factors such as pro inflammatory cytokines will trigger a response of the host to produce acute phase proteins such as CRP. Acute phase protein which require a number of amino acids derived from skeletal muscle. Skeletal muscles will be degraded, causing skeletal muscle wasting. Therefore, CRP can be used as a marker of systemic inflammation and can be used as one indicator of the risk factors also that contribute to malnutrition and cachexia. Effect of skeletal muscle wasting which caused indirectly by the CRP can be assessed by the weight loss and reduced muscle mass which is a component in the assessment of PG SGA also. This study is a cross sectional study using consecutive sampling, 51 subjects head and neck cancer stage I IV who had not received treatment participated in this study. Data showed the mean age of subjects was 46.6 13,9 years, and 76 were male. Most cancer sites were as nasopharyngeal 80,4, and mostly in stage IVA. The mean body mass index BMI is 20,6 40 kg m2, with most of the BMI is normal 37,3. Based on PG SGA score 64,7 of the subjects at high risk of malnutrition, and the PG SGA mean score is 11,7 6,2. The median value of CRP is 6,4 0,4 170,4. The result of this study showed a significant positive correlation between PG SGA score with serum CRP levels with the strength of correlation is weak r 0,372 p 0,007. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngesti Mulyanah
"Latar belakang: Risiko kaheksia pada pasien kanker kepala dan leher KKL meningkat akibat tumor itu sendiri, letak tumor, dan pemberian terapi medis. Penurunan berat badan akibat efek samping radioterapi atau kemoradioterapi dapat menurunkan angka kesintasan dan kualitas hidup, serta meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Terapi medik gizi klinik bertujuan mencegah malnutrisi bertambah berat, memperbaiki kualitas hidup, dan mendukung outcome terapi yang baik. Terapi medik gizi klinik berupa konsultasi individu, meliputi pemberian nutrisi adekuat sesuai kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik, serta terapi medikamentosa dan edukasi.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang, berusia 32 ndash;53 tahun. Satu orang pasien dengan diagnosis karsinoma lidah dan 3 orang dengan kanker nasofaring. Dua dari 4 pasien menjalani kemoradioterapi. Semua terdiagnosis kaheksia pada awal pemeriksaan. Kebutuhan energi total dihitung menggunakan persamaan Harris-Benedict untuk kebutuhan basal dikalikan faktor stres 1,5. Pemantauan meliputi keluhan subjektif dan pemeriksaan objektif tanda vital, kondisi klinis, antropometrik, massa otot, massa lemak, kekuatan genggam tangan, Karnofsky Performance Status, analisis asupan, dan laboratorium . Pemantauan dilakukan secara berkala setiap minggu untuk menilai pencapaian target pemberian nutrisi.
Hasil: Terapi medik gizi klinik pada keempat pasien meningkatkan asupan energi, protein, dan nutrien spesifik asam amino rantai cabang dan eicosapentaenoic acid . Penurunan BB, massa otot, dan kapasitas fungsional yang terjadi pada pasien hanya minimal.
Kesimpulan: Terapi medik gizi klinik pada pasien KKL dengan kaheksia dalam radioterapi atau kemoradioterapi dapat meningkatkan asupan nutrisi dan meminimalkan penurunan status gizi pasien lebih lanjut.

Introduction: The risk of cachexia of head and neck cancer HNC is increased because of the tumor itself, site of the tumor, and side effects of cancer treatment. Weight loss during radiotherapy or chemoradiotherapy will decrease the survival rates and quality of life, and increase morbidity and mortality rates. The purpose of medical therapy in clinical nutrition is to prevent further malnutrition during therapy, improve quality of life, and support the good outcome of cancer treatment. Individual medical therapy in clinical nutrition include adequate energy, macro and micronutrient, and specific nutrients requirements, pharmacotherapy and education.
Methods: Four HNC patients in this case series aged between 32 and 53. One patient diagnosed squamous cell carcinoma of the tongue and 3 patients with nasopharyngeal cancer. Two of four patients received chemoradiotherapy. Total energy requirement was calculated using Harris Benedict equation for basal energy need multipled by stress factor of 1,5. Monitoring include subjective complaints and objective examination vital sign, physical examination, anthropometric, muscle mass, fat mass, handgrip strength, Karnofsky Performance Status, dietary analysis, and laboratory. Monitoring was performed routinely every week to assess achievement of the nutrition therapy target.
Results: Medical therapy in clinical nutrition to four patients can increase the intake of energy, protein, and specific nutrients branched chain amino acid and eicosapentaenoic acid. The decreased of weight, muscle mass, and functional capacity during radiotherapy or chemoradiotherapy were only minimal.
Conclusion: Medical therapy in clinical nutrition for HNC patients with cachexia on radiotherapy or chemoradiotherapy can increase nutrition intake and minimalized further malnutrition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55637
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Sulastri
"Kanker merupakan salah satu masalah perkotaan yang mengakibatkan kematian pada anak. Kaheksia sering terjadi pada anak dengan kanker yang mengakibatkan malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan malnutrisi akibat nefroblastoma. Masalah keperawatan yang ditegakkan meliputi ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas, dan risiko infeksi.
Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pemberian edukasi serta monitoring dan pemberian Formula 100 melalui pemberian enteral dalam meningkatkan status nutrisi yang dinilai melalui indikator lingkar lengan atas LILA. Saran dalam pemberian asuhan keperawatan adalah pengkajian status nutrisi pada anak dengan keganasan melalui pengukuran LILA yang tidak dipengaruhi oleh adanya massa tumor.

Cancer becomes one of the urban issues that can increase morbidity and mortality in children. cachexia is problems that can occur in children with cancer. This research aimed was to describe the implementation of nursing intervention in children with malnutrition. Nursing problem that enforced are ineffective breathing pattern, ineffective peripheral tissue perfusion, imbalanced nutrition less than body requirement, anxiety, and risk for infection.
Nursing intervention includes education, monitoring and administering Formula 100 enteral route administration in improving the nutritional status with mid upper arm circumference MUAC indicator. The recommendation of this research is the assessment of nutritional status in children with cancer tumor solid measurement of MUAC that not influence by tumor mass.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cipuk Muhaswitri
"Malnutrisi pada kanker nasofaring (KNF) disebabkan oleh peradangan, sel tumor dan efek kemoradioterapi. Malnutrisi dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup, fungsi fisik, dan kelangsungan hidup. Pemberian nutrisi pasien KNF yang menjalani radioterapi (RT) memperbaiki status gizi, kapasitas fungsional, dan prognosis keseluruhan. Pasien KNF dengan kaheksia, usia 29 - 67 tahun, tiga pria dan satu wanita yang menjalani kemoradioterapi. Diberikan nutrisi sesuai kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik. Pemantauan pasien di awal, hingga RT selesai, pada keluhan terkait terapi, analisis asupan, antropometri, komposisi tubuh, kapasitas fungsional, dan pemeriksaan CRP. Didapatkan penurunan asupan pada empat pasien saat RT, tetapi meningkat lagi pada tiga pasien setelah pemasangan NGT. Satu pasien dengan peningkatan berat badan (BB), sedangkan 3 pasien lainnya BB menurun 2,2-13% pasca RT. Tiga pasien dengan CRP meningkat pada awal RT, tetapi hanya 1 pasien dengan CRP kembali normal. Massa otot meningkat pada 3 pasien setelah RT. Tiga pasien mengalami perbaikan skor ECOG pasca RT, dan satu pasien dengan skor ECOG tetap stabil. Pemasangan NGT dapat mempertahankan asupan pasien. Terapi nutrisi memperbaiki penurunan BB, tetapi tidak terlihat kaitan dengan CRP, massa otot dan kapasitas fungsional karena faktor lain.

Malnutrition in nasopharyngeal carcinoma (NPC) is induced by inflammation, tumor cells and the effects of chemoradiotherapy. Malnutrition is associated with decrease in quality of life, physical function and survival. Nutritional therapy to NPC who underwent radiotherapy (RT) improves nutritional status, functional capacity, and prognosis. NPC cachexic patients, ages 29 - 67 years, three male and one female, all underwent chemoradiotherapy. Nutrition therapy start with planning of energy, macronutrient, micronutrient and specific nutrients needs. Patients monitoring start from the the beginning, until completed RT, related to therapy, intake analysis, anthropometry, body composition, functional capacity, and C-Reactive Protein (CRP) examination. Decrease intake in four patients during RT, but it increased in three patients after NGT insertion. One patient increase body weight (BW), while other 3 patients dropped BW 2.2-13% post-RT. Three patients increase in CRP at the start of RT, but only 1 CRP patient returned to normal. Muscle mass increased in 3 patients after RT. Three patients had improved ECOG scores after RT, and one patient with ECOG scores remained stable. Insertion of NGT can maintain patient intake. Nutritional therapy maintains BW, but does not appear to be related to CRP, muscle mass and functional capacity due to other factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huda
"Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Jenis kanker yang paling banyak ditemukan adalah kanker payudara dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Pada umumnya pasien yang datang dalam keadaan stadium lanjut. Terkait hal tersebut maka perawat, khususnya perawat spesialis mempunyai peranan yang penting dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien kanker payudara. Praktek residensi keperawatan medikal bedah menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori Peacefull End of Life yang berfokus pada lima konsep utama yaitu bebas dari rasa nyeri, rasa nyaman, harga diri, tenang dan kedekatan dengan orang yang bermakna. Edukasi dengan menggunakan audiotape dan booklet merupakan bukti mutakhir dalam menurunkan kecemasan dan peningkatan kemampuan dalam menangani efek samping kemoterapi pada pasien kanker payudara. Berkontribusi dalam pengembangan pengkajian cachexia merupakan suatu inovasi yang dilakukan. Hasil analisis pratek menunjukkan bahwa teori Peacefull End of Life cocok diterapkan pada asuhan keperawatan kanker. Edukasi dengan menggunakan audiotape dan booklet efektif menurunkan kecemasan dan meningkatan kemampuan pasien dalam menghadapi efek samping kemoterapi, format pengkajian cachexia yang dikembangkan cukup sensitif dan komunikatif dalam menilai status nutrisi pasien sehingga berdampak kepada peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien pada area keperawatan onkologi.

Cancer is a common health problem in the world, including in Indonesia. Breast cancer is the most common cancer and become a leading cause of death among Indonesian women. Most of them come to hospital at advanced stage. Therefore, the role of specialist nurse are very important in breast cancer treatment. Medical surgical nursing practice residency has aimed to provide comprehensive nursing care by using Peaceful end of life Theory approach. This theory has five major concept constituted not being pain, comfort, dignity and respect, being peace and closeness to significant other. Education using booklet and audiotapes is a recent evidence to decrease anxiety and increase on the number of self care behaviour used by breast cancer women to minimize side effect of chemotherapy. Actively contributed in developing cachexia assessment scale tool is a kind of innovative idea . As a result, Residence practice analysis showed that nursing care in oncology area can use Peaceful End of Life theory approach as a guideline, Education using booklet and audiotape is a kind of effective way for managing side effect in breast cancer women who receiving chemotherapy, cachexia assessment scale tool is is an effective and communicative tool in assessing nutrition problem for cancer patient which has effect for high quality nursing care in oncology area. So, the final aimed to increase patient quality of life will be achieved."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Graciela
"Latar Belakang: Tumor sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas di seluruh dunia yang menyebabkan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Tumor SSP menyebabkan defisit neurologis dan berisiko terjadinya kaheksia. Kaheksia dihubungkan dengan penurunan respons pengobatan dan penurunan kesintasan. Peradangan sistemik merupakan ciri khas kaheksia. Rasio neutrofil limfosit (RNL) merupakan penanda inflamasi sistemik yang mudah dan rutin diperiksa dengan harga yang tidak mahal. Belum diketahui hubungan antara RNL dengan kejadian kaheksia pada tumor SSP.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada subjek berusia 18–65 tahun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang dirawat dengan diagnosis tumor SSP pada bulan November hingga Desember 2023. Nilai RNL diambil dari pemeriksaan darah perifer lengkap dan dilakukan penegakan diagnosis kaheksia berdasarkan kriteria Evans. Dilakukan analisis hubungan RNL dengan kejadian kaheksia.
Hasil: Terdapat 50 subjek dengan diagnosis tumor SSP. Median RNL adalah 4,13 (1,26; 23,22). Nilai RNL secara signifikan lebih tinggi pada kelompok subjek yang mengalami kaheksia (median RNL 7,19 (1,26; 23,22)) dibandingkan tanpa kaheksia (median RNL 3,10 (1,40; 8,48)) (p<0,001).
Simpulan: RNL berhubungan dengan kejadian kaheksia pada tumor SSP. Subjek yang mengalami kaheksia memiliki RNL yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak kaheksia.

Background: Central nervous system (CNS) tumors are one of the leading causes of morbidity worldwide, causing disability and decreased quality of life. Central nervous system tumors cause neurological deficits and are at risk of developing cachexia. Cachexia is associated with decreased treatment response and reduced survival. Systemic inflammation is the hallmark of cachexia. Neutrophil lymphocyte ratio (NLR) is a systemic inflammation that included in routine laboratory examination and inexpensive. The association between NLR and the incidence of cachexia in CNS tumors remain unknown.
Methods: This cross-sectional study was conducted on subjects aged 18–65 years old at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, who were admitted with CNS tumor diagnosis from November to December 2023. The NLR value was taken from the complete peripheral blood examination and the diagnosis of cachexia was based on Evans criteria. The relationship between NLR and the incidence of cachexia was analyzed.
Results: There were 50 subjects with CNS tumor diagnosis. The median NLR was 4,13 (1,26; 23,22). The mean NLR was significantly higher in the group of subjects with cachexia (median NLR 7,19 (1,26; 23,22)) than without cachexia (median NLR 3,10 (1,40; 8,48)) (p<0,001).
Conclusion: NLR is associated with the incidence of cachexia in CNS tumors. Subjects with cachexia had higher NLR compared to those withoit cachexia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Claresta Diella
"Pasien kanker laring memiliki risiko terjadinya malnutrisi hingga kaheksia yang disebabkan oleh lokasi tumor dan sitokin inflamasi. Angka kejadian kanker laring dengan malnutrisi meningkat pada geriatri. Laringektomi total merupakan salah satu tatalaksana kanker laring dengan komplikasi pasca operasi tersering berupa pharyngocutaneous fistula (PCF). Tatalaksana nutrisi yang adekuat (makronutrien dan mikronutrien) perlu diberikan dengan menyesuaikan toleransi dan kondisi klinis setiap pasien. Keempat pasien pada serial kasus merupakan pasien karsinoma sel skuamosa laring pasca laringektomi total. Semua jenis kelamin pasien adalah laki-laki. Dua dari empat pasien adalah geriatri. Faktor risiko terbanyak adalah merokok. Semua pasien memiliki status gizi malnutrisi sedang berdasarkan ASPEN dan tiga pasien dengan kaheksia kanker. Sarkopenia didapatkan pada satu pasien non geriatri dan satu pasien geriatri. Terapi medik gizi diberikan sesuai dengan kondisi klinis dan toleransi asupan melalui jalur enteral per NGT. Suplementasi mikronutrien dengan dosis penyembuhan luka diberikan pada semua pasien. Tiga pasien tanpa komplikasi mendapatkan suplementasi omega-3. Komplikasi PCF didapatkan pada satu pasien non geriatri dengan status gizi berat badan berlebih berdasarkan IMT, hipoalbuminemia, anemia, dan riwayat pemasangan NGT dan trakeostomi. Asupan energi dan protein pada pasien yang mengalami PCF tidak mencapai target. Pemberian makanan oral pada pasien yang tidak mengalami PCF dilakukan pada hari ke 7-12 pasca operasi. Pasien dengan PCF pulang dengan NGT. Keempat pasien pulang dengan keadaan klinis yang membaik. Skor indeks Barthel dan Karnofsky Performance Scale (KPS) mengalami perbaikan pada akhir masa perawatan. Kesimpulan yang didapatkan yaitu status gizi malnutrisi yang mendapatkan terapi nutrisi optimal akan mengurangi terjadinya komplikasi. Adanya komplikasi pasca operasi berperan dalam terjadinya PCF.

Patients with laryngeal cancer are at risk of malnutrition and cancer cachexia that is induced by tumor location and cytokine inflammatory. Incidence of malnutrition related to laryngeal cancer increases on geriatric patients. Total laryngectomy is one of the surgical procedures for laryngeal cancer with the most postoperative complications, such as pharyngocutaneous fistula (PCF). Adequate nutrition therapy (macronutrient and micronutrient) must be provided by adjusting to the clinical tolerance and condition of every patient. Patients in the case series are four patients with laryngeal squamous cell carcinoma after total laryngectomy. The gender of all patients is male. Two patients are geriatric patients. Smoking is the major risk factor in this case series. All patients were moderately malnourished based on ASPEN criteria, and three patients had cancer cachexia. Sarcopenia was identified in one non-geriatric patient and one geriatric patient. Medical nutrition therapy was provided through enteral NGT according to clinical condition and tolerance intake of the patient. Micronutrient supplementation with dose for wound healing was given to all patients. Three patients without complication received omega-3 supplementation. PCF complication was identified in one non-geriatric patient with overweight status based on BMI, hypoalbuminemia, anemia, and history of tracheostimy dan used NGT. Energy and protein intake did not reach target in this patient. All four patients were discharged with improved clinical condition. There are improved in Barthel index and Karnofsky Performance Scale (KPS). Conclusion of the case series is that adequate medical nutrition therapy provided in malnutrition patient can decrease the risk of complications after surgery. Complication after surgery with comorbid has a role in the development of PCF."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library