Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifa Rachma
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan khususnya pada remaja. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi asupan kalsium berdasarkan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, konsumsi soft drink, literasi gizi, pengetahuan mengenai kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, penghasilan orang tua/wali serta jenis kelamin. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan total sampel 142 siswa SMAN 34 Jakarta selama bulan April 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui SQ-FFQ. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 67.6% siswa memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata 808.1 454 mg. Analisis bivariat menunjukkan adanya perbedaan proporsi asupan kalsium yang signifikan berdasarkan konsumsi susu (p=0.000, OR=6.05), konsumsi soft drink (p=0.013, OR=0.18), dan literasi gizi kritikal (p=0.049, OR=3.05).

Calcium is one of nutrient that plays an important role in growth, especially in adolescents. This study aims to determine the differences of calcium intake based on milk consumption, breakfast, soft drink consumption, nutrition literacy, calcium-related knowledge, fathers eduaction, mothers education, parents income and gender. This research adapts cross-sectional design with a total of 142 students of SMAN 34 jakarta during April 2019. Data was collected using questionnaire and SQ-FFQ method to measure calcium intake. Data were analayzed by chi-square test. The results showed 67.6% of students had less calcium intake with an average of 808.1 454mg. Bivariate analysis showed that there was a significant difference of calcium intake based on milk consumption(p=0.000, OR=6.05), soft drinks consumption(p=0.013, OR=0.18), and critical nutrition literacy(p=0.049, OR=3.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Halim
"Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara masukan Ca, kadar ion Ca serum dengan tekanan darah primigravida dengan usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu dalam rangka poncegahan terjadinya Preeklampsia.
Tempat : Poliklinik Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FKUI Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.
Bahan dan Cara: Penelitian dilakukan pada wanita primigravida dengan usia kehamilan 24 minggu yang memenuhi kriteria. Mula-mula dikumpulkan data-data mengenai sosiodemografi dan pamoriksaan masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah, kemudian pada usia kehamilan 28 minggu diperiksa tekanan darah, usia kehamilan 32 minggu masukan Kalori, Protein, Ca dan tekanan darah, akhirnya pada usia kehamilan 36 minggu diperiksa masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah. Data karakteristik disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik t dan x2.
Hasil: Dari 86 subyek penelitian yang diteliti, rata-rata masukan Ca nya pada usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu lebih rendah dari AKO, masing-masing 63%,76% dan 63%, rata-rata kadar ion Ca serumnya pada usia kehamilan 24 dan 36 minggu, dalam batas normal, masing-masing 1,06 dan 1,05 mmol/l, 7 orang (8,1%) menderita Preeklampsia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara Preeklampsia dengan variabel yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status gizi, masukan Ca dan kadar ion Ca serum.
Kesimpulan: Masukan Ca dan kadar ion Ca serum tidak ada hubungan bermakna dengan terjadinya Preeklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Arlyando Hezron
"Latar Belakang. Densitas tulang yang rendah pada usia lanjut antara lain dipengaruhi oleh gangguan produksi dan metabolisme vitamin D, konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang kurang, indeks massa tubuh (IMT) yang rendah, merokok yang berlebihan dan asupan kaisium yang rendah. Asupan kalsium, indeks massa tubuh dan kapasitas fisik diketahui berpengaruh pada densitas massa tulang.Korelasi antara asupan kaisium, IMT dan kapasitas fisik dengan densitas massa tulang masih kontroversi dan di Indonesia masih belum banyak diteliti khususnya di Panti Werda.
Tujuan. Mengetahui korelasi asupan kalsium, IMT, kapasitas fisik dengan densitas massa tulang lumbal dan femur wanita usia lanjut serta gambaran densitas massa tulang lumbal dan femur, jumlah asupan kalsium, gambaran IMT,dan kapasitas fisik wanita usia lanjut di Panti Werda.
Metodalogi. Studi potong lintang dilakukan pada wanita usia lanjut (?60 tahun) di Panti Werda. Subyek penelitian didapat dengan metode cluster random sampling dan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusinya adalah berusia 60 tahun atau lebih, jenis keiamin perempuan, masih dapat mandiri (ADL Barthel >16), dan bersedia ikut daiam penelitian. Dilakukan uji korelasi Pearson dengan aiternatif uji korelasi Spearman jika sebaran data tidak normal untuk mengetahui korelasi antara asupan kalsium, IMT dan kapasitas fisik dengan densitas massa tulang lumbal dan femur.
Hasil. Selama periode Maret-Mei 2005 dilakukan penelitian terhadap 51 wanita usia lanjut di 2 Panti Werda Jakarta dan Bekasi. Median usia 70,5 (7,5) tahun, median asupan kalsium 283 gram/hari, IMT 22,28 (4,2) kg/m2 dan kapasitas fisik sebesar 4,8(1,6) Metz. Sedangkan rerata densitas tulang lumbal 0,842(0,I64) gramlcm2 dan densitas tulang femur 0,652(0,097) grarnlcm2. Didapatkan korelasi bermakna antara IMT dengan densitas massa tulang lumbal dan femur (r = 0,677 ; p = 0,000 dan r = 0, 508 ; p = 0,000), dan tidak didapatkan korelasi antara asupan kalsium dengan densitas massa tulang lumbal dan femur (r = 0,146 ; p = 0,308 dan r = 0,096 ; p = 0,501) dan kapasitas fisik dengan densitas massa tulang lumbal dan femur (r=0,016; p=0,913 dan r=0,143 dan nilai p=0,318).
Kesimpulan. Didapatkan korelasi antara IMT dengan densitas massa tulang lumbal dan femur sedangkan korelasi antara asupan kalsium dan kapasitas fisik dengan densitas tulang lumbal dan femur wanita usia lanjut di Panti Werda belum dapat dibuktikan. Prevalensi densitas tulang lumbal dan femur wanita usia lanjut di panti werda Jakarta dan Bekasi berkurang sebesar 100% dan 99,8%., asupan kalsiumnya rendah, indeks massa tubuh normal dan kapasitas fisik tingkat menengah.

Backgrounds
Low bone density in elderly may be caused by decreased production and metabolic dysfunction of vitamin D metabolism, alcohol consumption, decreased physical activity, low BMI, excessive smoking, and low calcium intake. Calcium intake, BMI and physical capacity had already been known to have influence on BMD. The correlation between calcium intake, BMI and physical capacity with BMD is still controversial and there is not much data in Indonesia regarding of it especially in elderly population.
Objective
To investigate the correlation between calcium intakes, body mass index and physical capacity with lumbar and femoral bone mass density of elderly women in nursing homes.
Methods
A cross sectional study was conducted in elderly women in nursing homes. Subjects were obtained by cluster random sampling method and fulfilled inclusion criteria Inclusion criteria were age more than 60 years old, female, and Barthel index >16. We have done Pearson correlation test with Spearman test as alternative if data distribution was not normal.
Result
A cross sectional study was conducted on 51 elderly women in 2 nursing homes in Bekasi between March and May 2005. Median age was 70.5 years, median calcium intake 283 gram/day, BMI 22.28 ± 42 kg/m2 and physical capacity 4.8 ± 1,6 metz. Mean of lumbar BMD was 0.842 ± 0.164 gram/cm2 and mean femoral BMD was 0.652 ± 0.097 gram/cm2. We found significant correlation between BMI and lumbar and femoral BMD (r).677;p).000 and r =508; p=0.000) and there was no correlation between calcium intake and lumbar and femoral BMD (rO.146;p-0.000 and r=0.096;p=0.50 l ). There were no correlation found between physical capacity and lumbar and femoral BMD (r).016;p 0.913 and r-0.143 and p O.318).
Conclusion
This study showed correlation between BMI and lumbar and femoral BMD. We found no correlation between calcium intake and physical capacity with femoral and lumbar BMD in elderly women in nursing homes in Jakarta and Bekasi. Prevalensi of lumbar BMD and femoral BMD of elderly women in nursing homes in Jakarta was decreased (100% and 99,8%).Calcium intake was low, BMI was normal and physical capacity was moderate level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Sendy Zulhita
"ABSTRACT
Asupan kalsium pada remaja berperan penting untuk memaksimalkan pertumbuhan massa tulang (peak bone mass). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi), pola makan (frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya dan frekuensi konsumsi soft drink), aktivitas fisik dan sosial ekonomi ( uang saku, pendidikan ayah, pendidikan ibu) dengan asupan kalsium pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 160 siswa-siswi kelas 8 dan data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 97,5% siswa mempunyai asupan kalsium kurang dan rata-rata asupan kalsium siswa adalah 364,83mg± 296,6 atau 30,4% dari AKG 2013. Aktivitas fisik dan pendidikan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan asupan kalsium. Disarankan untuk pihak sekolah dan Pemerintah Kota Depok melalui instansi terkait memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium dan gizi seimbang serta mempromosikan untuk minum susu 2 kali setiap hari.

ABSTRACT
Calcium intake of adolescent has important roles in maximizing the growth of peak bone mass. Thus, this research aimed to determine the relation between the characteristics of individual factors (gender and nutrition knowledge), diet (frequency of milk consumption, frequency of consumption of other sources of calcium, and frequency of consumption of soft drinks), physical activity and socio-economic (pocket money, father's education, mother's education) with calcium intake of students in SMP Negeri 1 Depok (State Junior High School 1 of Depok City). This research used a cross-sectional design with a total sample of 160 students from class 8 and the data were analyzed by chi-square test. The results showed 97.5% of students had less calcium intake and the average calcium intake of students was 364,83mg± 296,6. Physical activity and father's education have significant association with calcium intake. Thus, it is recommended for the school and Depok City Government through relevant city agencies to provide education about the importance of calcium intake and balanced nutrition and promoted to drink milk two times in everyday.
"
2014
S55567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnawati Hustina Rachman
"ABSTRAK
Overweight and obesity is prevalent in both developed and developing countries in the past few years. Yet studies on the role of micronutrients, such as calcium, towards overweight and obesity is limited among children in developing countries. This study investigated the association between dietary calcium intake with the risks of overweight and obesity among preschool children aged 3 to 6 years. A case control study with 81 matching pairs by age, sex and school was conducted in 23 randomly selected preschools in East Jakarta. Cases (n=81) were overweight or obese children, whereas controls (n=81) were normal children. The total dietary calcium intake among the cases and controls was 1285 mg and 1006 mg per day, respectively. Milk was the main contributor of calcium intake for both groups. After adjusted for high energy and protein intake, introduction to formula milk < 6 months, high restriction, overweight and obese mothers, preference of sweet snacks, duration of breastfeeding < 6 months, and high pressure to eat, the risks of calcium intake towards overweight and obesity were not significantly different between case and control (Adjusted OR, 95% CI = 1.537, 0.57-4.16). Calcium intake was not associated with the risk of overweight and obesity among Indonesian preschool children. However, this finding needs to be confirmed with another larger population to detect positive association in obese and overweight group

ABSTRAK
Kelebihan berat badan (KBB) dan obesitas di negara maju maupun di negara berkembang telah meningkat drastis dalam kurun waktu yang relatif singkat. Namun studi mengenai peran mikronutrien, seperti kalsium, terhadap KBB dan obesitas masih kurang , terutama pada subjek anak-anak di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan resiko KBB dan obesitas pada anak prasekolah usia 3 sampai 6 tahun di Jakarta. Desain kasus kontrol dengan matching untuk usia, jenis kelamin, dan sekolah dilakukan di 23 sekolah taman kanak-kanak yang dipilih secara acak. Sebanyak 81 pasang kasus kontrol dianalis. Kasus merupakan (n=81) anak dengan KBB dan obesitas, sedangkan kontrol merupakan anak normal. Total asupan kalsium pada kelompok kasus adalah 1285 mg dan 1006 mg per hari pada kontrol. Susu menyumbang asupan kalsium tertinggi untuk kedua kelompok. Setelah dikontrol dengan variabel perancu yakni, asupan energi dan protein, waktu memperkenalkan susu formula < 6 bulan, tinggi restriksi, ibu yang KBB dan obbesitas, preferensi terhadap makanan manis, durasi menyusui < 6 bulan, serta tinggi paksaan untuk makan, resiko asupan kalsium terhadap KBB dan obesitas tidak berbeda nyata dengan anak normal. Asupan kalsium tidak berhubungan dengan resiko KBB dan obesitas pada anak pra sekolah di Indonesia. Namun, penemuan ini perlu dikonfirmasi pada populasi yang lebih besar untuk mendeteksi asosiasi positif pada kelompok KBB dan obese."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftita Rakhma Ikrima
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan konsumsi softdrink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, uang saku, pendidikan ibu dan ayah serta konsumsi suplemen kalsium.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 161 siswa SMA Negeri 2 Kota Depok selama bulan April 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner umum, kuesioner pengetahuan, kuesioner aktivitas fisik, dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan 69,6% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 785,7 mg ± 295,82. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu, dan kebiasaan sarapan kepada siswanya.

Calcium is nutrient that has important roles in the growth. This research aimed to determine the differences of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, soft drink consumption, physical activity, sex, calcium knowledge, socio-economic (pocket money, mother and father's education), and calcium suplement consumption.
This research used cross sectional design with a total sample of 161 students of Senoir High School 2 Depok during April 2015. Data collection was conducted using general questionairre, PAQ-A, and calcium intake was measured by 2x24 hours food recall. The data was analyzed using Chi Square test.
The results showed that 69,6% of the students had calcium intake below 960 mg/day and the average calcium intake of students was 785,7 mg ± 295,82. Bivariate analyzes showed that there was significant diffference of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, and sex. Thus, it is recommended for the school to provide education about the important of calcium intake, milk consumption, and breakfast habit to the students to prevent calcium deficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Kamilah
"Asupan kalsium merupakan hal yang krusial pada remaja seiring terjadinya percepatan pertumbuhan dan pembetukkan tulang yang intensif. Namun asupan kalsium pada remaja masih kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Padahal asupan kalsium yang tidak adekuat dapat berdampak pada peak bone mass yang tidak optimal sehingga dapat berakibat pada penurunan massa tulang (osteopenia) yang berujung pada osteoporosis maupun patah tulang di usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja SMA Negeri Kota Depok tahun 2024 serta hubungannya dengan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi soft drink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 209 remaja dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui wawancara food recall 2x2 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72,2% remaja memiliki asupan kalsium yang kurang dari kebutuhan (<80% AKG) dengan rata-rata 654,1±354,4 mg. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu (p <0,001 OR 19,36), kebiasaan sarapan (p <0,001 OR 4,59), kebiasaan konsumsi soft drink (p = 0,023 OR 2,37), jenis kelamin (p = 0,040 OR 1,89), pengetahuan tentang kalsium (p = 0,003 OR 5,53), dan aktivitas fisik (p = 0,013 OR 2,27) dengan asupan kalsium. Remaja perlu meningkatkan konsumsi susu, membiasakan sarapan pagi, serta mengurangi konsumsi soft drink. Peningkatan aktivitas fisik diiringi dengan asupan kalsium yang adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai peak bone mass yang optimal.

Calcium is one of the most essential nutrient especially in adolescents due to growth spurt period and intensive bone development. However most adolescents fail to achieve the recommended calcium intake. Inadequate calcium intake can contribute to low peak bone mass and increasing the risk of osteopenia, which can lead to osteoporosis and fragility fracture later in life. This study aims to describe calcium intake among public high school adolescents in Depok City in 2024 and its relationship with milk consumption, breakfast habits, soft drink consumption, physical activity, gender, knowledge about calcium, father's education, mother's education, and parental income. Study design is cross-sectional with a total of 209 sample during March-May 2024. Data was collected through questionnaire and calcium intake was measured by 2x24-hour food recall. Data were analyzed by chi-square test. The results showed that 72.2% of adolescents had calcium intake less than their requirements (<80% RDA) with an average of 654.1±354.4 mg. Bivariate analysis results showed significant relationships between milk consumption (p <0.001, OR 19.36), breakfast habits (p <0.001, OR 4.59), soft drink consumption (p = 0.023, OR 2.37), gender (p = 0.040, OR 1.89), calcium knowledge (p = 0.003, OR 5.53), and physical activity (p = 0.013, OR 2.27) with calcium intake. Adolescents need to increase milk consumption, adopt breakfast habit, and reduce soft drink consumption. Physical activity and adequate calcium intake are important to reach the optimum peak bone mass (PBM)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ika Wardhani
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab kematian utama dengan prevalensi di Indonesia 7,2%. Penelitian observasional memperlihatkan asupan kalsium yang rendah berkorelasi dengan peningkatan beberapa faktor risiko dan kejadian PJK, namun di lain pihak, didapatkan hubungan suplemen kalsium dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan derajat stenosis berdasarkan skor Gensini. Metode penelitian adalah studi potong lintang pada 49 pasien PJK laki-laki berusia 19 sampai 65 tahun yang pertama kali angiografi koroner di Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM pada Juli sampai dengan November 2014. Asupan kalsium berdasarkan kuesioner FFQ dan kalsium dan albumin serum diperiksa sesaat sebelum dilakukan tindakan. Derajat stenosis dinyatakan dengan skor Gensini. Pada penelitian didapatkan median asupan kalsium 301,6 (93–1404) mg/hari dan tidak berkorelasi (r=0,13, p=0,37) dengan kadar kalsium terkoreksi (rerata=8,8+0,4 mg/dL). Rerata skor Gensini didapatkan sebesar 95,18 + 57,78. Asupan kalsium tidak berkorelasi dengan skor Gensini (r=- 0,04, p=0,77). Penelitian ini menyimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara asupan kalsium dengan derajat stenosis pada pasien PJK laki-laki dewasa, dengan kecenderungan korelasi negatif.

ABSTRACT
Coronary artery disease (CAD) is the leading cause of death, with its prevalence in Indonesia 7.2%. Observational evidence suggested that calcium intake was inversely associated with either some risks or event of CAD, but some others found association between calcium supplements with increasing trend in cardiovascular morbidity and mortality. This study proposed to investigate the association between calcium intake and severity of coronary artery disease (CAD) assessed by Gensini score. This cross sectional study enrolled 49 male patients from 19 to 65 years old who underwent their first angiography at Holistic Cardiac Care Centre Unit of Ciptomangunkusumo Hospital Indonesia from July to November 2014. Subjects were assessed using food frequency questionnaires to explore their historical intake of main food sources of calcium. Calcium and albumin level were performed immediately before angiography. Severity of CAD was assessed by Gensini Score. Association between calcium intake and Gensini Score were analyzed. From the study we found median calcium intake was 301,6 (93 – 1404) mg/day and did not have correlation (r=0,13, p=0,37) with corrected serum calcium (means=8,8+0,4 mg/dL). We found means of Gensini score was 95,18 + 57,78. We didn’t find any correlation between calcium intake with Gensini score (r=-0,04, p=0,77). We conclude that there was no correlation between calcium intake and severity of CAD, especially in male patients with CAD with negative tendency."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Winarsa
"Banyak penelitian di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa nilai asupan kalsium dan vitamin D ibu hamil masih jauh di bawah nilai rekomendasi. Padahal, kalsium memiliki peranan penting dalam proses pembentukan tulang janin selama kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium darah ibu hamil pada trimester I dan hubungannya dengan asupan kalsium dan vitamin D.
Studi potong lintang dipilih terhadap 120 subjek data sekunder ibu hamil trimester pertama di RSIA Bunda dan RSIA Budi Kemuliaan tahun 2013-2014. Data asupan kalsium dan vitamin D diperoleh dengan bantuan food frequency questionnaire FFQ. Sementara itu, data kadar kalsium darah diperoleh dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium standar. Pengolahan data secara deskriptif dan analitik dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki nilai tengah usia 28 19-35 tahun, berpendidikan tinggi 53,5, memiliki pekerjaan 58,3, dan memiliki pendapatan tinggi 86,7. Nilai tengah asupan kalsium, asupan vitamin D, dan kadar kalsium darah ibu hamil berturut-turut adalah 418,9 20,5-1820,6 mg/hari, 1,9 0,0-6,9 mcg/hari, dan 8,9 8,1-10,1 mg/dL.
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak ada korelasi bermakna baik antara asupan kalsium dengan kadar kalsium darah ibu hamil r=0,114; p=0,215, maupun antara asupan vitamin D dengan kadar kalsium darah ibu hamil r=0,103; p=0,265.

Many studies show that maternal calcium and vitamin D intake are still below the recommendation value. Whereas, calcium has important role in skeletal formation during pregnancy. This study was held to know maternal blood calcium level among the first trimester and its relation with calcium and vitamin D intake.
Cross sectional study was chosen to examine 120 data subjects from secondary data of 1st trimester pregnant women in RSIA Bunda and RSIA Budi Kemuliaan year 2013 2014. Data of calcium and vitamin D intake was collected using food frequency questionnaire FFQ. Besides, data of blood calcium level was analyzed by standard laboratory equipment. SPSS for windows version 20 was used to analyze the data descriptively and analytically.
The results show that pregnant women have median of age 28 19 35 years, high educated 53.5, worker 58.3, and having high income 86.7. The median value of calcium intake, vitamin D intake, and blood calcium level are 418.9 20.5 182.6 mg day, 1.9 0.0 6.9 mcg day, and 8.9 8.1 10.1 mg dL respectively.
The result of Spearman correlation test shows unsignificant correlation between calcium intake and bloood calcium level r 0.114 p 0.215, as well as between vitamin D intake and blood calcium level r 0.103 p 0.265.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library