Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aurellio Priandhika Ekavyandhi
"Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya mineralnya, salah satunya adalah titanium. Titanium dapat diekstrasi dari ilemenite, namun perlu dilakukan proses upgrading terlebih dahulu untuk meningkatkan jumlah titanium yang dapat diesktraksi. Proses upgrading dapat dilakukan dengan proses reduksi karbotermik yang menggunakan reduktor biomassa arang cangkang kelapa sawit sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan reduktor grafit yang biasa digunakan. Penelitian ini akan membandingkan penggunaan reduktor biomassa dan grafit pada proses reduksi karbotermik ilmenit untuk melihat hasil biomassa sebagai alternatif. Penelitian dilakukan dengan membandingkan penggunaan reduktor biomassa pada suhu 1000°C, 1100°C, dan 1200°C dengan waktu tahan 0,5 jam sampai 3 jam dan penggunaan reduktor grafit pada suhu 1000°C dengan waktuh tahan 0,5 jam sampai 3 jam dan 1200°C 3 jam. Penggunaan biomassa pada 1000°C menunjukan intensitas besi metalik yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan grafit. Dengan semakin lamanya waktu tahan dan semakin tinggi suhu reduksi, recovery besi metalik juga akan semakin tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk proses upgrading ilmenit yang lebih ramah lingkungan.

Indonesia is a country that is famous for its rich mineral resources, one of which is titanium. Titanium can be extracted from ilemenite, but an upgrading process is needed to increase the amount of titanium that can be extracted. The upgrading process can be carried out by a carbothermic reduction process that uses palm kernel shell as a reducing agent that is more environmentally friendly than the commonly used graphite reductant. This study will compare the use of biomass and graphite as a reducing agents in the ilmenit carbothermic reduction process to see the result of biomass as an alternative. The study was conducted by comparing the use of a biomass reducing agent at temperatures of 1000°C, 1100°C, and 1200°C with a holding time of 0.5 hours to 3 hours and the use of graphite reductant at a temperature of 1000°C with a holding time of 0.5 hours to 3 hours. and 1200°C 3 hours. The use of biomass at 1000°C showed a higher intensity of metallic iron than the use of graphite. With the longer holding time and the higher the reduction temperature, the metallic iron recovery will also be higher. This research is expected to be a solution for more environmenrt friendly upgrading process of ilmenit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rahmadhanti
"Cangkang kelapa sawit merupakan limbah hasil sektor pertanian yang memiliki potensi produksi yang tinggi namun belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai pengganti agregat kasar pada beton telah banyak dilakukan. Dengan berat isi yang cukup ringan, cangkang kelapa sawit dapat menghasilkan beton ringan dengan berat jenis ±1900 kg/m3. Portland Composite Cemen (PCC) merupakan semen umum yang digunakan dipasaran. Semen ini memiliki butiran yang lebih halus sehingga menghasilkan panas hidrasi yang lebih rendah. Pada penelitian ini akan dilakukan studi eksperimen pada balok yang menggunakan cangkang kelapa sawit dari berbagai campuran jenis dan semen PCC sebagai pengikatnya. Pengujian yang dilakukan adalah uji kerakteristik beton (uji kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, permeabilitas, dan susut) serta pengujian pembebanan terhadap balok berukuran 300 x 15 x 25 cm3 menggunakan four-point loading serta pengamatan dengan metode Digital Image Correlation (DIC). Analisis yang dilakukan meliputi respon struktur balok akibat pembebanan, pola retak yang dihasilkan, serta bukaan retak yang terjadi selama proses pembebanan dilakukan. Hasil eksperimen menunjukkan karakteristik beton yang kurang memuaskan dimana hanya diperoleh kuat tekan sebesar 12,41 MPa. Balok beton bertulang cangkang kelapa sawit pada penelitian ini mampu menerima beban hingga 7000 kg. Pola retak yang terbentuk sudah sesuai dengan pembebanan yang dilakukan dan evolusi dari pembukaan retak yang diamati dapat terlihat dengan baik menggunakan metode DIC. Bukaan retak yang dihasilkan berkisar antara 100-300 μm. Meskipun menghasilkan respon struktur yang cukup baik, balok beton bertulang cangkang kelapa sawit tidak dapat dijadikan sebagai komponen struktural karena kecilnya kuat tekan yang dihasilkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai pengganti agregat kasar dalam campuran beton untuk komponen non-struktural.

Oil palm shells are agricultural waste with high production potential that has not been fully utilized in Indonesia. The use of oil palm shells as a replacement for coarse aggregates in concrete has been widely explored. With its relatively low density, oil palm shells can produce lightweight concrete with a density of approximately 1900 kg/m3. Portland Composite Cement (PCC) is a commonly used cement in the market. It has finer particles, resulting in lower hydration heat. This study aims to conduct experimental studies on beams using oil palm shells in various mixtures and PCC as the binder. The testing includes characterization of the concrete (compressive strength, splitting tensile strength, flexural strength, permeability, and shrinkage), as well as load testing on 300 x 15 x 25 cm3 beams using four-point loading and observation using Digital Image Correlation (DIC) method. The analysis includes studying the structural response of the beams under loading, crack patterns, and crack opening during the loading process. The experimental results indicate unsatisfactory characteristics of the concrete, as only a compressive strength of 12.41 MPa was obtained. The reinforced concrete beams with oil palm shells in this study can sustain loads up to 7000 kg. The crack patterns formed are consistent with the applied loading, and the evolution of crack opening can be well observed using the DIC method. The crack openings range from 100 to 300 μm. Although the beams exhibit satisfactory structural response, they cannot be used as structural components due to their low compressive strength. Further research is needed regarding the use of palm kernel shells as a substitute for coarse aggregate in concrete mixtures for non-structural components."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jihadilan Aliansyah Putra
"Controlled Atmosphere Storage memiliki CO2 Scrubber yang dapat dikembangkan melalui pengembangan adsorben karbon aktif. Produksi karbon aktif dapat dibuat dengan bahan baku biomassa, salah satunya ialah cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan karbohidrat struktural lignin (53,85%), hemiselulosa (26,16%), dan selulosa (6,92%). Produksi karbon aktif berbahan baku cangkang kelapa sawit melalu mekanisme preparasi bahan baku. Langkah pertama adalah aktivasi kimia dengan merendamkan cangkang kelapa sawit dalam larutan KOH selama 24 jam dan dilanjutkan dengan karbonisasi pada suhu 350oC. Lalu aktivasi kimia kedua dengan variasi rasio KOH : karbon aktif 2:1 dan 4:1 sebelum diaktivasi scara fisika menggunakan gas N2 dengan laju alir 150 ml/menit selama 60 menit pada suhu 800 ᵒC. Hasil karbon aktif terbaik didapat pada rasio 2:1 dengan Bilangan Iod, Luas Permukaan, dan yield berturut-turut 1216,28 mg/g; 1209,78 m2/g; dan 39,01%. Modifikasi karbon aktif yang bertujuan meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2 dilakukan dengan perendaman dalam larutan logam NiO dengan variasi loading 0,5%, 1%, dan 2%. Hasil adsorpsi gas CO2 dengan gas analyzer terbaik didapat pada variasi loading 2% dengan presentase adsorpsi sebesar 19,1%.

Controlled Atmosphere Storage has a CO2 Scrubber that can be improved through the development of activated carbon adsorbents. The production of activated carbon can be made with biomass raw materials, one of which is a palm kernel shell which has structural carbohydrate content of lignin (53.85%), hemicellulose (26.16%), and cellulose (6.92%). Production of activated carbon made from palm kernel shells is through the mechanism of preparation of raw materials. The first step is chemical activation by immersing the palm kernel shell in a KOH solution for 24 hours and followed by carbonization at 350 °C. Then the second chemical activation with a variation of the ratio of KOH: activated carbon 2:1 and 4:1 before being physically activated using N2 gas with a flow rate of 150 ml /min for 60 minutes at a temperature of 800 °C. The best activated carbon yield was obtained at a ratio of 2:1 with Iodic Number, Surface Area, and yield respectively 1216.28 mg/g; 1209.78 m2/g; and 39.01%. Modification of activated carbon which aims to increase the ability of CO2 adsorption is done by immersion in a NiO metal solution with loading variations of 0.5%, 1%, and 2%. The best result of CO2 gas adsorption with gas analyzer were obtained at a loading variation of 2% with an adsorption percentage of 19.1%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanuddin As-Siraj
"Terak feronikel merupakan limbah hasil proses produksi feronikel. Kandungan dari terak feronikel terdiri dari logam berat yang berbahaya bagi lingkungan sehingga dikategorikan sebagai limbah B3. Karena terak feronikel masih mengandung logam berat, maka terak feronikel masih dapat dimanfaatkan dengan cara daur ulang dengan melakukan proses reduksi ulang. Proses reduksi umumnya dilakukan dengan menggunakan reduktor batu bara. Namun, pada penelitian kali ini menggunakan reduktor cangkang kelapa sawit sebagai alternatif pengganti batu bara. Reduktor cangkang kelapa sawit dipilih karena ketersediannya di Indonesia memadai, mengingat Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di Dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh reduktor cangkang kelapa sawit dan konsentrasinya (wt.%) terhadap proses reduksi terak feronikel. Sampel awal merupakan terak feronikel yang telah dilakukan proses roasting dengan penambahan 20 wt.% aditif natrium karbonat (Na2CO3). Sampel tersebut kemudian dicampurkan dengan reduktor batu bara atau cangkang kelapa sawit dengan perbandingan (sampel : reduktor) yaitu 15:85, 20:80, dan 25:75. Sampel yang telah dicampur kemudian dilakukan kompaksi menggunakan mesin kompaksi. Lalu dilakukan proses reduksi menggunakan tube furnace pada temperatur 1100°C selama 60 menit dengan laju pemanasan 10°C/menit. Produk hasil reduksi kemudian dilakukan pengujian SEM-EDS dan XRD untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil karakterisasi, didapatkan bahwa proses reduksi menggunakan reduktor batu bara dan cangkang kelapa sawit menghasilkan produk berupa logam besi, magnetit, hematit, dan natrium silikat. Pada penelitian ini, penggunaan reduktor cangkang kelapa sawit menghasilkan hasil reduksi yang lebih baik daripada reduktor batu bara. Konsentrasi reduktor optimum adalah dengan penambahan 15 wt.% reduktor.

Ferronickel slag is a waste that produced by ferronickel production process. Ferronickel slag consists of heavy metals which are harmful to the environment, so its categorized as B3 waste. Because ferronickel slag still contains heavy metals, ferronickel slag can still be utilized by recycling with reduction process. Reduction process usually use coal as reducing agents. However, this study will use palm kernel shell as an alternative reducing agents to substitute coal. Palm kernel shell was chosen as an alternative reducing agents because of their availability in Indonesia, because Indonesia is the worlds largest palm oil producer. The purpose of this study is to determine the effect of palm kernel shell as reducing agents and its concentration (wt.%) to the ferronickel slag reduction process. The initial sample is ferronickel slag which had been roasted by adding 20 wt.% sodium carbonate Na2CO3 as an additive. The roasted product is then mixed with coal or palm kernel shell reductant by ratio (sample : reductant), which are 15:85, 20:80, and 25:75. Samples that have been mixed are then compacted using compacting machine. Then the reduction process is carried out using a tube furnace at a temperature of 1100°C for 60 minutes with a heating rate of 10°C/minute. The reduced product is then characterized by SEM EDS and XRD for further analysis. Based on the results of the characterization, it was found that the reduction process using coal and palm kernel shell produces products in the form of iron metal, magnetite, hematite, and sodium silicate. In this research, the use of palm kernel shell reducing agents results is better than coal. The optimum reducing agents concentration is by adding 15 wt.% reducing agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwipuji Rahayu
"Bijih nikel laterit merupakan salah satu sumber mineral terbesar yang terdapat di Indonesia. Bijih ini memiliki potensial yang sangat besar untuk dilakukan proses pengolahan dan pemurnian, namun membutuhkan energi yang tinggi dalam pemisahan mineral ataupun mineral ikutan, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan tahap pra-reduksi yaitu proses reduksi karbotermik. Proses reduksi karbotermik banyak digunakan untuk bijih nikel tipe saprolit, dimana proses tersebut membutuhkan reduktor untuk mereduksi bijih nikel laterit menjadi logam nikel murni.
Reduktor yang umum digunakan adalah batu bara dan kokas. Namun, pada penelitian ini dilakukan pengembangan proses reduksi karbotermik bijih nikel laterit tipe saprolit menggunakan reduktor biomassa, yaitu cangkang kelapa sawit. Dalam penelitian, digunakan bijih nikel laterit dari Halmahera Timur dan cangkang kelapa sawit dari limbah perkebunan kelapa sawit di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Bijih nikel laterit direduksi ukurannya hingga menjadi partikel serbuk 270.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap hasil reduksi karbotermik bijih nikel laterit, dengan temperatur dan rasio massa dibuat konstan. Variasi waktu reduksi yang diuji dalam penelitian ini adalah 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Seluruh sampel diuji pada temperatur 800oC dan rasio massa 1:4 bijih nikel laterit:cangkang kelapa sawit yang dimasukkan ke suatu krusibel dan reduksi karbotermik dilakukan di dalam melting furnace.
Hasil XRD menyatakan bahwa peak yang terbentuk sudah dapat mereduksi hematite atau magnetite menjadi wustite pada waktu reduksi 1 jam. Hasil XRF menunjukkan bahwa pada waktu reduksi selama 1 jam merupakan waktu optimum karena kandungan unsur Nikel dan Nikel Oksida NiO didapatkan paling tinggi diantara variasi waktu lainnya.

Lateritic nickel ore is one of the biggest mineral source in Indonesia. There is large potential to acquire high concentration of nickel by processing and refining the ore, but because there is high energy use for mineral separation or gangue minerals processing, the cost will be high. Therefore, to resolve that problems, the pre reduction stage called carbothermic reduction process is carried out. Carbothermic reduction process usually used for saprolite which needs a reductor for the reduction reaction of lateritic nickel ore to produce pure nickel.
Common reductor used are coal and cokes. In this study, development on carbothermic reduction of saprolite type of lateritic nickel ore using biomass reductor palm kernel shell is conducted. The lateritic nickel ore used are obtained from Halmahera Timur and the palm kernel shells are obtained from the waste of palm oil plantation at Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Size of the ore are reduced to powder particle with 270 size.
The purpose of this study is to find out the effect of reduction time variation on carbothermic reduction result of lateritic nickel ore with constant temperature and mass ratio value. Reduction time variation used in this study are 1, 2, 3, and 4 hours. All samples are tested at 800oC with mass ratio of 1 4 lateritic nickel ore palm kernel shell which are put into a crucible and then the carbothermic reduction process done in an melting furnace.
Peak formed on XRD results show that the process can reduce hematite or magnetit to wustite within one hour. XRF results show that reduction time of one hour is the optimum time because nickel and nickel oxide NiO content are highest compared to other time variation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Nabila Putri
"Recovery hidrogen dari off gas unit hydrocracking dengan teknlogi adsorpsi dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi proses pada kilang. Penelitian ini bertujuan untuk membuat karbon aktif dari cangkang kelapa sawit teraktivasi H3PO4 untuk digunakan sebagai adsorben. Karbon aktif yang dihasilkan mempunyai karakteristik luas permukaan BET 414,92 m2/g dan bilangan iodin 716 mg/g. Uji adsorpsi dilakukan pada gas methana dan hidrogen murni pada 20°C serta campuran CH4/H2 pada keadaan isotermal 10 - 30°C dengan tekanan 1 - 6 bar.
Pengukuran menggunakan teknik volumetrik. Uji adsorpsi menunjukkan bahwa gas CH4 murni paling banyak teradsorpsi diikuti campuran CH4 1,5 /H2 dan H2 murni. Pada adsorpsi isotermal CH4 8,5 /H2, gas teradsorpsi meningkat dengan peningkatan tekanan dan suhu yang lebih rendah dengan total mol adsorpsi tertinggi sebesar 0,225 mmol/g KA. Berdasarkan analisis GC-TCD, kandungan CH4 hingga 8,5 pada campuran seluruhnya teradsorpsi. Data hasil uji adsorpsi direpresentasikan dengan baik oleh model adsorpsi isotermal Langmuir.

Hydrogen recovery from off gas of hydrocracking unit by adsorption could be applied to increase the efficiency process of refinery unit. The objective of this study is to obtain palm shell based activated carbon that is activated by H3PO4 to be used as adsorbent. Produced activated carbon have BET surface area characteristic of 414,91 m2 g and iodine number of 716 mg g. Adsorption test is done for pure methane, and pure hydrogen at 20°C and CH4 H2 gas mixture at 10 ndash 30°C isothermal condition with pressure 1 ndash 6 bar.
Measurement were made using volumetric technique. The result of adsorption test shows adsorption of pure CH4 was highest followed by mixture gas of CH4 1,5 H2 with then pure H2. The adsorption of CH4 8,5 H2 is increasing at higher pressure and lower temperature with highest mol adsorption of 0,225 mmol g AC. Based on GC TCD analysis, methane composition up to 8,5 in gas mixture is all adsorbed to activated carbon. The trend of isothermal adsorption also fits the Langmuir model of isothermal adsorption
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risty Hidayanti
"Indonesia memiliki cadangan bijih laterit yang kaya, namun cadangan laterit di Indonesia belum diolah secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena proses pemurnian laterit membutuhkan biaya yang besar, hal ini dipicu oleh banyaknya energi yang dibutuhkan serta kerumitan dalam proses pemisahan logam ikutan. Dibutuhkan tahap pra-reduksi agar dapat memaksimalkan proses pemurnian nikel. Salah satu metode pra-reduksi adalah dengan melakukan reduksi karbotermik.
Pada penelitian ini akan dilakukan studi pengaruh variasi temperatur terhadap hasil reduksi karbotermik bijih laterit menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai reduktor. Proses reduksi dilakukan dengan memanaskan bijih laterit dan cangkang kelapa sawit dengan perbandingan rasio massa 1:4 selama 60 menit di dalam melting furnace pada variasi temperatur 700oC, 800oC, 900oC dan 1000oC.
Hasil reduksi kemudian dilakukan pengujian XRF dan XRD. Berdasarkan perhitungan recovery, temperatur optimal untuk mereduksi bijih laterit dengan cangkang kelapa sawit adalah 800oC yang menghasilkan kadar NiO sebanyak 2,680.

Indonesia has rich deposit of nickel. However laterite potential in Indonesia has not been treated optimally. This happens because the refining process lateritic costly, it is triggered by the amount of energy required and the complexity of the separation process. It takes the stage of pre reduction to condition the ore to be more easily reduced and increase the metal content so that it can maximize the nickel refining process and minimizing energy usage. One method of pre reduction is to do carbothermic reduction.
This research will study the effect of temperature variation on the results of the carbothermic reduction of laterite ores using palm kernel shells as a reductant. The reduction process is done by heating the lateritic ore 270 mesh and palm kernel shells with a mass ratio of 1 4 for 60 minutes in the melting furnace at temperature variation of 700 C, 800 C, 900 C and 1000 C.
The result of the reduction then tested using XRF and XRD. Based on the calculation of recovery, the optimal temperature for reducing the laterite ore with palm kernel shells for 60 minutes is 800oC, which produce content of NiO as much as 2,680.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Feny Acelia
"Perkembangan teknologi beton terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatkan penggunaan material beton dalam dunia konstruksi di Inonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi dalam teknologi beton untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bahan-bahan penyusun beton. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah dalam industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan penyusun beton.
Penelitian ini membahas mengenai beton ringan dengan agregat kasar berupa cangkang kelapa sawit dengan penggunaan bahan tambah 5 fly ash dan variasi Superplasticizer sebesar 1 , 1.1 , 1.2 dan 1.3 . Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan, kuat lentur, modulus elastisitas, daya serap air, dan susut beton. Beton ringan cangkang kelapa sawit dengan kuat tekan dan kuat lentur terbesar terdapat pada variasi campuran 5 silica fume dan 1.1 Superplasticizer. Beton ringan cangkang kelapa sawit dengan modulus elastistas dan susut terbesar serta daya serap air terkecil terdapat pada beton dengan variasi campuran 5 silica fume dan 1 Superplasticizer.

The development of Indonesia 39 s infrastructure in many islands is significantly increase through the years. Based on this condition, the natural resource mining of concrete materials is over exploited and becoming rare slowly, so the demand of alternative materials become urgent. The Oil Palm Shell OPS can achieve environmentally sustainable structures, but to optimalize it as structural concrete, using additives is necessary.
This paper investigated the effects of Superplasticizer and fly ash proportion to lightweight concrete characteristics, which are compressive strength, flexure strength and also modulus of elasticity. The study did extra treatments for OPS to be coarse aggregates and used 4 types of mix proportions, from 1 , 1.1 , 1.2 , 1.3 of superplasticizer together with 5 fly ash. It was found that OPS lightweight concrete using this type of additives have compressive strength up to 21.58 MPa in 28 days, flexural strength up to 2.54 MPa, and modulus of elasticity up to 13274.64 MPa. This study shows that using 5 fly ash and 1.1 Superplasticizer effectively increasing concrete behaviour better. In general, OPS lighweight concrete with 5 fly ash and variation of superplasticizer are applicable and ready to being produced as green structural lightweight concrete alternative in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S70164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dini Sofyani
"Seiring dengan bertambahnya kebutuhan perumahan di Indonesia, bertambah pula kebutuhan beton sebagai material yang paling diminati untuk pembuatan rumah tinggal. Cangkang Kelapa Sawit Oil Palm Shell / OPS dapat menjadi pilihan sebagai pengganti agregat kasar untuk campuran beton. Penggunaan OPS tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan beton di Indonesia namun juga untuk mengurangi masalah pengolahan limbah OPS. Beton dengan campurang OPS sebagai agregat kasar sudah pernah diteliti sebelumnya dengan menghasilkan kuat tekan beton sebesar 20-23 MPa. Untuk itu kebutuhan untuk melanjutkan penelitian dalam skala yang lebih besar.
Penelitian ini menghasilkan respon mekanik dari balok beton ringan dengan OPS dengan menggunakan metode 2 point pembebanan. Pada penelitian ini akan diuji dua buah sampel balok dengan ukuran 15x25x300 cm. ukuran ini dianggap mewakili dimensi umum yang dipakai untuk rumah sederhana di Indonesia. Respon mekanik terhadap lentur murni akan disajikan sebagai hasil dari pengujian ini. Penelitian ini akan lebih difokuskan pada are dimana diprediksi akan terjadi lentur murni. Selainn itu juga dkan dilihat tentang bukaan retak yang terjadi.

Along with the increasing demand for habitation in Indonesia, the need for concrete as the most favourable housing material is escalating. Oil Palm Shell OPS as coarse aggregate material can be one of the alternatives materials in concrete mix proportions. This possible choice of material not only can fulfil the materials needs, but also capable of reducing the problem of OPS waste in Indonesia. As OPS concrete compressive strength in the previous studies in laboratory is in the range of 20 23 MPa, studies on larger element of structure becomes interesting.
This research presents flexure behaviour of lightweight concrete beams using OPS replacing natural coarse aggregates under four point loading application. In this study, a campaign of tests was conducted on three samples of identical beam with 15 25 300 cm3 of size. This size is representing typical dimension of beam used on two storey houses in Indonesia. Mechanical response due to bending that occurs in OPS lightweight concrete beam is presented. Observation on the beam is emphasized on the pure bending area. The evolution of the maximum crack opening will also be observed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalsabila Nandya Miryana Usman
"Pada peleburan bijih nikel, terdapat hasil akhir salah satunya yaitu terak ferronikel. Perlakuan lebih lanjut dibutuhkan untuk dapat mengambil mineral berharga yang masih terkandung dalam terak nikel tersebut. Pada penelitian ini, perlakuan tersebut dilakukan dengan proses pirometalurgi dimana digunakan arang cangkang kelapa sawit sebagai reduktor. Arang cangkang kelapa sawit merupakan bahan bakar biomassa, dengan sangat sedikit abu dan konten sulfur didalamnya, yang menjadikan lingkungan aman dari efek gas rumah kaca. Proses pirometalurgi ini dilakukan pertama-tama dengan memanaskan terak yang sudah berukuran #200 mesh dengan menggunakan furnace carbolite. Rasio dari arang cangkang kelapa sawit yang digunakan adalah 5% ,10%, 15%, 20% dengan penambahan 10% NaCl dari berat awal, dilakukan di temperature 1000oC selama 1 jam.
Hasil pemanggangannya kemudian dilanjutkan dengan magnetic separation. Hasilnya diuji menggunakan AAS dan XRD, dimana terlihat senyawa kompleks yang terkandung dalam terak nikel berkurang, seiring dengan meningkatnya arang cangkang kelapa sawit yang digunakan. Berdasarkan hasil, hasil optimum yang didapatkan adalah dengan penggunaan 15% arang cangkang kelapa sawit dengan penambahan 10% NaCl, yang menghasilkan nickel dengan konstentrat 0,116%. Walaupun kadar tersebut tidak besar, hasil dari pengujian XRD menunjukan bahwa konten senyawa kompleks yang mengandung silika di dalam terak nikel berkurang dan dengan penambahan NaCl terdapat senyawa baru yaitu Sodium Magnesiosilicate (Na2MgSiO4) yang menandakan kehadiran NaCl membantu memecah senyawa kompleks tersebut sehingga dapat memudahkan kadar nikel dan besi untuk meningkat dan Magnetit (Fe3O4) yang menandakan bahwa Fe2O3 tereduksi akibat adanya karbon dari arang cangkang kelapa sawit.

In nickel ore smelting, ferronickel slags is one of the outcome from the process. Further utilization of valuable elements in it needs to be processed. In this research, further utilization of the valuable elements is done by pyrometallurgy process where palm kernel shell charcoal was used as reductor. Palm kernel shell charcoal is a biomass fuel, with a very low ash and sulphur contents, therefore it will not release a harmful gases and greenhouse gases into the environment. The pyrometallurgy process is done by heating the ferronickel slag size #200 mesh using furnace carbolite with the mass ratio of the palm kernel shell are 5% ,10%, 15%, 20% respectively and the addition of sodium chloride 10% with operating temperature at 1000oC for 60 min.
The result of the reduction then follows with magnetic separation. The result was tested with XRD and AAS, and it showed the content of complex compounds containing silica decreased, as the ratio of palm kernel shell charcoal increased. Based on the result, optimal parameter for nickel content is obtained by 15% palm kernel shell charcoal at 1000oC for 60 min where the concentrate is 0.116%. Eventhough the nickel obtained is not much, the XRD result showed that the complex compounds Fe-rich Forsterite (FeMgSiO4) and Olivine (NiMgSiO4) with the presence of silica in it decreased, and it showed with the addition of NaCl there is a presence of Sodium Magnesiosilicate (Na2MgSiO4) and Magnetite (Fe3O4) which proved the binding of silica and has liberate iron that helps the process of increasing nickel and iron content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>