Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Putri Pratista
"Perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) dunia berdampak negatif pada kehidupan. Karbonasi mineral merupakan salah satu metode carbon capture, storage, and utilisation (CCUS) untuk menangkap CO2 dengan memanfaatkan mineral alkali seperti magnesium silikat yang keberadaannya melimpah di dunia. Pada penlitian ini dilakukan eksperimen karbonasi tidak langsung terhadap produk sampingan magnesium silikat dari bittern tambak garam. Eksperimen dilakukan dengan melindi magnesium silikat bersama asam sulfat sehingga memulihkan magnesium dalam bentuk magnesium sulfat. Larutan filtrat pelindian digunakan pada proses karbonasi dengan dialirkan gas CO2 dan penambahan NH3 secara berkala, yang dilakukan dengan variasi waktu 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Setelah pengujian dengan analisa karakterisasi, didapatkan kenaikan konsentrasi unsur magnesium pada produk karbonasi naik secara signifikan pada waktu karbonasi 45 menit menjadi sebesar 63,257% pada sampel magnesium silikat bittern dan 62,042% pada sampel magnesium silikat sintetis. Dimana pada waktu 30 menit konsentrasi magnesium sebesar 56,808% pada sampel magnesium silikat bittern dan 46,963% pada sampel magnesium silikat sintetis, dan kenaikan konsentrasi setelah waktu tersebut tidak signifikan. Sementara pada produk karbonasi, yang dihasilkan adalah senyawa karbonat, seperti hydromagnesite, magnesite, calcite, dan dolomite yang dapat menyimpan gas CO2 yang ramah lingkungan dan bersifat stabil untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat berpotensi untuk menurunkan emisi gas CO2 yang dihasilkan industri.

Climate change caused by the increasing carbon dioxide emissions (CO2) globally negatively impacts life. Mineral carbonation is one of the methods for carbon capture, storage, and utilization (CCUS) to capture CO2 by utilizing alkaline minerals such as magnesium silicate, which are abundant worldwide. This study conducted an indirect carbonation experiment on the byproduct of magnesium silicate from salt pond bittern. The experiment involved leaching magnesium silicate with sulfuric acid to recover magnesium as magnesium sulfate. The leachate filtrate solution was used in the carbonation process by flowing CO2 gas and periodic addition of NH3, with variations in the time intervals of 30 minutes, 45 minutes, and 60 minutes. After testing and analyzing the characteristics, it was observed that the concentration of magnesium in the carbonate product significantly increased during the 45-minute carbonation time, reaching 63.257% in the bittern magnesium silicate sample and 62.042% in the synthetic magnesium silicate sample. At the 30-minute mark, the magnesium concentration was 56.808% in the bittern magnesium silicate sample and 46.963% in the synthetic magnesium silicate sample. There was no significant increase in concentration beyond that time. The resulting carbonate products, such as hydromagnesite, magnesite, calcite, and dolomite, can store environmentally friendly CO2 gas and remain stable for long-term storage. This experiment has the potential to reduce the emissions of CO2 gas produced by industries."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherena Meirani
"Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu jenis gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Salah satu cara teknologi carbon dioxide capture and storage adalah dengan cara proses karbonasi pada magnesium silikat yang dapat menyimpan CO2 dalam keadaan termodinamika yang stabil. Sampel yang digunakan adalah by-product hasil ekstraksi dari bittern water yang mengandung magnesium silikat (sampel A) dan magnesium silikat komersial (sampel B). Magnesium silikat dilakukan leaching dengan asam sulfat untuk melakukan ekstraksi Mg dari silikatnya dan menghasilkan filtrat magnesium sulfat untuk proses karbonasi. Karbonasi dilakukan dengan variasi tekanan gas CO2 0,1, 0,3, dan 0,5 bar pada kondisi temperatur 30°C selama 45 menit. Penambahan amonia dilakukan secara berkala untuk menaikan dan mengontrol pH menjadi 8–9 agar terjadi reaksi pengendapan. Hasil pengujian XRD pada endapan hasil karbonasi didominasi oleh senyawa berupa magnesium carbonate hydroxide hydrate dengan jenis hydromagnesite (Mg5(CO3)4(OH)2·4(H2O), dypingite (Mg5(CO3)4(OH)2·8(H2O), dan giorgiosite (Mg5(CO3)4(OH)2·5(H2O) serta terdapat senyawa magnesium karbonat (MgCO3). Variasi tekanan gas CO2 pada percobaan ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi magnesium. Semakin besar tekanan yang diinjeksikan akan membuat kadar magnesium semakin meningkat. Konsentrasi magnesium yang tertinggi dihasilkan oleh sampel A pada variasi tekanan 0,5 bar sebesar 71,203% dan sampel B pada variasi tekanan 0,5 bar menghasilkan kadar magnesium sebesar 71,317%.

Carbon dioxide (CO2) is a type of greenhouse gas that causes global warming. One way of carbon dioxide capture and storage technology is by means of the carbonation process on magnesium silicate which can store CO2 in a state that thermodynamically stable. The sample used is a by-product extracted from bittern water containing magnesium silicate (sample A) and commercial magnesium silicate (sample B). Magnesium silicate is leached with sulfuric acid to extract Mg from the silicate and produce magnesium sulfate filtrate for the carbonation process. Carbonation was carried out with variations in CO2 gas pressure of 0,1, 0,3, and 0,5 bar at 30°C for 45 minutes. The addition of ammonia is carried out periodically to raise and control the pH to 8–9 so that the precipitation reaction occurs. The results of the XRD test on the carbonated precipitate were dominated by compounds in the form of magnesium carbonate hydroxide hydrate of the type hydromagnesite (Mg5(CO3)4(OH)2·4(H2O), dypingite (Mg5(CO3)4(OH)2·8(H2O), and giorgiosite (Mg5(CO3)4(OH)2·5(H2O) and magnesium carbonate (MgCO3). Variations in CO2 gas pressure used in this experiment have an effect on increasing the concentration of magnesium. The greater the injected pressure, the higher the magnesium content will be. The highest magnesium concentration was produced by sample A at a pressure variation of 0,5 bar of 71,203% and sample B at a pressure variation of 0,5 bar produced a magnesium content of 71,317%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Andriani
"Emisi CO2 yang tinggi dari sektor minyak dan gas menjadi salah satu perhatian masyarakat global maupun pemerintah Indonesia. Salah satu cara yang dapat diterapkan untuk mengurangi emisi CO2 adalah dengan penerapan Carbon Capture and Storage (CCS). Kegiatan CCS adalah penangkapan emisi CO2 yang dihasilkan oleh industri dan disimpan kembali ke bawah permukaan. Dari beberapa lokasi yang dapat digunakan untuk penyimpanan karbon, reservoir minyak dan gas yang telah lama beroperasi dapat digunakan.
Lapangan “IN” yang berada di Cekungan Asri, Sumatera Tenggara telah berproduksi selama lebih dari 50 tahun dikatakan merupakan kandidat yang cocok untuk dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai lokasi penerapan CCS. Dalam penelitian ini, dilakukan pendekatan geofisika dari data seismik dan data sumur untuk mengidentifikasi litologi, porositas, dan struktur yang ada untuk mencari rekomendasi lokasi sumur injeksi dan penyimpanan karbon. Inversi simultan dilakukan untuk mengkarakterisasi litologi dengan lebih baik dengan menghasilkan tiga parameter sekaligus secara simultan, yakni impedansi akustik, impedansi shear, dan densitas. Dari hasil inversi simultan ini, digunakan hasil inversi parameter Mu-Rho yang berasal dari impedansi shear dan Poisson’s Ratio yang berasal dari rasio VpVs. Hasil yang diperoleh adalah keterdapatan litologi batu pasir, batu bara, shale, dan shaleous carbonate. Hasil inversi juga digunakan kembali untuk mengestimasi persebaran porositas dengan nilai 0,025 – 0,275. Setelah itu, hasil analisis litologi, porositas, dimodelkan dalam model struktur geologi untuk mengidentifikasi keberadaan struktur. Disimpulkan bahwa lokasi rekomendasi penerapan CCS yang ideal adalah pada satu sumur produksi yang berada di bagian tengah – utara daerah penelitian.

High CO2 emission from oil and gas industry took global and even Indonesia’s Government attention. One of the solutions to decrease CO2 emission is by applying Carbon Capture and Storage (CCS). At CCS, the produced CO2 from industrial activity would be captured and stored to the subsurface. Among all of the ideal location to store the carbon, the depleted oil and gas reservoir could be used.
“IN” field, which located on Asri Basin, Southeast Sumatera, has been producing oil for more than 50 years. This field is quite fit to be done any research for CCS location candidate. In this research, the geophysical approach from seismic and well data is used to identify lithology, porosity, and structure to give location recommendation for carbon storage. Simultaneous inversion has been done to characterize lithology better by gives three parameters simultaneously, those are acoustic impedance, shear impedance, and density. From the inversion results, the Mu-Rho parameter from shear impedance and Poisson’s Ratio from VpVs Ratio are used. The use of these parameters is the distinguish of coal, sandstone, shale, and shaleous carbonate lithologies. The inversion results also used for porosity distribution estimation that shows value range of 0,025 – 0,275. In conclusion, the ideal location recommendation for CCS application is at one production wells located at the middle – northern area of interest.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library