Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Kretarto
"ABSTRAK
AGHA BANK sebagai sebuah bank devisa yang cukup besar
di Indonesia telah menjalankan program kartu kredit sejak
tahun 1983. Hingga akhir tahun 1990 Agha Bank Card Center
merupakan penerbit yang memiliki jumlah pemegang kartu
peringkat kedua terbesar di Indonesia. Dalam menjalankan
programnya pada periode 5 (lima) tahun kedua, Agha Bank Card
Center telah mengimplementasikan strategi diversifikasi
konsentrik.
Apabila evaluasj efektifitas program didasarkan
pada tujuan pada awal dibentuknya Agha Bank Card Center,
yaitu sebagai tool of marketing dan produk-produk utama
AGHA BANK, agaknya program yang diselenggarakan sudah cukup
efektif, terbukti dengan cukup dikenalnya nama AGHA BANK di
dunìa perbankan baik nasional maupun internasional.
Namun demikian jika efektifitas dilihat dari tujuan
program Agha Bank Card Center yang dicetuskan pada tahun
1987, yakni untuk menjadi penerbit dengan jumlah pemegang
kartu terbanyak, ternyata tujuan tersebut belum tercapai.
Demikian pula bila evaluasi kita kaitkan dengan tujuan
perusahaan pada umumnya, yakni memperoleh keuntungan, ter
nyata program kartu kredit Agha Bank Card Center belum
efektif mengingat kondisinya yang masih merugi. Hal ini
disebabkan antara lain karena Agha Bank Card Center belum
ditetapkan sebagai pusat laba (profit center).
Berdasarkan analisa SWOT (PTKL) yang kami lakukan,
ternyata Agha Bank Card Center masih mempunyai kesempatan
untuk mecanpai tujuan yang telah ditetapkan, mengingat
semakin terbukanya peluang-peluang sehubungan dengan terda
patnya kondisi dan kcenderungan lingkungan eksternal yang
menguntungkan. Namun demikian di sisi lain ternyata ling
kungan eksternal juga memberikan tantangan-tantangan yang
merupakan permasalahan yang sulit dielakkan, yakni terutama
sehubungan dengan semakin tajamnya persaingan untuk merebut
peluang terlebih setelab deregulasi bidang keuangan dan
perbankan tahun 1988, masìh tingginya risiko laten berupa
fraud oleh pihak luar dan lain-lain.
Selanjutnya dari analisa industri dan persaingan, ternyata
semakin tajamnya intensitas persaingan dalam bisnis kartu
kredit disebabkan karena :
- semakin agresifnya para pesaing yang telah ada.
- masuknya pendatang baru.
- meningkatnya bargaining power pemilik dana.
- masih kuatnya bargaining power para pedagang dan
pemegang kartu.
- masih besarnya peranan uang kertas/logam dan check yang
merupakan substitusi kartu kredit.
Dengan pengalamannya selama 8 (delapan) tahun, ma
najemen Agha Bank Card Center telah dapat membangun kekuat
an-kekuatan dalam berbagai aspek program kartu kredit.
Namun berdasarkan penelitian yang kami lakukan, ternyata
Agha Bank Card Center masih menghadapi beberapa permasalahan
internal, yakni sehubungan dengan masih terdapatnya kelema
han?kelemahan di bidang organisasi, pemasaran, sistem/
teknologi, prosedur dan keuangan.
Dalam rangka menjembatani strategi jangka panjang
untuk penyelenggaraan program kartu kredit selanjutnya,
sudah selayaknya manajemen tetap memanfaatkan peluang
peluang eksternal dan kekuatan internal yang ada, sambil
berusaha mengatasi tantangan?tantangan yang dihadapi dan
memperbaiki kelemahan?kelemahan internal. Dengan demikian
diharapkan AGHA BANK tetap dapat mempertahankan ataupun
meningkatkan posisinya dalam persaingan bisnis kartu kredit
di Indonesia.
Dalam karya akhir ini kami juga mengemukakan rekomen
dasi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan
untuk memperkuat sistem pengendalian intern dalam penyeleng
garaan program kartu kredit selanjutnya.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Bagus Kresna
"ABSTRAK
Dengan semakin kompleksnya akiivitas dalam perusahaan, semakin banyaknya segmen nasabah yang dilayani serta semakin banyaknya unit produk / jasa yang dihasilkan, perusahaan cenderung memiliki proporsi biaya tidak Iangsung yang juga semakin meningkat. Cara terbaik saat ini untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut ke cost objectivenya, adalah sistem Activity Based Costing.
Activity Based Costing merupakan sistem yang mengenali bahwa biaya timbul karena aktivìtas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan. Karenanya sistem ini menjadikan aktivitas sebagai dasar akumulasi biaya, dan activity drivernya digunakan sebagai dasar alokasi biaya.
Kaplan dan Cooper menyatakan bahwa terdapat 4 macam level activities, karenanya terdapat pula 4 macam activity driver. Keempat macam level activities tersebut adalah unit-level, batch-level, product-sustaining-level, serta facility-sustaining-level activities. Model Sistem ABC yang dikembangkan dalam karya akhir ini merupakan sistem ABC tahap awal, karenanya hanya menggunakan activity cost driver. Adapun cost driver lain yang tidak dibahas / dipergunakan adalah duration cost driver serta intensity cost driver.
Perusahaan yang menjadi tempat pilihan pembuatan model ABC ini adalah sebuah card center, yaitu perusahaan yang menerbitkan kartu kredit. Hasil perhitungan profitabilitas yang dilakukan pada karya akhir ini, menunjukkan bahwa terdapat segmen yang menghasilkan kerugian (loss), yaitu segmen Biru Reguler, Segmen ini menghasiIkan proporsi revenue sebesar 26% dibandingkan segmen lainnya. namun ia juga memiliki proporssi biaya sebesar 43% dan total biaya seluruh segmen.
Meskipun segmen Biru Reguler menghasilkan kerugian, namun segmen ini tetap dipertahankan karena Card Center XYZ pada saat ini memang sedang memfokuskan kegiatannya untuk menumbuhkan jumlah pemegang kartunya. Melihat relatif kecilnya sumbangan pendapatan segmen Biru Reguler, perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan lagi pendapatan segmen tersebut.
Hasil perhitungan yang didapatkan dari model ABC pada karya akhir ini, merupakan perkiraan dan keadaan yang tengah terjadi. Untuk mendapatkan angka profitabilitas yang lebih akurat, harus dibangun model ABC yang lebih advanced. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagi lagi activity center yang ada menjadi sub activities yang lebih kecil, dengan menambah cost driver, dengan menggunakan seluruh activity driver pada masing-masing activity level, dengan menggunakan pula duration cost driver & intensity cost driver, dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3598
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Hanny Sondang Ria M.H.
"Tujuan penelitian pada skripsi ini ialah untuk mengetahui tentang bagaimanakah sistim informasi akuntansi yang tepat untuk menunjang operasi yang efektif dan efisien dari sebuah sistim informasi akuntansi pada umumnya, dan mengenai sistim informasi akuntansi untuk usaha kartu kredit pada khususnya. Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini ialah dengan melalui penelitian kepustakaan dan pene1itian lapangan. Penelitian kepustakaan untuk rnemperoleh dasar-dasar teori yang benar tentang suatu sistim informasi akuntansi yang baik untuk membantu rnengarahkan penulis dalam pengumpulan data selama penelitian lapangan. Sedangkan penelitian lapangan dilakukan untuk rnendapatkan gambaran yang lebih jelas dan nyata tentang operasional sehari-hari sebuah card center serta sistim informasi akuntansi yang menunjangnya dengan cara wawancara langsung kepada personel card center PT Bank "X". Card center PT Bank "X" adalah sebuah organisasi penerbit kartu kredit yang sangat berpengalaman dalarn pengoperasian usaha kartu kredit. Pemrosesan transaksi dalam card center dilakukan secara komputerisasi penuh, yakni dengan memakai program cardpac yang didesain khusus untuk pemrosesan transaksi kartu kredit. Sedangkan pencatatan akuntansinya dilakukan dengan meng-key-in jurnal harian card center ke dalarn magnetic tape, kemudian di-restore ke dalarn HOST Computer pada bagian pembukuan kantor pusat PT Bank "X" untuk diproses bersama-sama dengan jurnal cabang-cabang PT Bank "X" lainnya. dari yakni Sumber-sumber pendapatan usaha kartu kredit adalah 4 jenis transaksi, yaitu : IP (Inquiry of berupa merchant discount; IC (Inquiry Purchase) of Cash Advance) yakni berupa cash advance fee; 1M (Inquiry of purchase by Mail) yakni berupa supplier discount; serta FEE and CHARGES. Sedangkan revenue cycle card center terbagi atas 2 subsystem yakni : Sales and Billing System dan Cardholder Payment Collection System, yang saling berkaitan satu sarna lain. Kesimpulan yang d1cpai untuk penelitian skripsi ini ialah card center telah menata struktur organisasinya dengan rapih dan benar sehingga dapat menjamin efisiensi kerja yang optimal, akan tetapi penempatan bagian internal control sebagai karyawan card center adalah kurang tepat, penulis menyarankan sebaiknya bagian ini adalah hanya sebagai perwakilan dari bagian pengawasan yang ditempatkan pada card center dan harus ditukar personilnya setiap 6 bulan atau setahun sekali utnuk menjamin independensi dan kebenaran hasil pengawasannya. Dalam hal pemrosesan transaksi, card center perlu mengadakan kaderisasi ahli program komputer cardpac untuk melepaskan ketergantungan card center pada ahli cardpac yang lama yang adalah mantan karyawannya. Dan daari segi sistim pengendalian intern, card center perlu membuat standar prosedur yang tertulis untuk operasional dan pencatatan akuntansinya; serta mendapatkan pemeriksaan pihak independen yang lebih memadai agar stabilitas perkembangan card center dapat tetap terjaga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S9064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fijria Rahmawati
"Saat ini kartu kredit sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sebagian orang yang hidup di perkotaan. Jika dulu hutang dianggap sesuatu yang memalukan, kini hutang dapat menempatkan seseorang pada "status sosial" yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat golongan lain. Para pemegang kartu kredit merasa bangga karena mereka menganggap dirinya adalah golongan masyarakat yang dipercaya oleh sebuah institusi perbankan. Hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai jenis kartu kredit dari berbagai issuer (penerbit kartu kredit) ketika mereka melakukan transaksi. Padahal fungsi sebenarnya dari kartu kredit adalah sebagai alat bertransaksi dan memudahkan karena konsumen tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Penggunaan kartu kredit di Indonesia berkembang pesat terutama sejak adanya dcregulasi perbankan dengan diterbitkannya SK Menkeu No..1251/KM.031/1998 pada tanggal 20 Desember 1998 yang menggolongkan bisnis kartu kredit sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan untuk membeli barang dan jasa. Pada tahun 2006, diperkirakan pertumbuhan kartu kredit berkisar 20-30% per tahun dengan jumlah pemegang karu kredit mencapai 6,5 juta orang dan nilai transaksi yang terjadi sebesar Rp.55,29 triliun. Pertumbuhan jumlah pemegang kartu kredit ini tidak terlepas dari kemudahan dan iming-iming menggiurkan yang ditawarkan issuer, serta semakin banyaknya merchant yang mau menerima pernbayaran dengan kartu kredit.
Sebagai salah satu institusi perbankan pemerintah, PT Bank BNI (Persero) Tbk. melalui salah satu divisinya yaitu Divisi Bisnis Kartu mencoba masuk ke industri kartu kredit pada bulan Oktober 1997 dengan produk pertamanya adalah BNI MasterCard. Pertumbuhan di sektor industri kartu kredit ini yang dari tahun ke tahun semakin meningkat serta tingginya respon konsumen terhadap Kartu Kredit BNI mendorong BNI Card Center untuk menerbitkan kembali BNI Visa pada bulan April 1999. Sampai dengan akhir tahun 2005 prestasi BNI Card Center adalah sebagai nomor dua Credit Card Issuer di Indonesia, nomor satu Visa Classic Issuer di Indonesia, dan nomor dua visa Gold isuer di Indonesia.
Kesuksesan bisnis di industri kartu kredit ini tidak hanya ditunjukkan dengan peningkatan jumlah pemegang kartu saja namun didukung juga oleh jumlah transaksi penggunaan atau pemakaian (usage) yang dilakukan olch para pemegang kartu kredit. Oleh karena itu untuk tetap dapat unggul di bisnis kartu kredit maka seluruh issuer harus saling berlomba untuk menciptakan berbagai macam fitur produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pemegang kartu kredit sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah transaksi usage sekaligus meningkatkan loyalitas pemegang kartu kredit.
Keinginan untuk selalu memberikan yang terbaik bagi konsumen yang salah satunya tercermin dari penawaran berbagai fitur produk kartu kredit yang mampu menarik para pemegang kartu kredit untuk bertransaksi, seringkali memerlukan biaya yang tidaklah kecil. Dengan segala keterbatasan sumber daya yang dimiliki, perusahaan dituntut untuk lebih fokus memikirkan suatu cara dalam mencapai target perusahaan dengan biaya serendah mungkin tanpa mengorbankan kualitas produk dan layanan. Outsourcing merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat tetap fokus pada bisnis intinya dengan mengalihkan sebagian atau seluruh pekerjaan kepada pihak lain di luar perusahaan. Dengan cara ini diharapkan perusahaan mendapatkan penghematan biaya dalam melaksanakan fungsi bisnis tertentu yang bukan termasuk kompetensi inti sehingga hasil dari penghematan tersebut dapat dipergunakan untuk pengembangan dan penciptaan fitur-titur produk baru.

These days credit card has been a part of many people who live in the city. In the past, debt was considered as something disgraceful, but now debt could put someone on a higher social status than people from other economic levels. Credit card holders feel privileged because they are positioning themselves as a group of people trusted by banking institutions. It is showed by the availability of many types of credit cards from various issuers when they are doing transactions. The real functions of a credit card are as, a transaction tool and to make things easier for consumers because they do not have to bring a large amount of money in their pockets.
The number of credit card users in Indonesia showed a significant increase especially when there was a banking deregulation by The Minister of Finance with the Decree No. 1251/KM.031/1998 on 20 December 1998 that grouping credit card business as a part of financing service business to buy goods and services. In 2006, credit card's growth is estimated between 20-30% annually with the number of holders up to 6.5 million and the transaction value at Rp55.29 billion. This growth is related to the simplicity and the attractive rewards proposed by the issuers, and also the increasing number of merchants accepting credit card payment.
As one of government banking institution, PT Bank BNI (Persero) Tbk-through one of its division which is Credit Card Division-tried to enter the credit card industry in October 1997 with BNI MasterCard as its first product. The increasing annual growth of credit card industry and the high consumer respond to BN1 credit card drove BNI Card Center to issue BNI Visa in April 1999. By the end of 2005 BNI Card Center achieved the second position in Credit Card Issuer, the first position in Visa Classic Issuer, and the second position in Visa Gold Issuer in Indonesia.
The achievement in the credit card industry is not only described in the increasing number of cardholders but also supported by the number of transactions or usage done by the cardholders. All credit card issuers should be competing to keep up their excellent performance in credit card business by creating various product features suitable with consumers/ credit card holders' wants and needs, therefore at the end will be able to increase the number of usage transaction and cardholders' loyalty.
The desire to always give the best for the consumers which it?s reflected in ability to offer various product features that can attract cardholder's transactions or usage, frequently requires more budgets. With limited sources, a company demanded to be more focus in finding out a way to achieve the company's target with the lowest budget without sacrificing the product quality and services. Outsourcing is one of the way for a company to focus in its core business with giving up some or all of the company's activities to the third party outside the company. It is expected that the company could make cost efficiency in executing certain business functions that are not related to its core competence. Therefore the result from the efficiency could be used to develop and create new product features.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Bagus Kresna
"Dengan semakin kompleksnya aktivitas dalam perusahaan, semakin banyaknya segmen nasabah yang dilayani sería semakin banyaknya lini produk/jasa yang dihasilkan, perusahaan cenderung memiliki proporsi biaya tidak langsung yang juga sernakin meningkat. Cara terbailc saat ¡ni untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut ke cost objectivenya, adalah sistem Activity Based Costing.
Activity Based Costing merupakan sistem yang mengenali bahwa biaya timbul karena aktivitas-aktivitas yang teijadi dalam perusahaan. Karenanya sistem ini menjadikan aktivitas sebagai dasar akumulasi biaya, dan activity drivernya digunakan sebagai dasar alokasi biaya.
Kaplan dan Cooper menyatakan bahwa terdapat 4 macam level activities, kareflaflYa terdapat pula 4 macam activity driver. Keempat macam level activities tersebut adalah unit-level, batch-level, productsustaifliflg-IeVe sería fàcility-sustaining-level activities. Model Sistem ABC yang dikembangkan dalam kaiya akhir ini merupakan sistem ABC tahap awal, karenanya hanya menggunakan activity cost driver. Adapun coSt driver lain yang tidak dibahas / dipergunakan adalah duration cost driver sería intensity cost driver.
Perusahaan yang menjadi tempat pilihan pembuatan model ABC ini adalah sebuah card center, yaitu perusalman yang menerbitkan kartu kredit. Hasil perhitungan profitabilltas yang dilakukan pada karya akhir ini, mernrniukkan bahwa terdapat seglflen yang rrienghasilkan kerugian (loss), yaitu segmen Biru Reguler. Segmen ini menghasilkan proporsi revenue sebesar 26% dibandingkan segmen Iainnya, namun la juga memiliki proporssi biaya sebesar 43% dan total biaya selunih segmen.
Meskipun segmcn Biru Reguler menghasilkan kerugian, narnun segmen ¡ni tetap dipertahankan karena Card Center XYZ pada saat ini memang sedang memfokuskan kegiatannya untuk menumbuhkan juniiah pemegang kartunya. Melihat relatif kecilnya Sumbangan pendapatan segmen Biru Reguler, perusahaan memiliki kesempatan untuic meningkatkan lagi pendapatan segmen tersebut.
Hasil perhitungan yang didapatkan dail model ABC pada kaiya akhir ini, rnerupakan perkiraan dan keadaan yang tengab terjadi Untuk mendapatkan angka profitabilitas yang lebib akurat, harus dibangun model ABC yang lebih advanced. Hal ini dapat dilaicukan dengan cara membagi lagi activity center yang ada menjadi sub activities yang lebih kecfl, dengan rncnambah cost driver, dengan menggunakan sehuiih activity driver pada masing-masing activity level, dengan menggunakan pula duration cost driver & intensity cost driver, dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library