Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenesha Flourencia Effraim Mirah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecemasan karir terhadap commitment to career choice melalui peran moderasi kelekatan orang tua pada remaja. Commitment to career choice merupakan keadaan seseorang dalam perkembangan karirnya yang meliputi adanya kepastian pada suatu pilihan karir, bersikap optimis pada masa depan dan menyadari akan adanya hambatan pada karirnya Blustein, Ellis, Devenis, 1989 . Penelitian ini akan memfokuskan pada salah satu dimensi commitment to career choice yaitu tendency to foreclose yang merupakan keinginan untuk secepat mungkin berkomitmen pada suatu pilihan karir tanpa periode eksplorasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan partisipan siswa remaja sebanyak 315 orang. Commitment to career choice diukur dengan menggunakan Commitment to Career Choice Scale skala tendency to foreclose Blustein, Ellis, Devenis, 1989 . Kecemasan karir diukur menggunakan Career Anxiety Scale Thai, 2014 dan kelekatan orang tua diukur dengan Inventory of Parent Attachment Armsden Greenberg, 1987 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan karir memiliki pengaruh terhadap commitment to career choice dimensi tendency to foreclose melalui peran moderasi kelekatan orang tua. Penelitian ini menyertakan implikasi dan saran untuk penelitian selanjutnya.
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the moderating role of parental attachment towards the effect of career anxiety on commitment to career choice. Commitment to career choice is a position in individual career development that includes certainty about one rsquo s career choice, a positive sense of vocational future and awareness of potential obstacles Blustein, Ellis, Devenis, 1989 . This study focus on one dimension of commitment to career choice, tendency to foreclose. Tendency to foreclose is the desire to commit to one career decision as soon as possible without any period of exploration. This study used quantitative approach, involving 315 high school student as participants. Commitment to career choice was measured using tendency to foreclose scale in Commitment to Career Choice Scale Blustein, Ellis, Devenis, 1989 . Career Anxiety was measured using Career Anxiety Scale Thai, 2014 and parental attachment was measured using Inventory of Parent Attachment Armsden Greenberg, 1987 . The results indicated that there is significant effect of career anxiety on commitment to career choice with parental attachment as a moderating variable. This study concludes with implication and suggestions for future research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartini Nara
Abstrak :
Hasil penelitian Post-Kommer dan Perrone (dalam Isaacson, 1996), diketahui bahwa 30 % dari siswa berbakat di sekolah menengah yang menjadi responden penelitian merasa tidak siap dalam membuat keputusan mengenai karir mereka. Menurut Santrock (2003), orang tua dan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat pada pemilihan karir remaja. Suasana yang ada dalam keluarga banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, intelektual, konsep diri, dan selanjutnya juga mempengaruhi proses pemilihan karir. Suasana dalam keluarga terkait erat dengan pola asuh yang digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya sehari-hari apakah otoriter (Authoritarian), permisif (Permissive) atau otoritatif (Authoritative) (Baumrind dalam Santrock, 2003). Hal lain yang diduga mempengaruhi pemilihan karir adalah persepsi jender. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten dibandingkan laki-laki, penyatuan stereotip jender ke dalam konsep diri anak memicu anak perempuan ke arah rasa kurang percaya diri dibandingkan dengan anak laki-laki dalam kemampuan intelektual umum mereka. Kurangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan anak perempuan memiliki harapan yang rendah untuk berhasil pada kegiatan akademis dan pekerjaan (Santrock, 2002). Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 8 hipotesis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh (otoriter, otoritatif, permisif) dan persepsi jender secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemilihan karir pada siswa akselerasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki.. Sampel penelitian adalah siswa kelas 2 program akselerasi dari 4 sekolah di Jakarta sebanyak 47 siswa. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearsons Product Moment, Multiple Regression dengan metode step wise dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif dengan pemilihan karir tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif dengan pemilihan karir. Ditemukan juga ada hubungan yang signifikan antara persepsi jender dengan pemilihan kanr. Sedangkan secara bersama-sama, pola asuh otoriter, otoritatif, permisif dan persepsi jender memberikan sumbangan yang bermakna terhadap pemilihan karir namun hanya pola asuh otoritatif yang memberikan sumbangan sedangkan dua pola asuh yang lain tidak. Temuan yang cukup menarik adalah tidak adanya perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki, hal ini mengindikasikan adanya pergeseran cara pandang kaum muda terhadap peran jender tradisonal. Saran kepada orang tua agar lebih mengutamakan penggunaan pola asuh otoritatif daripada dua pola asuh yang lain. Berusaha menjadi sahabat dan mendengarkan keinginan anak adalah salah satu cara untuk membantu mengarahkan mereka dalam pemilihan karir. Disarankan kepada guru bimbingan konseling agar lebih proaktif membantu anak akselerasi, mengeksplorasi berbagai informasi karir baik melalui penjelasan langsung maupun melalui media cetak dan elektronik.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanita Fitriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Menentukan pilihan karier merupakan proses yang tidak mudah bagi fresh graduate. Menurut hasil dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi career choice fresh graduate diantaranya adalah person-organization fit, person job fit, dan job attribute. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh mediasi dari internship opinion dalam menentukan pilihan karier mahasiswa. Penelitian ini melibatkan 127 mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia angkatan 2011, 2012, dan 2013 yang pernah melakukan magang di Kantor Akuntan Publik selama masa perkuliahan. Data yang diperoleh diolah dengan metode structural equation modeling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa person-organization fit dan job attribute berpengaruh positif terhadap career choice mahasiswa dalam hubungannya secara direct effect. Secara indirect effect, variabel mediasi internship opinion secara signifikan memediasi pengaruh person-organization fit, person-job fit, dan job attribute terhadap career choice mahasiswa.
ABSTRACT
Choosing a career for fresh graduate has always been a challenging task. Reviews from existing research, there are several variables that have an impact on career choice of fresh graduate such person-organization fit, person job fit, and job attribute. Internship opinion also tested as mediating variable that determine career choice of accounting student. The data were collected from 127 student majoring in accounting in University of Indonesia batch 2011, 2012, and 2013 that already had internship experience on accounting firms. The data were analysed using structural equation modeling (SEM). The result of this study showed that from direct effect analysis, person-organization fit and job attribute positively related toward career choice of fresh graduate. From indirect effect analysis, internship opinion significantly mediated the effect of person-organization fit, person-job fit, and job attribute toward career choice.
2016
S62848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvia Rahmawati
Abstrak :
Berkebalikan dengan kemunduran peran militer dalam kehidupan sosial dan politik praktis di Indonesia pasca runtuhnya otoritarianisme Orde Baru, anak-anak muda tetap antusias untuk berkarir sebagai tentara. Beberapa studi berpendapat bahwa fenomena tersebut disebabkan adanya pembebasan biaya pendidikan yang ditawarkan oleh militer, jaminan karir pasti dengan gaji dan tunjangan-tunjangan yang sesuai. Studi-studi lainnya menyebutkan bahwa hal itu ditentukan oleh adanya peluang meningkatkan status sosial, implementasi semangat patriotisme, tingginya nasionalisme, keinginan untuk mewujudkan perdamaian, dan misi kemanusiaan. Pada dasarnya penulis setuju dengan studi-studi tersebut. Namun, studi-studi tersebut masih terbatas dalam membahas aspek immaterial yang masih relevan dalam mendasari keputusan anak-anak muda Indonesia untuk berkarir sebagai tentara dewasa ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa fenomena tersebut juga disebabkan oleh penerimaan atas citra militer Indonesia berkaitan dengan budaya organisasi khas yang dimiliki dan profesionalitas yang secara progresif terus ditunjukkan. Citra militer terkonstruksi dan terus diinternalisasi melalui agen-agen sosialisasi, seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, sekolah, kelompok teman sebaya, media massa, media sosial, hingga film. Hasilnya, terdapat penerimaan positif masyarakat atas citra militer yang ditunjukkan, yang pada gilirannya berpengaruh dalam pembentukan persepsi anak muda untuk berkarir sebagai tentara. Penulis menggunakan data yang diperoleh melalui studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara bersama sejumlah taruna aktif Akademi Militer dan siswa Sekolah Menengah Atas. ......In contrast to the decline in the military's role in practical social and political life in Indonesia after the collapse of the Orde Baru authoritarianism, young people remain enthusiastic about a career as a soldier. Several studies argue that this phenomenon is due to the exemption of education fees offered by the military and guaranteed career guarantees with appropriate salaries and benefits. Other studies say that it determines the opportunity to increase social status, implement the spirit of patriotism, high nationalism, desire to realize peace, and humanitarian missions. Basically, the authors agree with these studies. However, these studies are still limited in discussing the immaterial aspects that are still relevant in underpinning the decisions of young Indonesians to have careers as soldiers today. This research findings show that this phenomenon is also caused by the acceptance of the Indonesian military image, related to its distinctive organizational culture and organizations that progressively show professionalism. The military image is constructed and continues to internalize through socialization agents, such as family, neighborhood, schools, peer groups, mass media, social media, and films. As a result, there is a positive public acceptance of the military image shown, which influences the formation of young people's perceptions of a career as a soldier. The author uses data obtained through literature studies, document studies, and interviews with several active cadets of the Military Academy and senior high school students.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Prasetio Badriansyah
Abstrak :
Masih terjadi kekurangan sumber daya manusia dokter pada sistem layanankesehatan di indonesia maupun di Provinsi Sumatera Selatan. Ketersediaan dokterdipengaruhi produksi, sebaran, dan pengembangan karir. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui preferensi pilihan karir dokter internsip di Provinsi SumateraSelatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pilihan karir tersebut. Faktoryang diamati adalah pendapatan, kemudahan mencari kerja, prestise, persepsimasa depan, jam kerja reguler, jam kerja fleksibel, pekerjaan tanpa jaga malam,cita-cita dan wilayah kerja.Penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, cross-sectional.Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala likert.Analisis data menggunakan Aplikasi Statistik.Populasi penelitian adalah dokter peserta program internsip di ProvinsiSumatera Selatan. Sampel yang digunakan sebanyak 112 orang yang memenuhikriteria inklusi. Hasil penelitian mendapatkan 73,2 responden menginginkandokter spesialis sebagai pilihan karirnya, 18,8 responden menginginkan dokterumum sebagai pilihan karirnya sementara 8 memilih karir lain-lain. Didapatkanjenis kelamin, asal universitas dan daerah asal tidak berhubungan dengan pilihankarir. Variabel pendapatan, kemudahan mencari kerja, jam kerja yang fleksibel,dan wilayah kerja pada uji hipotesis berhubungan dengan pilihan karir, sedangkanvariabel prestise, beban kerja, masa depan, masa studi dan cita-cita tidak terbuktiberhubungan dengan pilihan karir.Dari hasil temuan diatas disimpulkan terdapat kecenderungan dokter untuklebih memilih dokter spesialis sebagai pilihan karirnya. Pilihan karir berhubungandengan pendapatan, kemudahan mencari kerja, jam kerja dan wilayah kerjanya.Untuk itu disarankan agar tidak terjadi ketimpangan dalam tenaga kerja dokterdapat dibuat kebijakan untuk membuat karir sebagai dokter umum lebih menarikdengan melakukan intervensi terhadap faktor-faktor yang berhubungan sepertipeningkatan pendapatan atau kepastian kerja bagi dokter umum.
There is still a shortage of human resources physicians on health caresystems in Indonesia as well as in Southern Sumatera Province. The availabilityof doctors influenced by the production, distribution, and career development.This study aims to find out the preferences of career choice of doctor internsip inSouthern Sumatera Province and factors related to career choice. Factors observedare income, ease of job search, prestige, future perception, regular working hours,flexible working hours, work without night shift, goals and work areas.Descriptive survey research with quantitative approach, cross sectional. Thedata were collected using questionnaires with Likert scale. Data analysis usingStatistical Application.The study population is the doctor of internsip program participants inSouthern Sumatera Province. The sample used was 112 people who fulfilled theinclusion criteria. The study found that 73.2 of respondents wanted a specialistas a career choice, 18.8 of respondents wanted a general practitioner as theircareer choice while 8 chose another career. Gender, origin of university andarea of origin not related to career choice. Revenue factors, easy job search,flexible working hours, and work areas on hypothesis testing are related to careerchoice, while prestige factors, workload, future, study period and goals are notproven to be related to career choice.From the results of the above findings concluded there is a tendency doctorsto prefer a specialist as a career choice. Career options relate to income, ease ofjob search, working hours and work area. It is suggested that in order not tohappen imbalance in the workforce of doctors, policy can be made to make acareer as a general practitioner more interesting by intervening on related factorssuch as increasing income or working field certainty for general practitioners.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library