Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Latief Bustami
"Pengertian carok paling tidak harus mengandung lima unsur, yaitu tindakan atau upaya pembunuhan antarlaki-laki, pelecehan harga diri terutama berkaitan dengan kehormatan perempuan (istri), perasaan malu (malo), adanya dorongan, dukungan, persetujuan sosial disertai perasaan puas, dan perasaan bangga bagi pemenangnya (hlm. 184-185). Menurut hemat saya, carok sebagai media kultural untuk menunjukkan kejantanan dengan kekerasan fisik menjadi tidak jelas jika dihubungkan dengan nyelep (menyerang musuh dari belakang atau sampingketika musuh sedang lengah). Carok sebagai pembelaan terhadap harga diri yang terlecehkan menjadi 'tuna makna' kalau hanya dihubungkan dengan kehormatan perempuan. Carok bukan hanya penegakan kehormatan yang berhubungan dengan penghinaan terhadap istri, melainkan juga berhubungan dengan gangguan terhadap mantan istri yang telah dicerai, air, rumput, dan pelecehan agama. Carok dipandang oleh sebagian pelakunya sebagai suatu alat untuk memperoleh kekuasaan."
2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Rohman
"Reproduksi kekerasan di Bangkalan Madura sering terjadi, hal ini dipengaruhi oleh budaya carok yang diwariskan dari generasi ke generasi. Carok adalah salah satu aksi kekerasan yang telah menjadi budaya dan mengakar di masyarakat Bangkalan, Madura. Tindakan Carok diambil dalam membela harga dirinya, cara memecahkan masalah yang menyebabkan tindakan kekerasan ini tentu mempengaruhi karakter dan sikap generasi muda Bangkalan. Studi ini meneliti efek reproduksi kekerasan yang diwariskan dari generasi muda saat ini, apa yang harus dilakukan untuk menghentikan reproduksi kekerasan ini. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan survei dan wawancara pada pemuda di Bangkalan, Madura. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa generasi muda di Bangkalan Madura masih dipengaruhi oleh tradisi Carok, hal ini disebabkan oleh tingginya harga diri dan dorongan lingkungan sosial masyarakat Bangkalan Madura. Aksi kekerasan dalam bentuk carok sering mendapat dukungan dari lingkungan sosial, inilah yang kemudian memicu sikap agresif dan tempremental dari masyarakat Madura. Dalam beberapa kasus carok, apa yang terjadi selalu dipicu oleh motif yang sama, yaitu, kehormatan istri, harga diri dan balas dendam.

Reproduction of violence in Bangkalan Madura often occurs, this is released by carok culture which is passed down from generation to generation. Carok is one of the resistance actions that has become cultural and rooted in the community of Bangkalan, Madura. Carok action is taken in response to his self-esteem, how to solve the problem that causes this action certainly affects the character and attitude of the young generation of Bangkalan. This study improves the effects of repetition inherited from todays young generation, what should be done to replace this improvement in violence. The method used is qualitative by conducting surveys and interviews with youth in Bangkalan, Madura. The results of this study prove that the younger generation in Bangkalan Madura still uses the Carok tradition, this is due to self-esteem and the encouragement of the social environment of the Bangkalan Madura community. Violence in the form of carok often gets support from the social environment, this is what encourages the aggressive and temporal attitude of the Madurese community. In some cases of carok, what happens is always triggered by the same motives, namely, wife honor, self-esteem and revenge."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Kubro Saputro
"Carok merupakan tradisi masyarakat Madura yang digunakan untuk menyelesaikan konflik. Carok dilakukan dengan adu duel (menggunakan senjata celurit) hingga ada korban yang mati atau luka berat. Faktor penyebab terjadinya carok antara lain perempuan, warisan, dendam lama, dan sengketa tanah. Penelitian ini bertujuan menganalisis budaya carok dalam sudut pandang etika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, kepustakaan, Thought Experiments. Kerangka teori dari penelitian ini yaitu pedekatan etika Joseph Butler tentang egoism, benevolence, and conscience. Teori tersebut digunakan dalam menjelaskan tindakan moral dalam carok. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat penyimpangan dalam carok; pertama, tidak ada perjanjian yang ditentukan bersama; kedua, tidak mengutamakan musyawarah dengan tujuan damai; ketiga, hanya atas dasar emosi dan nafsu; ke empat, perbedaan pandangan; ke lima, tidak menggunakan senjata celurit sebagai salah satu aturan dalam carok. Dari sudut pandang Joseph Butler, seseorang yang melakukan carok karena ia tidak dapat merefleksikan pikirannya sehingga nafsu dan doronggan lain diluar kehendak menguasainnya. Butler memberikan solusi terhadap tindakan carok, yaitu konsep self-love yang merupakan bagian dari hati nurani yang mengatur segala tindakan. Jadi, ketika ingin melakukan carok, setiap orang harus mempertimbangakan pilihan yang lain berdasarkan hati nurani.
...... Carok is a tradition of Madurese people who are used to resolve conflicts. Carok is carried out by dueling (using sickle weapons) until there are victims who die or are seriously injured. Factors causing carok include women, inheritance, old revenge, and land disputes. This study aims to analyze carok culture in an ethical perspective. The research method used is qualitative methods, literature, Thought Experiments. The theoretical framework of this study is Joseph Butlers ethical approach to egoism, benevolence, and conscience. The theory is used in explaining moral actions in carok. The results of this study are that there are deviations in carok; first, there is no agreement that is determined jointly; second, do not prioritize deliberations with peaceful purposes; third, only on the basis of emotion and lust; fourth, different views; fifth, not using celurite weapons as one of the rules in carok. From the point of view of Joseph Butler, someone who does carok because he cannot reflect his mind so that lust and other impulses are beyond the will to master it. Butler provides a solution to carok actions, namely the concept of self-love which is part of a conscience that governs all actions. So, when you want to do carok, everyone must consider other choices based on conscience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library