Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Ani Oranda
"Latar Belakang: Uji tube formation merupakan uji paling luas yang digunakan sebagai uji vaskulogenesis/ angiogenesis secara in vitro. Sel punca mesenkimal atau mesenchymal stem cell MSC merupakan sel punca dewasa yang multipoten. Efek parakrinnya terhadap neovaskularisasi sudah banyak diketahui. Secara umum MSC diketahui tidak mengekspresikan penanda permukaan hematopoetik CD34 namun ada pendapat yang menyatakan bahwa MSC secara in vivo mengekspresikan CD34 dan kehilangan ekspresinya saat dikultur secara in vitro. MSC asal lemak dianggap masih memiliki ekspresi CD34 pada kultur in vitro pada pasase awal oleh beberapa ahli. MSC yang paling banyak digunakan dalam uji tube formation adalah BM-MSC padahal ASC juga berpotensi bagi terapi dan rekayasa sel punca. Hingga saat ini potensi vaskulogenesis antara ASC dan BM-MSC masih belum jelas mana yang lebih baik dan apakah ekspresi CD34 mempengaruhi hal ini. Pada penelitian ini kami ingin membandingkan potensi vaskulogenesis antara MSC asal lipoaspirat dengan MSC asal sumsum tulang melalui uji tube formation dan ekspresi CD34.
Hasil: Pengukuran kualitas vaskulogenesis menunjukkan bahwa rerata panjang tube lebih tinggi pada BM-MSC, rerata jumlah loop lebih banyak pada BM-MSC dan rerata jumlah titik percabangan lebih banyak pada BM-MSC. Tidak ditemukan kadar CD34 yang tinggi pada ASC.
Kesimpulan: BM-MSC memiliki kemampuan lebih baik dalam membentuk tube formation dibandingkan dengan ASC. Tidak ditemukan hubungan antara kadar CD34 dengan kemampuan vaskulogenesis MSC.

Objective: Test tube formation is the most widely used method as an in vitro vasculogenesis test. Mesenchymal stem cells MSC is a multipotent adult cells known not expressing CD34 just like endothelial progenitor cells EPC that play a role in vasculogenesis. Adipose derived stem cells MSCs ASC is considered to still express CD34 2 in cultures. Bone Marrow BM MSCs is most widely used MSCs in vasculogensis research. ASC has great potential for stem cell therapy and engineering. The potential of vasculogenesis between ASC and BM MSC remains unclear which one is better and whether CD34 expression affects this. In this study we wanted to compare the potential of vasculogenesis between MSC of lipoaspiric origin and MSC from bone marrow through tube formation test and CD34 expression. Tube formation assay is the most widely used method as an in vitro vasculogenesis test. Mesenchymal stem cells MSCs are multipotent adult cells. known not to express CD34 surface marker which is expressed by haemapoietic stem cells, but according to some experts bone marrow mesenchymal stem cells BM MSCs express CD34 in vivo and lose its expression when they are cultured in vitro, while adipose derived stem cells ASCs still have CD34 expression in the early passages when cultured in vitro. BM MSCs are the most widely used MSC, but ASCs are also used in stem cell therapy and tissue engineering for angiogenesis purposes. Until now the potential of vasculogenesis between ASCs and BM MSCs is still unclear. Expression of CD34 is also unknown whether effecting the quality of tube formation. In this study we wanted to compare the potential of vasculogenesis between ASC and BM MSCs through tube formation test and CD34 expression.
Results: Measurements of vasculogenesis quality showed higher tube length, number of loops and mean number of branch points on BM MSC. Both BM MSCs and ASCs showed low CD34 levels.
Conclusion: BM MSCs showed better tube formation ability compared with ASCs. No association was found between CD34 levels and MSC vasculogenesis capability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Azenda
"Latar Belakang: Hipoksia diperkirakan dapat memicu terjadinya kerusakan jaringan akan terjadi pelepasan sinyal-sinyal yang dapat memobilisasi sel punca. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menilai pengaruh kondisi hipoksia janin, yang dinilai dari pH dan APGAR skor, terhadap peningkatan jumlah sel punca darah tali pusat.
Tujuan: Diketahuinya pengaruh kondisi hipoksia janin terhadap jumlah sel punca darah tali pusat.
Metode: Penelitian ini adalah studi observasi dengan rancangan cross sectional, di IGD FKUI-RSCM tahun 2013-2014. Kelompok diteliti adalah janin yang mengalami hipoksia pada Ibu bersalin dengan hamil cukup bulan (37-40 minggu), kehamilan tunggal hidup intra uterin, dengan kontrol janin yang tidak mengalami hipoksia. Dilakukan pengambilan darah tali pusat masing-masing Ibu pada kedua kelompok, dengan cara semiclosed system. Kemudian dilakukan dua jenis proses, yaitu volume reduction dan red blood cells depletion. Pemeriksaan kandungan sel punca CD34+ dilakukan di Laboratorium Terpadu FKUI.
Hasil: Didapatkan 17 janin dengan hipoksia dan 17 janin tanpa hipoksia. Didapatkan perbedaan bermakna antara jumlah CD34 dengan hipoksia janin (31.77 sel/uL vs 13.65 sel/uL, p = 0.037). Tidak didapatkan korelasi antara jumlah sel punca dengan derajat hipoksianya (p = 0.153, r = -0.362).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah sel punca janin yang mengalami hipoksia dengan janin yang tidak mengalami hipoksia.

Background: Hypoxia was estimated to trigger tissue injury and release signals which could cause stem cells mobilization. There was still no other study about relationship between fetal hypoxic condition and increasing number of umbilical cord?s stem cells by counting pH and APGAR score.
Aim: To find out the relationship between fetal hypoxic condition and umbilical cord?s stem cells.
Method: This was an observational study using cross sectional design. It was held at the Emergency Room of FMUI-RSCM between the year of 2013 and 2014. Studied group consist of hypoxic fetus in labour woman with aterm pregnancy (37-40 weeks), singleton-viable intrauterine pregnancy and not hypoxic fetal control. Umbilical cord blood collecting within both groups used the semiclosed system. And then we done the volume reduction and red blood cells depletion. The examination of CD34+ stem cell was held at Integrated Laboratory of FMUI.
Result: We found 17 fetus with hypoxia and 17 others without hypoxia. There are significant differences between CD34 with hypoxic fetus (31.77 cells/uL vs 13.65 cells/uL, p = 0.037). There is no correlation between stem cells and hypoxic grading condition (p = 0.153, r = -0.362).
Conclusion: There is significant difference between the number of stem cells in hypoxic fetus and not hypoxic fetus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Fitriana Sholikhah
"Latar Belakang: Sel punca hematopoietik perlu dikultur guna memperbanyak sel untuk kepentingan transplantasi sumsum tulang. Diperlukan medium kultur dengan serum yang berasal dari manusia. Akan tetapi, belum ada penelitian mengenai subtitusi suplementasi medium kultur dengan kombinasi Platelet-rich Plasma (PRP) dan Human Serum Albumin (HSA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium kultur terhadap proliferasi dan kepuncaan sel punca hematopoietik.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vitro. Sampel yang digunakan adalah sel CD34+ yang diisolasi dari darah tali pusat. Sel dikultur dengan pengulangan dua kali menggunakan medium komplit serta penambahan suplementasi kontrol berupa serum darah tali pusat dan perlakuan berupa beberapa kombinasi PRP dan HSA. Pemeriksaan FACS dan perhitungan sel dilakukan pada hari ke-0 dan 7, morfologi diamati di hari ke-1, 3, 5, dan 7. Pewarnaan giemsa dilakukan di hari ke-7 untuk melihat perubahan morfologi sel.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan penurunan jumlah sel di hari ke-7 bila dibandingkan dengan jumlah sel pada hari ke-0. Hal ini terjadi pada seluruh kelompok dengan penurunan paling rendah terjadi pada suplementasi PRP 15% + HSA 5%, yaitu sebanyak 15%. Hasil flow cytometry menunjukkan penurunan persentase sel CD34+ pasca kultur 7 hari yang terjadi pada semua kelompok. Penurunan paling rendah terjadi pada suplementasi PRP 15% + HSA 3%, yaitu sebesar 69,5%. Hasil pewarnaan giemsa menunjukkan ditemukannya sel yang terwarna dan memiliki morfologi menyerupai metarubrisit.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, kombinasi PRP dan HSA pada kultur sel punca hematopoietic tidak meningkatkan proliferasi dan ekspresi sel CD34+. Suplementasi PRP 15% + HSA 5% pada medium kultur sel menunjukkan efek paling baik terhadap jumlah sel dan ekspresi CD34+ dibandingkan kelompok lain. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme yang mendasarinya.
Background: Hematopoietic stem cells need to be cultured to multiply cells for bone marrow transplantation purposes. A culture medium with human-derived serum is required. However, there has been no study on the substitution of culture medium supplementation with Platelet-rich Plasma (PRP) and Human Serum Albumin (HAS) combination.
Objective: This study aims to observe the effect of PRP and HSA combination as a culture medium supplementation on the proliferation and stemness of hematopoietic stem cells.
Methods: This study uses an in vitro experimental design. The sample used was CD34+ cells isolated from umbilical cord blood. Cells were cultured with two repetitions using complete medium and the addition of control supplementation in the form of cord blood serum and treatment in the form of several combinations of PRP and HSA. FACS examination and cell count were carried out on days 0 and 7, morphology was observed on days 1, 3, 5, and 7. Giemsa staining was done on the 7th day to see the change of cell morphology.
Result: The results showed a decrease in the number of cells on day 7 compared to the number of cells on day 0. This occurred in all groups with the lowest decrease occurring at 15% PRP supplementation + 5% HSA, which was as much as 15%. The flow cytometry results showed a decrease in the percentage of CD34 + cells after 7 days of culture that occurred in all groups. The lowest decrease occurred at 15% PRP supplementation + 3% HSA, which was 69.5%. Giemsa staining results show the discovery of cells that are colored and have a metarubrisite-like morphology.
Conclusion: In this study, the combination of PRP and HSA in hematopoietic stem cell culture does not increase proliferation and expression of CD34+. PRP 15% + HSA 5% supplementation showed the best effect on cell count and CD34+ expression compared to other groups. Hence, further research is needed to find out the underlying mechanism."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyunia Likhayati Septiana
"ABSTRAK
Penggunaan sel punca sebagai anti fibrosis hati cukup menjanjikan. Sel punca CD34 asal darah tali pusat sudah banyak digunakan dalam studi anti fibrosis hati. Penelitian ini menjelaskan efek ko-kultur antara sel stelata hepatik HSC LX-2 dan sel punca CD34 asal darah tali pusat dalam morfologi sel dan ekspresi TGF-?, tenascin-C dan kolagen tipe 1A1. Metode : Sel CD34 diisolasi dari sel darah tali pusat manusia yang dikriopreservasi menggunakan separasi magnet. Sel HSC LX-2 dikultur sebagai kontrol monokultur. Sebagian dipanen dan dihitung untuk dilakukan ko-kultur dengan sel CD34 dalam rasio 1:1. Ko-kultur CD34 dan LX-2 dilakukan dengan metode kultur konvensional 2D dan 3D hanging drop. Hasil monokultur dan ko-kultur dipanen pada hari ke1, 2 dan 3 dan dilakukan pewarnaan imunositokimia tenascin-C ekstraksi RNA untuk analisis kuantitatif dengan real time PCR ekspresi TGF-? dan kolagen tipe 1A1.Hasil : Hasil menunjukkan perbedaan morfologi ko-kultur 2D dan 3D hanging drop dibandingkan kontrol monokultur. Pada ko-kultur 2D terdapat mikromassa, sedangkan pada monokultur 2D tidak ada mikromassa yang terbentuk. Pada ko-kultur 3D hanging drop, terdapat spheroid yang lebih kecil hambatan pembentukan spheroid dibandingkan monokultur 3D hanging drop. Sel CD34 memiliki efek direk terhadap aktivitas sinyal sel stelata hepatik dengan adanya kecenderungan penurunan ekspresi TGF-?. Analisis imunositokimia tenascin-C dalam mikromassa dan spheroid masih perlu dioptimasi. Ko-kultur 2D dan 3D hanging drop method sel punca CD34 asal darah tali pusat dan sel stelata hepatik memiliki efek terhadap penurunan ekspresi kolagen tipe 1A1.Kesimpulan : Sel punca CD34 asal darah tali pusat memiliki efek direk terhadap morfologi sel, inhibisi aktivitas sel stelata hepatik LX-2 yang ditandai dengan penurunan ekspresi TGF-beta dan inhibisi deposisi matriks ekstrasel yang ditandai penurunan ekspresi kolagen tipe 1A1.Kata kunci: sel punca asal darah tali pusat CD34 , sel stelata hepatik, liver fibrosis, TGF-beta, tenascin-C, kolagen 1A1.

ABSTRACT
Background The development of stem cell therapy antifibrotik placing as one of the promising therapy. Umbilical cord blood CD34 stem cells has been widely used in the study antifibrosis. This study describes the effect of co culture between hepatic stellate cells HSC LX 2 and umbilical cord blood CD34 stem cells on cell morphology and expression of TGF , tenascin C and collagen type 1A1.Method CD34 cells were isolated from thawed cryopreserved human umbilical cord blood cells using magnetic separation. LX 2 cells culture were harvested and counted. CD34 and LX 2 cells were mixed in suspension with 1 1 ratio v v . Cell suspension divided into 2 sets 2D co culture plated in standard well plate and 3D co culture as hanging drops. LX 2 monoculture, CD34 dan LX 2 coculture were harvested on day 1, 2 and 3 as sample for further analysis. Tenascin C expression was analysed by imunocytochemistry techniques. TGF Beta and collagen type 1A1 expression was analysed by qPCR.Result The result showed different morphology between co culture and monoculture on 2D and 3D hanging drop. The 2D co culture showed micromass formation, instead of no micromass formation on monoculture. The 3D hanging drop showed smaller spheroid formation spheroid formation inhibition compared with monoculture. CD34 cells showed direct effect on hepatic stellate cell signalling activity represented by the decrease in TGF beta expression, inhibition of extracellular matrix deposition represented by a decrease in Collagen type 1A1 expression.Conclusion UCB CD34 cells showed direct effect on cell morphology, inhibition of hepatic stellate cell LX 2 activity represented by a decrease in TGF beta expression, inhibition of extracellular matrix deposition represented by a decrease in collagen type 1A1 expression. "
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosafat Lambang Prasetyadi
"ABSTRAK
Terapi regeneratif menggunakan sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ merupakan potensi modalitas yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah penyakit hematologi yang sulit disembuhkan. Namun, kultur in vitro SPH saat ini belum optimal karena adanya reaksi penolakan dari penerima sel hasil kultur tersebut. Fetal bovine serum (FBS) sebagai suplemen medium yang umum digunakan dalam kultur SPH merupakan xeno-protein yang dapat memicu reaksi imun dari penerima prosedur terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara penggunaan FBS dengan platelet rich plasma (PRP) yang berasal dari sumber manusia terhadap proliferasi dan kepuncaan SPH CD34+. Penelitian eksperimental dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain, perhitungan jumlah sel dengan metode eksklusi tryphan biru, kepuncaan SPH CD34+ dengan menggunakan flow cytometry, serta diferenisasi sel yang dinilai dengan pengamatan sel pada pewarnaan giemsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi PRP 15% dapat meningkatkan proliferasi SPH CD34+. Analisis flow cytometry menunjukkan bahwa suplementasi PRP kurang mempertahankan kepuncaan SPH CD34+ dengan penurunan kemurnian CD34+ sebesar 31,7%; 31,7%; 21,7% pada kadar suplementasi PRP 5%, 10%, dan 15%. Gambaran sel mononuklear yang ditemukan pada pewarnaan Giemsa menunjukkan bahwa terjadi diferensiasi sel hematopoietik menjadi sel yang lebih spesifik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PRP 15% merupakan suplementasi yang yang terbaik dalam memicu proliferasi SPH diantara berbagai konsentrasi yang diuji dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Regenerative therapy using CD34+ hematopoietic stem cells (HSC) is a potential modality to overcome hematological diseases that are difficult to cure. However, the current in vitro CD34+ culture is not optimal because of the immunological rejection from the recipient. Fetal bovine serum (FBS) as a medium supplement, which commonly used in HSC culture, is a xeno-protein that can trigger an immune reaction from the recipient of a therapeutic procedure. This study aimed to compare the use of FBS with PRP, which originating from the human sources on the proliferation and the stemness of CD34+ HSC. Experimental research was carried out by measuring several parameters, namely the calculation of the number of cells with the blue trypan exclusion method, the stemness of CD34+ HSC using cytometric flow, and cell differentiation which was assessed by observing cells in Giemsa staining. The results showed that 15% of PRP supplementation could increase the proliferation of CD34+. Flow cytometry analysis showed that each dose of PRP supplementation did not maintain the CD34+ SPH function with CD34+ purity reduction of 31.7%; 31.7%; 21.7% in sequence of PRP5%, 10%, and 15% supplementation. The mononuclear cells which were found in Giemsa staining showed that HSC differentiation occurs into more specific cells. Therefore, it can be concluded that 15% PRP is the best supplement concentration of in SPH proliferation in this experiment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hening Rahayatri
"Sirosis dekompensata pada anak merupakan indikasi utama transplantasi hati. Mayoritas pasien yang menunggu transplantasi hati memiliki masalah malnutrisi dan infeksi yang berhubungan dengan prognosis buruk, sehingga dibutuhkan terapi antara untuk memperbaiki kondisi pasien sebelum transplantasi hati. Skor pediatric end-stage liver disease (PELD) adalah sistem penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas transplantasi hati. Semakin tinggi nilainya, semakin buruk kondisi pasien. Terapi granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) telah memberikan hasil yang menjanjikan pada pasien sirosis dewasa, namun penelitian pada sirosis dekompensata anak belum pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh G-CSF terhadap skor PELD dan status nutrisi. Juga dinilai pengaruh terapi G-CSF terhadap neutrofil, CD34+, sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi, hepatocyte growth factor (HGF), biomarker fungsi hati, adverse event dan kesintasan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019–Februari 2022 di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), bersifat uji acak terkontrol open-label. Subjek adalah pasien anak dengan usia antara 3 bulan hingga 12 tahun dengan diagnosis sirosis dekompensata yang dibagi dalam kelompok intervensi (n = 26) dan kelompok kontrol (n = 24). Subjek pada kelompok intervensi diberikan 12 kali injeksi subkutan G-CSF (5 µg/kg/hari) serta terapi standar sirosis, dan pada kelompok kontrol hanya diberikan terapi standar sirosis.
Tidak terdapat penurunan skor PELD yang bermakna setelah pemberian G-CSF. Terdapat perubahan bermakna pada kadar neutrofil dan leukosit (uji ANOVA, p < 0,001, untuk kedua parameter). Terdapat tanda mobilisasi sel punca yang dilihat dari peningkatan kadar CD34+, namun hasilnya tidak bermakna. Pemberian G-CSF secara bermakna menurunkan kadar tumor necrosis factor (TNF)-α (uji ANOVA, p = 0,001), dan meningkatkan interleukin (IL)-10 dan HGF (uji ANOVA, p = 0,003 untuk kedua parameter) yang menunjukkan bahwa imunitas bawaan dan regenerasi hati subjek dapat diperbaiki. Tidak ada perbedaan bermakna antara lingkar lengan atas (LILA) dan triceps skinfold thickness (TST) berdasarkan z-score setelah pemberian G-CSF. Kadar alanine aminotransferase (ALT) menurun secara bermakna pada kelompok intervensi (uji ANOVA, p = 0,038). Subjek yang mengalami kejadian infeksi lebih rendah pada kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol (uji eksak Fisher, p = 0.04).

Decompensated cirrhosis in children is the main indication of liver transplantation. The majority of patients awaiting liver transplantation have malnutrition and infection problems that are associated with poor prognosis, thus requiring a bridging therapy to treat these conditions prior to liver transplantation. Pediatric end-stage liver disease (PELD) score is a scoring system used to determine liver transplantation priority, higher scores indicates a worse prognosis. Granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) therapy has shown promising results in adult liver cirrhosis. Our study aimed to investigate the effect of G-CSF on pediatric end-stage liver disease (PELD) scores and nutritional status in pediatric liver cirrhosis. The study also investigated the effects of G-CSF on neutrophils, CD34+ cells, pro-inflammatory and anti-inflammatory cytokines, hepatocyte growth factor (HGF), liver function markers, adverse events, and survival.
This study was conducted on September 2019–February 2022 at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM). This was an open-label, randomized controlled trial (RCT) including subjects between 3 months and 12 years of age with decompensated cirrhosis. The subjects were divided into intervention group (n = 26) and control (n = 24). Subjects from the intervention group received 12 courses of subcutaneous injection of G-CSF (5 μg/kg/day) plus standard medical treatment (SMT) for liver cirrhosis, while the control received SMT.
Our study did not identify a significant difference in PELD scores between the intervention and control groups after 3 months of G-CSF treatment. Leucocyte and neutrophil counts showed significant differences between the intervention and control groups (ANOVA test, p > 0.001, for both). There was evidence of stem cell mobilization based on increased CD34+ cells in the intervention group; however, the results were not significant. G-CSF administration significantly decreased TNF-α (ANOVA test, p = 0,001), and significantly increased IL-10 and HGF (ANOVA test, p = 0,0003, respectively) indicating improvement in subjects’ immunity. There was no significant difference in nutritional status according to mid-upper arm circumference (MUAC) and triceps skinfold thickness (TST) based on the z-scores. Alanine aminotransferase (ALT) levels significantly decreased in the intervention group (ANOVA test, p = 0,038). Subjects in the intervention group experienced fewer infection events, with a significant difference in the occurrence of sepsis in the intervention group compared to the control (Fisher’s exact test, p = 0.04).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Rizka Anjani
"Xenoprotein yang terkandung dalam medium ekspansi standar yang digunakan untuk kultur sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ berisiko menyebabkan graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok SPH CD34+. Diperlukan suplementasi medium ekspansi xeno-free untuk menurunkan risiko graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok. Suplementasi medium kultur ekspansi menggunakan platelet-rich plasma (PRP) dan human serum albumin (HSA) yang keduanya berasal dari manusia diharapkan dapat menggantikan suplementasi xenoprotein dalam kultur. Platelet-rich plasma diketahui mampu meningkatkan laju proliferasi sel punca, sementara human serum albumin mampu mempertahankan kepuncaan sel punca lebih baik dari fetal bovine serum. Kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium ekspansi diharapkan mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan SPH CD34+. Pengaruh kombinasi PRP dan HSA, rasio optimal persentase gradien suplementasi PRP dan HSA, serta durasi optimal kultur yang mampu mendukung proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+ perlu diketahui. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi trypan blue untuk melihat kemampuan medium uji dalam mendukung proliferasi. Fenotipe SPH CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry untuk mengetahui kemampuan medium uji dalam mempertahankan kepuncaan. Kombinasi suplementasi PRP dan HSA mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan hingga hari ke-7. Persentase gradien PRP : HSA terbaik merupakan 3 : 2 berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+. Kombinasi PRP dan HSA memiliki efek positif terhadap kultur SPH CD34+

Xenoprotein contained in CD34+ hematopoietic stem cell standard culture expansion medium has the risk of causing graft-versus-host disease (GVHD) in recipient of CD34+ HSC graft. Xeno-free supplementation in expansion medium is required to reduce the risk of GVHD in graft recipient. Supplementation of expansion medium using platelet-rich plasma (PRP) and human serum albumin (HSA), both originate from humans, hopefully has the ability to replace xenoprotein supplementation in culture. Platelet-rich plasma is known to increase the rate of stem cell proliferation, while human serum albumin is able to maintain stem cell’s stemness better than fetal bovine serum. The combination of PRP and HSA as expansion medium supplementation is expected to increase proliferation and maintain the stemness of CD34+ HSC. The effect of PRP and HAS combination, the optimal ratio of the percentage gradient of PRP and HSA supplementation, as well as the optimal duration of culture that can support proliferation and maintain CD34+ HSC stemness are to be studied. Live cells were counted using the trypan blue exclusion method to see the ability of the test medium to support proliferation. CD34+ HSC phenotype was analyzed using flow cytometry to determine the ability of test medium to maintain stemness. Combination of PRP and HSA supplementation are able to increase proliferation and maintain peaks until the 7th day. The best PRP : HSA gradient percentage is 3 : 2 based on its ability to increase proliferation and maintain SPH CD34+ stem properties. PRP and HSA combination has positive effects on CD34+ HSC culture."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library