Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Jamal
"Multimodal analgesia adalah rekomendasi teknik manajemen nyeri akut pascaseksio sesarea. Teknik yang paling sering dipakai adalah dengan menggunakan analgesik intravena diikuti dengan penggunaan analgesik oral. Analgesik oral dalam teknik multimodal analgesia untuk manajemen nyeri pascaseksio sesarea masih belum dikaji lebih jauh. Penelitian ini menggunakan metode uji klinis prospektif acak tersamar ganda pada 58 pasien yang menjalani operasi seksio sesarea dengan anestesi spinal. Pasien dibagi menjadi dua kelompok sama besar untuk penanganan nyeri pascabedah. Kelompok O sebanyak 29 orang diberikan oksikodon controlled release 10 mg oral setiap 12 jam dan parasetamol 1000 mg oral setiap 8 jam sedangkan kelompok T sebanyak 29 orang diberikan terapi tramadol 50 mg oral tiap 6 jam dan parasetamol 1000 mg oral tiap 8 jam. Penilaian nyeri pascabedah menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) dalam posisi dan interval waktu yang berbeda yaitu jam ke-1, 6, 12, 18 dan 24 pascapemberian obat pertama. Seluruh sampel menyelesaikan penelitian dan didapatkan tidak ada perbedaan secara karakteristik antar kelompok. Oksikodon controlled release 10 mg dan parasetamol 1000 mg lebih efektif dibandingkan tramadol 50 mg dan parasetamol 1000 mg dalam mengatasi nyeri pascaseksio sesarea dengan NRS kelompok O lebih rendah signifikan dibandingkan kelompok T pada tiap posisi pengukuran.

Multimodal analgesia is recommended technique for pain management after cesarean section. The most commonly used technique is by using intravenous analgesics, followed by oral analgesics. However, the use of oral analgesics in multimodal analgesia techniques has not been extensively studied for managing pain after C-Section. This study is a double-blind randomized clinical trial on 58 patients undergoing cesarean section under spinal anesthesia. The sample was divided into two equal groups, each consisting of 29 patients, for the treatment of postoperative pain. Group O was given 10 mg oral controlled-release oxycodone 12-hourly and 1000 mg oral paracetamol 8-hourly, while Group T was given 50 mg oral tramadol 6-hourly and 1000 mg oral paracetamol 8-hourly. The postoperative pain was assessed using Numerical Rating Scale (NRS) at different positions and time intervals; 1, 6, 12, 18 and 24 hours after analgesic administration. The study showed no differences in the characteristics of these two groups. At every measurement on each different position, Analgesics given on group O was more effective in relieving after cesarean pain than group T with significantly lower NRS score (p<0.001). The combination of 10 mg oral oxydocone and 1000 mg oral paracetamol was significantly more effective in relieving pain after cesarean delivery, compared with the combination of 50 mg oral tramadol and 1000 mg oral paracetamol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sona Setiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persalinan operasi sesar pada pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit X menurut faktor risiko yang mendorong terjadinya persalinan operasi sesar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Pendekatan secara kuantitatif menggunakan data sekunder yang didapatkan dari data rekam medis persalinan pada pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit X, jumlah sampel sebanyak 240 responden. Faktor risiko pada ibu hamil meliputi umur ibu berisiko (< 21 tahun dan > 35 tahun) sebesar 28,8%, tinggi badan ibu berisiko (≤ 145 cm) sebesar 5,4%, jarak kehamilan berisiko (≤ 24 bulan) sebesar 25,4%, paritas yang berisiko (> 3 persalinan) sebesar 5%, graviditas yang berisiko (> 3 persalinan) sebesar 20,4%, proporsi ibu memiliki riwayat kegagalan kehamilan 22,9%, dan proporsi ibu memiliki riwayat operasi sesar sebesar 51,7%. Faktor risiko pada janin meliputi berat badan bayi berisiko (< 2500 dan > 4000 gram) sebesar 11,7%, proporsi denyut jantung janin tidak normal (< 120 dan > 160 kali/menit) sebesar 3,8%, umur kehamilan berisiko (< 37 dan ≥ 42 minggu) sebesar 5%, letak janin kondisi sungsang sebesar 5,8% dan kondisi lintang sebesar 2,9%. Kemudian, pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit X yang memiliki faktor komplikasi obstetri 42,9%.

This study aims to determine the description of cesarean delivery in BPJS Health patients at Hospital X according to the risk factors that encourage cesarean delivery. This research uses quantitative research with cross sectional method. The quantitative approach uses secondary data obtained from medical records of childbirth in BPJS Health patients at Hospital X, the number of samples is 240 respondents. Risk factors for pregnant women include the age of the mother at risk (< 21 years and > 35 years) of 28.8%, the height of the mother at risk (≤ 145 cm) of 5.4%, the distance between pregnancy at risk (≤ 24 months) of 25, 4%, parity at risk (> 3 deliveries) by 5%, gravidity at risk (> 3 deliveries) by 20.4%, proportion of mothers having a history of pregnancy failure 22.9%, and proportion of mothers having a history of cesarean section 51, 7%. Risk factors for the fetus include at-risk baby weight (< 2500 and > 4000 grams) of 11.7%, proportion of abnormal fetal heart rate (< 120 and > 160 beats/minute) of 3.8%, gestational age at risk (< 37 and 42 weeks) by 5%, the position of the fetus in the breech condition by 5.8% and the latitude by 2.9%. Then, BPJS Health patients at Hospital X who have obstetric complications factors are 42.9%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rispah Sulistianingsih
"Latar Belakang: Angka penggunaan metode sesar pada persalinan di Indonesia semakin meningkat bahkan melebihi target yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun diduga berkontribusi terhadap tingginya angka komplikasi kehamila atau persalinan yang merupakan indikasi dilakukannya persalinan sesar.
Tujuan : Mengetahui hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dengan penggunaan metode sesar pada persalinan di Indonesia.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sumber data penelitian yaitu data sekunder SDKI 2017. Variabel yang diteliti yaitu metode persalinan sebagai variabel dependen, variabel independen utama yaitu tenaga pemeriksa kehamilan, dan variabel kovariat meliputi, faktor sosiodemografi, riwayat kehamilan dan riwayat persalinan ibu. Analisis menggunakan regresi logistik dengan software SPSS 21.
Hasil: Dari 14.646 WUS, 3,9% memeriksakan kehamilan pada dukun, 30,7% pada dokter ahli kandungan dan 65,7% oleh bidan/dokterumum/perawat. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya interaksi antara tenaga pemeriksa kehamilan dengan komplikasi persalinan. Jika dibandingkan dengan wanita yang memeriksakan kehamilan pada bidan/dokter umum/perawat dan tidak mengalami komplikasi persalinan maka, Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kandungan dan mengalami komplikasi persalinan berpeluang 0,73 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kandungan dan tidak mengalami komplikasi persalinan berpeluang 2,95 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dukun dan mengalami komplikasi persalinan berpeluang 1,84 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dukun dan tidak mengalami komplikasi persalinan berpeluang 0,58 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada bidan/dokter umum/perawat dan mengalami komplikasi persalinan berpeluang 1,48 kali untuk menggunakan metode sesar.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara wanita yang memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kandungan dan dukun dengan penggunaan metode sesar. Hubungan tersebut berbeda berdasakan ada tidaknya komplikasi persalinan. Oleh karena itu, promosi kesehatan terkait pentingnya pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan yang kompten perlu dilakukan. Adanya reward bagi bidan atau puskesmas jika cakupan pemeriksaan kehamilan pada teanga kesehatan mencapai 100% di wilayah kerjanya.

Background: The rate of use of the cesarean delivery method in Indonesia has increased even more than the target set by the World Health Organization (WHO). Pregnancy checks conducted by traditional birth attendants are thought to contribute to the high rates of pregnancy complications or labor, which is an indication of cesarean delivery.
Objective: to determine the relationship between pregnancy examiners and the use of cesarean delivery methods in Indonesia.
Method: This study used a cross sectional design. The source of research data is the secondary IDHS 2017 data. The variables studied were the method of labor as the dependent variable, the main independent variables were the pregnancy examiner staff, and the covariate variables included, sociodemographic factors, history of pregnancy and maternal labor history. Analysis using logistic regression with SPSS 21 software. Results: Of the 14,646 WUS, 3.9% had a check-up on a dukun, 30.7% in an obstetrician and 65.7% by a midwife / doctor / nurse / nurse. The results of the multivariate analysis showed an interaction between pregnancy examiners and labor complications. When compared with women who examined their pregnancies in midwives / general practitioners / nurses and did not experience labor complications then, women who had a pregnancy examination with obstetricians and had labor complications had a chance of 0.73 times to use the cesarean method. The woman who examined the pregnancy at the obstetrician and did not experience labor complications had a chance of 2.95 times to use the cesarean method. Women who had a pregnancy check up on a dukun and had labor complications were 1.84 times more likely to use the cesarean method. Women who examined their pregnancies in a dukun and did not experience labor complications had a 0.58 chance to use the cesarean method. Women who examined their pregnancies in midwives / general practitioners / nurses and experienced labor complications had a chance of 1.48 times to use the cesarean method. Conclusion: There was a significant relationship between women who examined the pregnancy in obstetricians and traditional birth attendants with the use of the cesarean method. The relationship is different based on the presence or absence of labor complications. Therefore, health promotion related to the importance of prenatal check- ups by a qualified health worker needs to be done. There is a reward for midwives or health centers if the coverage of prenatal care in health care reaches 100% in the work area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library