Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Friedberg, Robert D.
New York: Guilford Press, 2009
618.92 FRI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Friedrich, William N.
London: Sage, 2001
618.92 FRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Children and adolescents are vulnerable groups concerning alcohol consumption. Alcohol consumption by children and adolescents in marginal economic status area negatively influence their own selves as well as their social environment involving criminilaties...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kirsh, Steven J.
Thousand Oaks, California: Sage, 2006
302.23 KIR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sharmi Mahdi
Jakarta: AUVI Indonesia Indah, 1986
747.77 SHA r (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London : Routledge, 2001
616.852 2 ANX
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Citraningtyas
"Pendahuluan: Tenaga kesehatan mental di Indonesia perlu mendapat bekal tambahan untuk dapat menangani anak dan remaja di daerah bencana. Untuk itu, Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Hospital, Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, bekerja sama dengan Institute for Mental Health Singapura, telah menyusun modul pelatihan berjudul ?Peningkatan Kapasitas Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Daerah Bencana? (Child and Adolescent Mental Health in Disaster areas - CAMHD).
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pelatihan dengan modul tersebut dalam meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mental (psikiater, dokter, psikolog, pekerja sosial, dan perawat) serta pandangan peserta tentang modul dan pelatihan.
Metode: Penelitian tindakan (action research) dilakukan dengan metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan dari peserta penelitian dalam bentuk tes sebelum dengan sesudah pelatihan (one group pre and post-test), kuesioner data demografi, kuesioner evaluasi pelatihan, serta diskusi kelompok terarah (Focus group Discussion - FGD).
Hasil: Semua subjek (n=16) mengalami peningkatan pengetahuan, dengan perbedaan rata-rata (mean) skor pretest dan posttest yang bermakna secara statistik (p=0,001). Hal-hal penting yang diperoleh dari pelatihan mencakup antara lain pemahaman dasar, identifikasi kebutuhan, identifikasi sumber daya dan persiapan, serta alur berpikir kesehatan mental anak dan remaja di daerah bencana, deteksi dini terutama menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), formulasi kasus, dan penanganan secara komprehensif, termasuk Psychological First Aid (PFA) serta intervensi krisis. Subjek penelitian terutama menghargai pembelajaran aktif seperti studi kasus, bermain peran, diskusi, serta bertukar pengalaman antar peserta pelatihan. Pada kuesioner umpan balik, seluruh subjek penelitian menyatakan kualitas pelatihan sangat baik atau cukup. Masukan dari subjek penelitian antara lain mencakup kebutuhan untuk penyederhanaan bahasa modul, konsistensi fasilitasi, penyempurnaan bahan tayangan pelatihan, perlunya pegangan praktis untuk digunakan di lapangan, bentuk modul berjenjang menurut profesi, contoh-contoh kasus nyata, serta pelatihan yang berkelanjutan.
Simpulan: Pelatihan menggunakan modul ?Peningkatan Kapasitas Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Daerah Bencana? dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mental. Terkumpul masukan untuk perbaikan dan pengembangan modul dan pelatihan selanjutnya.

Introduction: Mental health workers need to be better equipped with more knowledge to deal with children and adolescents in disaster areas. For this reason, the Department of Psychiatry of Cipto Mangunkusumo Hospital, Division of Child and Adolescent Psychiatry, in collaboration with the Institute for Mental Health Singapore, developed the module ?Capacity Building for Child and Adolescent Mental Health in Disaster areas (CAMHD).
Objectives: To ascertain the benefits of training using the module in increasing the knowledge of mental health workers (psychiatrists, doctors, psychologists, social workers, and nurses) and the participants? views on the module and training. Methods: Action research was conducted using mixed (quantitative and qualitative) methods. Data was collected from the training participants in the form of one group pre and post tests, and questionnaires demographic data, training evaluation forms, and focus group discussions.
Results: All subjects (n=16) increased in knowledge, with a statistically significant mean difference of pretest and posttest scores (p=0.001). Important points gained through the training include basic understanding, needs assessment, resource identification and preparation, as well as thinking process in dealing with children and adolescents in disaster areas, early detection especially using Strength and Difficulties Questionnaires (SDQ), case formulation, and comprehensive management, including Psychological First Aid (PFA) and crisis intervention. In terms of training process, research subjects especially appreciated active learning processes such as case studies, role plays, discussions, and sharing of experiences among training participants. On the feedback forms, all research subjects stated the quality of training was excellent or satisfactory. Input from research subjects included the need for simplification of the language of the module, consistency of facilitation, enhancement of training presentation materials, the need for practical guides to use in the field, profession-based stepped modules, examples from actual cases, and further training.
Conclusion: Training using this ?Capacity Building for Child and Adolescent Mental Health in Disaster areas? module can increase the knowledge of mental health workers. Input was collectedto enhance and develop further modules and training.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Adiwidjaja
"Defisiensi besi adalah defisiensi mikronutrien yang paling sering ditemui. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi dan gangguan kognitif, terutama pada anak usia sekolah, yang ireversibel. Diagnosis defisiensi besi rumit, tidak praktis, dan mahal. Organisasi AAP merekomendasikan RET-He sebagai pemeriksaan laboratorium untuk skrining defisiensi besi. Tujuan penelitian adalah untuk mencari nilai batasan RET-He untuk skrining status besi pada anak usia 6 – 18 tahun. Studi ini merupakan studi potong lintang terhadap 207 anak sehat usia 6 - 18 tahun di Indonesia. Penelitian ini mencari nilai batasan RET-He untuk skrining status besi, kemudian dibandingkan dengan hemoglobin, mean corpuscular volume, feritin, dan saturasi transferin. Kurva ROC dikerjakan untuk menentukan nilai batasan RET-He untuk skrining status besi dengan menggunakan IBM SPSS versi 22. Pemeriksaan RET-He mendapatkan nilai batasan ≤ 30,3 pg (sensitivitas 100%, spesifisitas 19,7%, NDN 100%, NDP 5,4%) untuk skrining deplesi besi; nilai batasan RET-He ≤ 28,9 pg (sensitivitas 78,9%, spesifisitas 56,2%, NDN 92,2%, dan NDP 28,9%) untuk defisiensi besi; dan nilai batasan RET-He ≤ 27 pg (sensitivitas 75%, spesifisitas 80%, NDN 98,1%, dan NDP 18,7%) untuk anemia defisiensi besi. Peneliti menarik kesimpulan bahwa RET-He dapat digunakan sebagai parameter skrining defisiensi besi dengan nilai batasan ≤ 28,9 pg. Skrining untuk anemia defisiensi besi dapat menggunakan RET-He dengan nilai batasan ≤ 27 pg, namun harus dilakukan dengan parameter lain, seperti Hb. Pemeriksaan RET-He dengan nilai batasan ≤ 30,3 pg tidak dapat digunakan untuk skrining deplesi besi.

Iron deficiency (ID) is the most common micronutrient deficiency in the world. Left untreated, ID will lead to iron deficiency anemia (IDA) and other irreversible consequences. Screening iron deficiency is complex, impractical, and expensive. The AAP recommended RET-He as an alternative laboratory examination to screen ID. The objective is to find RET-He cut-off value to screen for iron status in healthy children, aged 6 – 18 years old. This study is a cross-sectional study of 207 children aged 6 – 18 years old in Indonesia. RET-He was compared with hemoglobin, mean corpuscular volume, ferritin to assess iron status in children. Receiver operating curve was performed to determine the optimal cut-off value for RET-He using IBM SPSS 22. Reticulocyte hemoglobin equivalent with cut-off value ≤ 30.3 pg was established to screen iron depletion (100% sensitivity, 19.7% specificity, 100% NPV, 5.4% PPV); meanwhile RET-He ≤ 28.9 pg to screen iron deficiency (78.9% sensitivity, 56.2% specificity, 92.2% NPV, 28.9% PPV); and RET-He ≤ 27 pg to screen IDA (75% sensitivity, 80% specificity, 98.1% NPV, 18.7% PPV). The researcher concluded that RET-He can be used as an iron deficiency screening parameter with a cut-off value ≤ 28.9 pg. Screening for IDA with RET-He ≤ 27 pg need to be done with other parameters, such as Hb. RET-He ≤ 30.3 pg cannot be used for iron depletion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Tuahta Syalom
"Latar belakang: GPPH merupakan neurodevelopmental disorder dengan prevalensi dan tingkat disabilitas tertinggi pada kelompok anak dan remaja. Kondisi ini umumnya ditatalaksana dengan menggunakan metilfenidat untuk meningkatkan derajat fungsionalitas pada aspek fisik, psikis, maupun sosial. Meskipun demikian, penggunaan metilfenidat secara kronis (≥1 tahun) dinilai berpotensi menimbulkan efek samping berupa peningkatan gejala ansietas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi penggunaan metilfenidat dengan tingkat ansietas pada anak dan remaja dengan GPPH di RSCM, serta variabel luar yang dapat berhubungan dengan tingkat ansietas pada subjek penelitian.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan dilakukan pada 64 anak dan remaja berusia 7 – 17 tahun dengan GPPH di RSCM (32 subjek pada masing-masing kelompok dengan durasi penggunaan metilfenidat < 1 tahun dan ≥1 tahun). Penelitian dilakukan dengan menggunakan lembar data responden yang dikonfirmasi dengan rekam medis elektronik pasien untuk mengetahui durasi penggunaan metilfenidat serta variabel luar yang dapat mempengaruhi tingkat ansietas pada subjek (jenis kelamin, tatalaksana nonfarmakologi, tingkat pendidikan, tipe GPPH, derajat keparahan GPPH) serta kuesioner tervalidasi CSAS-C yang telah dimodifikasi untuk menilai tingkat ansietas subjek. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney untuk menilai hubungan antara variabel durasi penggunaan metilfenidat dengan tingkat ansietas. Analisis hubungan antara variabel luar dengan tingkat ansietas dilakukan dengan uji Mann-Whitney (variabel jenis kelamin, variabel tatalaksana nonfarmakologi), uji Kruskal-Wallis (variabel tingkat pendidikan, variabel tipe GPPH) dan uji korelasi Spearman (variabel derajat keparahan GPPH).
Hasil: Sebagian besar subjek memiliki jenis kelamin laki-laki (78,1%) dengan median usia 10 tahun (7 – 17 tahun), rerata usia diagnosis 7 ± 3,04 tahun, tipe diagnosis GPPH-NOS (46.9%), dan mendapatkan tatalaksana nonfarmakologi berupa konseling (100%) dan psikoterapi (98,4%). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap tingkat ansietas dibandingkan dengan faktor durasi penggunaan metilfenidat menunjukkan distribusi tidak normal (p<0,05), dengan median 26 (20 – 50). Variabel luar yang berhubungan dengan tingkat ansietas pada subjek adalah tipe diagnosis GPPH (p = 0,021). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara durasi penggunaan metilfenidat dan tingkat ansietas pada subjek (p = 0,814).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan metilfenidat dengan tingkat ansietas pada anak dan remaja dengan GPPH di RSCM.

Introduction: ADHD is a neurodevelopmental disorder with the highest prevalence and disability level among children and adolescents. It is usually treated with methylphenidate to increase the degree of functionality in physical, psychological, and social aspects. However, chronic methylphenidate treatment (≥1 year) is considered to have a potential side effect of increasing anxiety levels. Therefore, this study aims to determine the association between the duration of methylphenidate treatment and anxiety levels in children and adolescents with ADHD and the associations between other extraneous variables and anxiety levels of the samples.
Method: This study used a cross-sectional design and was conducted on 64 children and adolescents aged 7-17 years old with ADHD that were treated with methylphenidate in RSCM. Equal 32 subjects were included in each group based on the duration of methylphenidate treatment (< 1 and ≥1 year of duration). This study used a respondent data sheet, confirmed with the patient’s EMR, to gain information regarding the duration of methylphenidate treatment and other extraneous variables which potentially affect anxiety levels of the samples (gender, nonpharmacological treatments, level of education, ADHD subtypes, severity of the ADHD). This study used a validated questionnaire (modified CSAS-C) to evaluate the anxiety levels of the samples. Data analysis was conducted using the Mann-Whitney test to evaluate the association between the duration of methylphenidate treatment and anxiety levels. Associations between extraneous variables and anxiety levels in samples were also analyzed using the Mann-Whitney test for gender & nonpharmacological treatments variables, Kruskal-Wallis test for the level of education & ADHD subtypes variables, and the Spearman correlation test for severity of the ADHD variable.
Result: The majority of the samples were male (78,1%) with a median age of 10 years (7 – 17), average diagnosis age of 7 ± 3,04 years, predominantly ADHD-NOS subtypes, and were majorly treated with counseling (100%) and psychotherapy (98,4%). Kolmogorov-Smirnov test for anxiety levels showed that the data is not normally distributed (p<0,05), with a median score of 26 (20 – 50). An extraneous variable that was significantly associated with anxiety levels of the samples is the ADHD subtypes (p = 0,021). The Mann-Whitney test showed no significant association between the duration of methylphenidate treatment and anxiety levels in the samples.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library