Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeyep Mulyana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai batas usia perkawinan Anak perempuan yang berimplikasi terhadap hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara perkawinan pada usia Anak dengan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yaitu praktik perkawinan anak merupakan usia dimana anak sedang dalam proses menempuh pendidikan/usia wajib belajar yang dijamin oleh Peraturan perundang-undangan, karena mayoritas kebijakan sekolah tidak akan menerima peserta didik dalam status sudah melakukan perkawinan dengan demikian anak tidak mendapatkan hak pendidikannya, oleh karena itu dengan ditolaknya uji materil terkait pendewasaan usia perkawinan anak dalam Putusan Perkara No 30-74/PUU-XII/2014 maka batas minimal usia perkawinan untuk perempuan tetap 16 Tahun dan tetap adanya pengaturan mengenai dispensasi untuk melakukan perkawinan dibawah usia 16 Tahun, dengan masih berlakunya ketentuan dimaksud, maka secara otomatis perkawinan pada usia anak tetap banyak dilakukan di masyarakat yang hal tersebut jelas berdampak dan berimplikasi juga terabaikannya hak anak untuk mendapatkan pendidikan
Dalam penelitian ini menyarankan perubahan terhadap ketentuan pengaturan dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan serta Perlu adanya suatu kebijakan dari pemerintah yang mengatur bahwa setiap anak terlepas dari statusnya dia sudah menikah atau apapun itu tetap berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena pendidikan merupakan hak setiap anak yang wajib dipenuhi oleh Negara dan tentunya memperkuat sosialisasi dan penguatan kepada masyarakat secara masif sehingga terjadi dukungan tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang akan mendukung dan memberi pemahaman kepada orang tua tentang dampak negatif melakukan perkawinan pada usia anak di daerah mereka masing-masing

ABSTRACT
The research showed that there is a relations between marriage at age Children with the right of children to education is the practice of child marriage is the age at which a child is in the process of education / compulsory school age are guaranteed by legislation, because the majority of the school's policy will not accept learners in marital status have done so children do not get the right education, therefore a refusal of judicial review related to the maturation of the marriage age children in the Decision on Case No. 30-74 / PUU-XII / 2014, the minimum age of marriage for women remain 16 Years and keep their arrangements regarding dispensation to perform marriages under the age of 16 years, with still stipulation in question, it is automatically age marriage still plenty to do in the community that it clearly had an effect and implication also the neglect of the rights of children to education
This study suggests amendments to arrangements in Article 7 Paragraph (1) of Law No. 1 of 1974 on the marriage as well as a need for a policy of the government which provides that every child regardless of he's married or no it still has the right to get an education, because education is the right of every child that must be met by the State and certainly strengthen the dissemination and reinforcement to the public on a massive scale, causing the support of traditional leaders, religious leaders and community leaders who will support and understanding to parents about the negative effects do age marriage in their respective areas."
2016
T46101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqilatul Layyinah
"Penelitian ini membahas penerapan sistem attachment pada anak 2-3 tahun melalui gawai. Studi ini dilakukan pada keluarga ibu bekerja di Perkumpulan Prakarsa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menggambarkan proses attachment yang terbangun pada anak 2-3 tahun melalui gawai, tahapan perkembangan attachment yang dilalui oleh anak 2-3 tahun, tipe attachment mereka dengan orang tuanya, dan sistem attachment yang dapat membantu terpenuhinya tugas perkembangan anak. Fenomena technoconference yang terjadi juga membuat orang tua harus beradaptasi menggunakan gawai dalam menjalin hubungan dengan anak mereka. Meskipun sistem attachment yang dibangun sudah beradaptasi dengan penggunaan gawai, tetapi orang tua yang bekerja senantiasa menjaga kualitas hubungan mereka dengan anaknya. Apabila siklus interaksi ini terjadi secara terus-menerus lalu orang tua menjawab kebutuhan anak, maka hak anak dapat terpenuhi dan sistem attachment bisa digunakan untuk membantu terpenuhinya tugas perkembangan anak sesuai dengan usia mereka. Apabila hak anak dan kebutuhan dalam menunjang tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya dapat terpenuhi maka kesejahteraan anak dapat diwujudkan. Diakhir penelitian ini disampaikan saran bagi orang tua yang bekerja......This research discuss about implementation attachment system in children aged 2-3 years through gadget. This study was conducted on the families of working mother in Perkumpulan Prakarsa. This research use a qualitative method with descriptive design. The result of this study illustrate the attachment process in children aged 2-3 years through gadget, attachment development stages that are passed by children aged 2-3 years, their attachment type with their parents, and attachment system that can fulfill the child’s development task. The technoconference phenomenon that occurs makes parents have to adapt using the gadget to establish relationships with their children. Although the attachment system has adapted to the use of gadget, parents who work always maintain the quality of their relationships by interacting with their children while at home. If this cycle of interaction occurs continously carried out by parents to answer the needs of children, then the child’s rights can be fulfilled and the attachment system can be used to fulfill the child’s development tasks. If the child’s rights and needs to support the child’s development tasks in accordance with his age can be fulfilled, the welfare of the child can be realized. In the end of this study the suggestion is made for working parents."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library