Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandra Dwi Sari
Abstrak :
Penggunaan kompor briket batubara dapat mengurangi penggunaan bahan baker minyak yang semakin mahal dan semakin sedikit. Namun banyak kendala dalam penggunaan kompor briket batubara yaitu dalam hal waktu penyalaan (ignition time). Permasalahan penyalaan briket selama ini adalah kurangnya pasokan oksigen untuk proses pembakaran awal briket. Pada awal penyalaan penetrasi oksigen eksternal ke dalam briket terhambat oleh adanya laminer boundary layer. Setelah itu briket mengalami proses devolatilisasi yaitu pelepasan zat-zat volatile melalui pori-pori ke permukaan batubara dan membentuk awan volatile matter yang menyebabkan penetrasi oksigen eksternal terhalangi. Perpindahan panas radiasi dan konveksi juga menjadi lambat dikarenakan tidak adanya suplai oksigen dari dalam briket batubara, sehingga untuk mengatasi masalah ini digunakan briket promotor yang mengandung oksidator etil asetat sebanyak 15% dari massa total briket. Untuk menghasilkan hasil yang optimum dari segi waktu penyalaan maka kompor briket batubara dirancang sedemikian rupa yang dilengkapi dengan blower, briket bawah sebagai briket pemasakan dan briket atas yang mengandung oksidator sebagai promotor penyalaan. Dengan rancangan kompor briket yang dilengkapi dengan blower di bagian bawah maka akan terjadi aliran udara secara forced updraft sehingga menjamin kecukupan penyediaan udara untuk pembakaran. Saat ini modifikasi metode konvensional dilakukan dengan menciptakan turbulensi pada aliran udara pembakaran yang dialirkan ke arah briket. Tujuannya adalah untuk membuat aliran turbulen pada boundary layer yang biasanya terbentuk pada permukaan briket. Pengontrolan turbulensi pada pembakaran batubara umumnya dilakukan dengan mengalirkan udara menggunakan blower ke arah briket. Hal ini dilakukan untuk memecah awan volatile di permukaan batubara dan mempenetrasikan udara sekunder tersebut masuk ke dalam briket. Penggunaan variasi kecepatan superfisial udara pembakaran pada penelitian ini yaitu sebesar 1,9 - 0,6 m/s, sehingga akan diketahui laju alir yang optimum untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna dan diperoleh waktu penyalaan yang singkat. Pada penelitian ini juga akan dilakukan variasi tinggi chimney dengan menggunakan laju alir yang optimum yang diperoleh dari variasi kecepatan superficial udara pembakaran.
Usage of coal briquette stove can lessen fuel consumption of oil that is increasingly expensive and increasingly a few. But many constraints in usage of coal briquette stove that is in the case of ignition time. Ignition time problems of briquette until now is lack of supply oxygen to process initial combustion of briquette. In the early of ignition of penetration of oxygen eksternal into briquette pursued by existence of laminer boundary layer. Then briquette experiences devolatilisation process that is release of volatile matters through pore to surface of coal and forms volatile cloud matter causing penetration of oxygen eksternal is hindered. Radiation heat transfer and convection also becomes is slow because of inexistence of oxygen supply from within coal briquette, so that to overcome this problem applied promotor briquette containing oksidator ethyl acetate counted 15% from briquette total mass. To yield optimum result from the angle of ignition time hence coal briquette stove is designed in such a manner equiped with blower, briquette under as cooking briquette and briquette to containing oksidator as promotor. With briquette stove planning equiped with blower in underside hence there will be air current in forced updraft causing guarantees supply sufficiency of air for combustion. Now modification of conventional method is done by creating turbulent at combustion air current poured into by direction of briquette. The purpose is to make turbulent flow at boundary layer usually formed at briquette surface. Controller turbulent at coal firing generally is done by flowing air to apply blower towards briquette. This thing done to break volatile cloud on the surface of coal and penetration of the secondary air comes into briquette. Usage various speed of combustion air superficially at this research that is 1,9 - 0,6 m/s, so that will be known optimum rate of flow to get perfect combustion and obtained brief ignition time. At this research also will be done various height chimney by using optimum rate of flow obtained from various speed of combustion air superficially.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49613
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Sumarni
Abstrak :
Penggunaan kompor briket batubara saat ini memiliki kelemahan diantaranya emisi CO yang tinggi, lamanya waktu penyalaan, dan ketidakpraktisan dalam pemadaman. Permasalahan pertama membutuhkan penanganan khusus karena emisi CO yang mencapai lebih dari 100 ppm tidak sehat bagi pengguna kompor briket batubara apabila terpapar dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan emisi CO yang rendah dengan menggunakan hood. Hood yang berada di atas kompor briket bersama dengan blower pada bagian bawah kompor akan menciptakan vortex dibawah hood dan memperpanjang waktu tinggal sehingga dapat membentuk CO2 dari sisa CO pada flue gas. Parameter yang divariasikan adalah kecepatan superfisial udara, kedalaman chimney dan diameter lubang hood. Kecepatan superfisial yang divariasikan adalah 0.6, 1.2 and 1.8 m/sec, jenis hood yang digunakan adalah open hood dan blind hood dengan diameter lubang 6 cm, dan kedalaman chimney yang digunakan adalah 15 cm. Penelitian ini memberikan kesimpulan pada kedalaman chimney optimum 15 cm dan kompor dengan blind hood lebih baik dalam menghasilkan emisi CO yang rendah.
The utilisation of coal briquette stove undergoes some constraints such as high CO emission, long ignition time, and unpractical extinguishment. The first constraint requires urgent treatment because high emission which reaches more than 100 ppm for long exposure is not healthy for the coal briquette stove users. This experiment aimed to produce low CO emissions by using the hood. Hood in the briquette stove with a blower at the bottom of the stove will create a vortex beneath the hood and extend the residence time to form CO2 from from the remaining CO in the flue gas. On this research, the values of superficial velocity and chimney depth were varied. The superficial velocity is varied at 0.6, 1.2 and 1.8 m/sec, and using blind hood and open hood, while the chimney depth 15 cm from the top of the stove. The research gives conclusions that the optimum chimney depth is 15 cm and the stove with blind hood is preferable to produce low CO emission.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Rusmalasari
Abstrak :
Batubara merupakan sumber daya energi tak terbarukan yang ketersediaanya di Indonesia cukup melimpah, tetapi pemanfaatanya belum optimal. Pada penggunaan kompor briket masih ditemui kendala, yaitu dalam hal waktu penyalaan. Penelitian ini bertujuan mengurangi waktu penyalaan dari briket dengan cara mengurangi loading briket promotor untuk mengurangi biaya. Pada penelitian sebelumnya briket promotor bentuk bola dengan dimples diletakkan pada lapisan pertama, sedangkan pada penelitian ini briket promotor bentuk bola dengan dimples diletakkan pada lapisan kedua. Hal tersebut dimaksudkan agar panas yang dihasilkan tidak banyak yang hilang terbawa udara meninggalkan kompor. Pada penelitian ini dilakukan dua variasi, yaitu kecepatan forced draft dan tinggi chimney. Penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, pada chimney 5 dan 15 cm kecepatan forced draft hampir tidak berpengaruh terhadap ignition time, sedangkan pada chimney 25 cm ignition time yang dihasilkan semakin lama, dengan meningkatnya kecepatan forced draft yang digunakan. Kedua, semakin dalam chimney, ignition time yang dihasilkan semakin lama. Ketiga, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan briket promotor dengan loading 100 %, penelitian ini hanya menggunakan briket promotor dengan loading 38,5 % memperoleh waktu penyalaan lebih cepat yaitu 7,4 menit.
Coal are non-renewable energy source which reserves are abundant in Indonesia. As a energy source, the use of coal briquettes is still not practical. This experiment has a purpose to reduce the ignition time of the briquettes while reducing the loading of ignition promoting briquettes in order to reduce the cost. The experiment was carried out by placing ignition promoting briquette in the second layer of the briquette bed. As a comparison, the experiment placed the ignition promoting briquettes on the top layer. Two parameters were varied example forced draft velocity of updraft air and the depth of the stove chimney. The experiment found three result. First, experiment using chimney depths 5 and 15 cm give result that forced draft really does not influence the ignition, whereas that using chimney depth of 25 cm the higher the forced draft velocity, the longer the ignition time. Second, in terms of chimney depth effect, the deeper the chimney, the longer the ignition time. Third, in comparison to the previous experiment, this present experiment just loading of ignition promoting briquettes 38.5 % as opposed to 100 % in the previous experiment to get the faster ignition time of 7,4 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52262
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dijan Supramono
Abstrak :
Penelitian pembakaran briket batubara bertujuan untuk mempersingkat waktu penyalaan. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan btiket promotor bentuk pola yang mengandung oksigenat etil asetat yang berfungsi sebagai penyedia oksigen secara internal dalam material briket karena ketidakcukupan oksigen saat briket promotor mengalami devolatisasi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
UI-JURTEK 23:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wednesson Lawijaya
Abstrak :
Cerobong adalah struktur yang tinggi yang terdiri dari Inner Flue dan Windshield. Mekanisme penahan gempa struktur ini dapat diraih dengan memasang bantalan karet elastomer. Riset ini memperlihatkan bahwa semakin besar kapasitas leleh karet elastomer, semakin serupa responya dengan struktur berperletakkan sendi. Kapasitas leleh dan kekakuan geser yang rendah menghasilkan gaya geser dasar yang sangat rendah. Bantalan karet elastomer dapat mereduksi simpangan struktur sebesar 67.4%, Gaya geser dasar sebesar 72.16%, Tegangan elemen tulangan S22 dan S11 sebesar 75.6% dan 73.7%, tegangan elemen beton S22 dan S11 sebesar 55.7% dan 74.6%, Dengan ini tulangan baja pada struktur terhindar dari kelelehan dan mereduksi tegangan akibat gempa yang terkonsentrasi pada  daerah bawah dan 1/3 dari ketinggian struktur. ......Chimney is a tall tubular structure consisting inner flue and windshield. Its earthquake resistance mechanism can be achieved by installing rubber isolator, such as, the elastomeric rubber bearing. This research shows the higher the yield capacity of the rubber isolator the more resemblance its response with pin supported structure. Lower yield capacity and shear stiffness produces the lowest base shear. Elastomeric rubber bearing can reduce structure drift up to 67.4%, base shear up to 72.16%, bar element S22 and S11 stresses up to 75.6% and 73.7%, concrete element S22 and S11 stresses up to 55.7% and 74.6% respectively. Thus, preventing reinforcing bar from yielding and reduces the overall earthquake induced stresses that is concentrated around the bottom and 1/3 of its elevation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garlan Ramadhan
Abstrak :
Chimney merupakan struktur tubular yang terdiri dari windshield (struktur beton) dan inner flue (struktur baja). Karena bentuknya yang tinggi dan langsing, chimney sangat rentan terhadap beban lateral. Tantangannya adalah bagaimana mendesain chimney yang tidak memakan biaya besar, namun tetap efektif dalam menahan gaya gempa. Penggunaan elastomeric rubber sebagai sambungan antara kedua struktur tubular diharapkan mampu mereduksi respon seismik struktur dengan menggeser periode getar alami sehingga semakin menjauhi periode predominan gempa. Hasil studi menunjukkan penggunaan elastomeric rubber dengan kekakuan 6 KN/mm memberikan respon seismik yang paling baik. Namun kekakuan yang lebih kecil dan perubahan orientasi letak peredam perlu dilakukan untuk mendapatkan respon seismik struktur yang lebih baik lagi.
Chimney is a tubular structure consisting of windshield (concrete structure) and inner flue (steel structure). Because of its tall and slender figure, chimney highly vulnerable to lateral loads. The challenge is how to design chimney that is not costly, but still effective in resisting earthquake forces. The use of elastomeric rubber as the connection between the two tubular structure is expected to reduce the seismic response of structures by shifting the natural vibration period and make it further from the predominant period of earthquake. The study shows the use of elastomeric rubber with stiffness 6 KN/mm provided the best seismic response. However, smaller rubbers stiffness and the change of dampers location needs to be done to obtain the better seismic response of structure.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50580
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sapur Muhammad Nasir
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pengurangan emisi CO yang dihasilkan dari pembakaran pada kompor briket batubara. Metode yang digunakan adalah dengan penggunaan hood. Jenis hood yang digunakan adalah hood 6 cm dan hood 8 cm, dimana hood ini dapat membentuk resirkulasi di dalam ruang chimney kompor briket batubara. Resirkulasi ini dapat membuat waktu tinggal gas hasil pembakaran di dalam kompor akan semakin lama, sehingga dapat memaksimalkan konversi CO menjadi CO2. Hasil penelitian menjelaskan bahwa emisi CO yang dihasilkan oleh hood 6 cm nilainya lebih rendah dibandingkan dengan nilai emisi CO yang dihasilkan oleh hood 8 cm. Penggunaan hood 6 cm, tinggi chimney 15 cm dan kecepatan forced draft 0,5 m/s menghasilkan emisi CO rata-rata terendah yaitu 10,11 ppm.
The focus of this research is to minimize the CO emission in a coal briquette stove, by creating a recirculation zone in the chimney region of coal briquette stove. This can be constituted by installing a hood on the top of the coal briquette stove. Two sizes of hood have been used i.e 6 and 8 cm hole diameter of hood. The recilculation allows the flue gas to have longer residence time in the chimney region thus enabling CO to convert into CO2. The result shows that hood of 6 cm hole diameter has lower CO emission compared to that produced by hood of 8 cm. The lowest CO emission was achieved by having a hood with hole diameter of 6 cm, chimney height of 15 cm and forced draft velocity 0,5 m/s. The minimum average CO emission was 10,11 ppm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52263
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library