Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhaputri Widiantini
Abstrak :
Tesis ini membahas permasalahan bahasa dalam sistem patriarki. Menurut saya, bahasa merupakan persoalan mendasar yang memisahkan proses pembentukan identitas pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan penggunaan bahasa dalam ruang publik telah menyulitkan perempuan untuk terlibat penuh dalam kegiatan masyarakat. Untuk membuktikan perbedaan ini, saya mengambil dua contoh bahasa yang berbeda dalam mantra dan ayat kitab suci. Saya menemukan bahwa dalam bahasa mantra, identitas feminin memberikan kebebasan pada pembentukan identitas perempuan. Identitas feminin didorong oleh kedinamisan semiotik matemal yang kuat sehingga menciptakan identitas perempuan yang berdaya. Sementara itu, dalam bahasa ayat, saya menemukan kekakuan bahasa simbolik yang diskriminatii Saya beranggapan bahwa perjuangan perempuan adalah melalui pencarian dasar epistemologi bahasa yang khas untuk keluar dari tataran simbolik patriarkal. Perempuan harus bexjuang pada mang semiotik matemal agar mampu mengolah ahora feminjn dan menciptakan bahasanya sendiri. Pembongkaran makna melalui teori feminisme Julia Kristeva akan menghasilkan sebuah pemahaman baru tentang identitas perempuan. Layaknya pennainan mantra, perempuan akan mampu menciptakan sebuah bahasa baru yang mengekspresikan abjeksi dirinya sehingga dogmatisasi ayat simbolik yang mengintemalisasi diri sejak fase: inisiasi simbolik dapat direduksi. Dengan demikian, revolusi pembebasan perempuan akan tercipta lewat penciptaan mantra khas dirinya......The thesis examines the language concern which exists inside the patriarchal system. In my opinion, language has become a fundamental aspect that segregates the identity creation process of male and female world. The different language usage applied in general public restricts female to get fully involve in daily life activities, that makes females feel themselves uncomfortable living in the society. I have taken two distinctive examples of language usage applied in pagan spell in contrast to the one used in the bible verses in order to obtain a proof of difference usage that might exist. I found that inside the pagan spell, feminine identity gives a freedom to create women identity. This situation is made possible by the strong dynamicity of maternal semiotic that creates a powerful women identity. On the other hand, inside the bible verses, I found a stiffness form of symbolic language in it, which produces a discriminative language. Women have to tight it through a 'maternal semiotic room' to establish a feminine chora and construct their very own language. Dismantling the meanings, refers to feminism theory of Julia Kristeva, will yield a new understanding toward women identity. Like interlacing the play of spell, actually women are capable to create a new language which expresses their abjection. Thus, process of dogmatisms of symbolic verses which induce women?s intemalization that has occurred since the time of symbolic initiation phase, can be reduced. As a result, thc revolution to liberate woman will be created through her very own spell creation.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherley Ika Christanti
Abstrak :
Kampung Pelangi adalah salah satu dari trend mendandani kampung di tengah kota untuk dipamerkan sekaligus meningkatkan taraf hidup dan membantu masyarakat mengembangkan potensi pada kampung tersebut. Bagian ruang publik dari Kampung di cat warna warni untuk mengundang wisatawan datang dan berfoto disana, menyebabkan kampung kota menjadi suatu objek tontonan (spectacle) bagi kalayak umum. Spectacle berarti situasi unik, menarik atau tidak biasa yang menarik perhatian banyak orang. Di dalam spectacle tercipta dua realitas dalam ruang/chora, yang dipertontonkan, dan realitas yang ingin disembunyikan dibaliknya. Aktor warga kampung dan pemerintah berlaga di dalam setting warna-warni kampung dan khalayak umum memberikan nilai terhadap spectacle melalui media. Riset ini mendiskusikan sejauh mana makna spectacle yang di ciptakan pada renovasi Kampung Pelangi di Semarang. Metode penelitian didapatkan dengan mengkonstruksikan pemahaman mengenai spectacle dan proses pembentukan ruang/chora, kemudian mencari makna dari ruang-ruang yang diciptakan melalui image yang tersebar di media maupun yang didapatkan ketika penelitian di tempat. Makna yang muncul dari image Kampung Pelangi, hanya sekedar kosmetik di luar saja sehingga chora yang tercipta tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini menyebabkan spectacle Kampung Pelangi hanya bertahan selama beberapa tahun saja setelah aktor pemerintah dan media menarik diri. ......Kampung Pelangi is one of the trends of dressing up a village in the middle of the city to be exhibited while improving living standards and helping people develop the potential of the village. Part of the public space of the village is painted in colorful colors to invite tourists to come and take pictures there, causing the urban village to become a spectacle object for the general public. A spectacle means a unique, interesting, or unusual situation that attracts the attention of many people. In the spectacle, there are two realities in space/chora, which are displayed, and the reality that you want to hide behind them. Villagers and government actors competed in colorful village settings and the general public gave value to the spectacle through the media. This research discusses the extent to which the meaning of the spectacle was created in the renovation of Kampung Pelangi in Semarang. The research method is obtained by constructing an understanding of the spectacle and the process of forming space/chora, then looking for meaning from the spaces created through images spread in the media or those obtained during on-site research. The meaning that emerges from the image of Kampung Pelangi is only cosmetic on the outside so the chora that is created is not in harmony with the needs of the community. This caused the Kampung Pelangi spectacle to only last for a few years after the government and media actors withdrew.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Abby Gina Boang
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pemikiran dari Kristeva dan Butler mengenai subjek. Kedua pemikir tersebut menggunakan pendekatan feminis postmodernisme untuk menentang gagasan esensialisme atas identitas. Analisa terhadap pengalaman konkrit ketubuhan diyakini sebagai sebuah sarana emansipatoris yang dapat digunakan untuk mendekonstruksi representasi sosial budaya patriarki. Kristeva dan Butler memiliki titik pijak yang berbeda dalam melihat posisi tubuh dalam pembentukan subjek dan identitas, namun demikian keduanya menawarkan sebuah logika penerimaan terhadap perbedaan. Keduanya mengajukan kritik terhadap subjek modernisme yang meyakini subjek sebagai sebuah pemaknaan yang utuh, tetap dan pasti. Kristeva dan Butler melihat bahwa subjek adalah sebuah pemaknaan yang cair dan berada di dalam proses. Implikasi filosofis dari dua model subjek yang ditawarkan pemikir tersebut adalah membawa tubuh dan hasrat ke dalam diskurusus subjek dan juga menunjukkan bahwa pluralitas subjek adalah kandungan subversif yang mampu membawa peradaban menuju sebuah perubahan ke arah yang toleran. ...... This thesis discusses the idea of Kristeva and Butler on the subject. Both of these thinkers use feminist postmodernism approach that can be used to challenge the essentialism notions of identity. The analysis on concrete body experiences as a tool of emancipatory is believed could be used to deconstruct patriarchal socio- cultural representation. Kristeva and Butler had a different starting point to see the position of the body in the formation of the subject and identity, yet both offer a logic of acceptance on difference. They propose a critique towards subject of modernism that assumed as unified and fixed significance. Kristeva and Butler convinced that the subject is a signification that is fluid and always processing. The philosophical implication from Kristeva and Butler?s thoughts is to bring the body and desires into discourses of subject and shows that plurality of subjects are subversive content which able to direct civilization to be more tolerant.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T42965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library