Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifiyanto
"Studi sosiologi tentang kemiskinan sejauh penulis amati, lebih terfokus pada pembahasan mengenai faktor eksternal yang dapat menyebabkan kemiskinan. Padahal secara empirik, kemiskinan itu sendiri sudah menjadi realita sosial yang kompleks yang di dalamnya terkandung berbagai permasalahan. Keluarga miskin, scat ini diduga tidak hanya diliputi oleh adanya keadaan akan kekurangan materi namun juga telah dipersulit oleh masalah-masalah lain yang hidup dan berkembang di tengah-tengah kehidupan keluarga miskin.
Terdapat lima unsur permasalahan kemiskinan yang diasumsikan telah meliputi keluarga-keluarga miskin, yaitu unsur kekurangan materi, kelemahan jasmani, keterasingan (isolasi), kerentanan, dan unsur ketidak-berdayaan. Kelima unsur ini dalam prosesnya berjalan saling berhubungan satu sama lain sehingga membentuk sebuah perangkap kemiskinan. Adanya bentuk kemiskinan yang telah berubah wujud menjadi suatu perangkap bagi keluarga-keluarga miskin inilah yang menyebabkan keluarga miskin sulit untuk keluar dari kemiskinannya.
Untuk mengetahui kebenaran akan dugaan dan asumsi tersebut, dilakukan suatu kajian mengenai teori dan konsep kemiskinan terutama mengenai perangkap kemiskinan yang dibangun oleh Robert Chambers. Dengan memperhatikan secara seksama terhadap kenyataan-kenyataan empirik, dilakukan perbandingan terhadap teori tersebut dengan hasil penelitian. Sementara itu, teori John Friedman, Rohidi, Mahbub ul Had, James Scott, dan Charles Zastrow digunakan sebagai penguat dan hasil lapangan yang ditemukan.
Jenis penelitian ini berupa studi kasus yang mendeskripsikan hubungan antara unsur-unsur kemiskinan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga miskin yang berdomisili di desa Bulakan, Cilegon. Adapun sampelnya yaitu 25 persen dari jumlah keseluruhan keluarga miskin dan 5 keluarga miskin sebagai sample kasus. Penelitian ini menggunakan kombinasi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dipakai adalah data jawaban 50 keluarga miskin terhadap quesioner penelitian. Untuk menguji hubungan antara unsur-unsur kemiskinan digunakan uji korelasi rank spearman yang diolah dengan SPSS. 10.0. Adapun data kualitatif yang dipakai adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan lima keluarga miskin dan empat informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan yang dialami ofeh keluarga miskin tidak hanya di dominasi oleh unsur kekurangan materi semata melainkan juga terdapat unsur-unsur lain dalam kemiskinan mereka yaitu unsur kelemahan jasmani, keadaan terasing (isolasi), rentan dan tidak-berdaya yang tentu saja keadaan tersebut menimpa keluarga miskin dengan kadar penderitaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dan kelima unsur tersebut, ternyata hanya ditemukan lima hubungan dari dua puluh hubungan yang dijelaskan dalam teori yang mempunyai cukup bukti yaitu tiga hubungan negatif - menyimpang dari teori - yaitu kekurangan materi dengan isolasi, kelemahan jasmani dengan ketidak-berdayaan, isolasi dengan ketidak-berdayaan, dan dua hubungan positif - sesuai dengan teori yaitu kekurangan materi dengan kerentanan dan isolasi dengan kelemahan jasmani.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa unsur kemiskinan yang menimpa keluarga miskin tidak terjadi karena lebih disebabkan oleh unsur-unsur lain di dalamnya yang melingkupi keluarga miskin. Namun unsur-unsur kemiskinan tersebut muncul karena lebih disebabkan oleh keadaan-keadaan yang berada di lingkungannya yaitu keluarga miskin tidak atau kurang sumber keuangan (kredit), informasi, sarana pekerjaan dan jaringan sosial. Hal ini karena kekuatan sosial yang ada tersebut lebih banyak dikuasai oleh Para pemilik modal dan alit lokal, dan juga karena keluarga miskin berada pada posisi yang lemah dalam hubungan patron klien. Di aspek lain, adanya kesalahan pembangunan atau pemberian bantuan yang diterapkan pemerintah untuk penduduk miskin terutama di desa Bulakan, adanya konflik antara orang kaya dengan orang miskin yang berdampak pada kelanggengan kemiskinan itu sendiri, serta adanya budaya kemiskinan baik dari aspek individu orang miskin maupun dari aspek komunitas orang-orang miskin, juga lebih cenderung ikut mendorong keluarga ke posisi yang lebih miskin.
Rekomendasi terhadap hasil temuan penelitian ini dalam rangka memperbaiki program bantuan atau penanggulangan kemiskinan, disarankan untuk lebih menekankan dan memperdulikan kepada pendekatan pengelolaan sumber daya yang bertumpu pada komunitas (community based resources management) dengan menggunakan metode aplikatif participatory rural appraisal (PRA), sehingga dengan pendekatan dan metode ini masyarakat miskin setempat memiliki kemampuan dan kesempatan untuk mengartikulasikan kepentingannya dalam proses kebijakan pembangunan desa, baik mulai penentuan masalah, pemilihan alternatif, pelaksanaan maupun pada tahap proses pengawasan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahda Arquette Sedana
"Tanah longsor merupakan salah satu fenomena bencana alam yang memiliki ciri khas dan sering terjadi di wilayah tropis. Bencana tanah longsor menjadi pusat perhatian karena terjadi secara kontinu dari tahun ke tahun, serta dapat menimbulkan kerugian baik secara material maupun non material. Kecamatan Cibeber merupakan wilayah yang sering dilanda kejadian tanah longsor di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisik wilayah tanah longsor dan menganalisis kaitan antara karakteristik fisik wilayah tanah longsor dengan kerugian akibat tanah longsor di Kecamatan Cibeber. Karakteristik fisik wilayah tanah longsor yang digunakan adalah ketinggian, kelerengan, jarak dari sungai, jarak dari jalan, jenis tanah, jenis batuan dan penggunaan lahan. Penelitian ini menggunakan analisis spasial overlay, statistik dan deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakteristik fisik wilayah tanah longsor di Kecamatan Cibeber terbagi menjadi 3 klaster. Tanah longsor yang berada pada klaster 1 yakni sering terjadi pada ketinggian 601-800 mdpl, memiliki kelerengan 15%-30%, dan didominasi oleh penggunaan lahan permukiman. Tanah longsor yang berada pada klaster 2 yakni sering terjadi pada ketinggian 801-1000 mdpl, memiliki kelerengan 30%-45%, dan didominasi oleh penggunaan lahan hutan. Tanah longsor yang berada pada klaster 3 yakni sering terjadi pada ketinggian 401-600 mdpl, memiliki kelerengan >45%, dan didominasi oleh penggunaan lahan hutan kemasyarakatan. Variabel yang sangat berkontribusi dalam proses pembentukan tanah longsor adalah kelerengan, khususnya pada lereng 30%-45%. Kaitan karakteristik fisik wilayah tanah longsor terhadap kerugian baik secara non material maupun material di Kecamatan Cibeber dapat diidentifikasi melalui klasternya. Kerugian non material yakni korban jiwa akibat tanah longsor berada pada klaster 1 dengan penggunaan lahan permukiman. Sedangkan, kerugian material yakni perumahan dan jalan akibat tanah longsor berada pada klaster 3 dengan penggunaan lahan hutan kemasyarakatan.

Landslide is one of natural disaster phenomena that has distinctive characteristics and often occur in tropical region. Landslide disaster can be the center of attention because it occurs continuously from year to year and cause loss both  material and non-material. Cibeber District is an area that often exposed by landslides in Cianjur Regency. This study aims to analyze the physical characteristics of the landslide area and analyze the relationship between the physical characteristics of the landslide area and loss due to landslides in Cibeber District. The physical characteristics of landslide area used are elevation, slope, distance to river, distance to road, soil type, lithology and landuse. This study uses spatial overlay, statistic, and descriptive analysis. The result of study stated that the physical characteristics of landslide area in Cibeber District were divided into 3 clusters. Landslide in cluster 1 often occur at an elevation of 601-800 meters above sea level, has a slope of 15%-30%, and has dominated land use by residential. Landslide in cluster 2 often occur at an elevation of 801-1000 meters above sea level, has a slope of 30%-45%, and has dominated landuse by forest. Landslide in cluster 3 often occur at an elevation of 401-600 meters above sea level, has a slope of >45%, and has dominated landuse by community forest land. The variable that very contribute to the process of landslide is a slope, especially in slope of 30%-45%. The relationship between the physical characteristics of the landslide area to loss both non-material and material in Cibeber District can be identified through it’s cluster. Non-material loss due to landslide is in cluster 1 with residential landuse. Meanwhile, housing and road material loss due to landslides are in cluster 3 with community forest land."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library