Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Ayu Puspitasari
"Latar belakang: Jam terbang total dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular antara lain terhadap tekanan darah diastolik (TDD) pada pilot. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi pengaruh jam terbang total dan faktor lainnya terhadap risiko TDD tinggi pada pilot sipil pesawat sayap tetap di Indonesia.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang dengan sampel purposif pada pilot sipil di Balai Kesehatan Penerbangan tanggal 1-13 Mei 2013. Karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan dan fisik, diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner untuk penelitian ini serta pemeriksaan fisik oleh peneliti. Data laboratorium diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium. Spigmomanometer digunakan untuk mengukur TDD. Kategori TDD dibagi dua yaitu tinggi (≥80 mmHg) dan normal (<80 mmHg). Analisis menggunakan risiko relatif yaitu regresi Cox dengan waktu konstan.
Hasil: Di antara 512 pilot yang melakukan pemeriksaan medik, 236 subjek bersedia mengikuti penelitian. Subjek yang diikutsertakan dalam analisis sebanyak 225 orang, 61,4% memiliki TDD tinggi dan 38,6% memiliki TDD normal. Subjek dengan jam terbang total 4000-29831 dibandingkan dengan 4-3999 jam berisiko 34% lebih besar TDD tinggi [rasio relatif suaian (RRa) = 1,34; 95% interval kepercayaan (CI) = 1,03-1,73]. Subjek dengan denyut nadi istirahat 80-98 kali/menit dibandingkan dengan 60-79 kali/menit berisiko 29% lebih besar TDD tinggi (RRa = 1,29; 95% CI = 1,02-1,63). Selain itu subjek berusia 50-61 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun berisiko 26% lebih besar TDD tinggi (RRa = 1,26; 95% CI = 1,00-1,59; P = 0,048).
Kesimpulan: Jam terbang total dan denyut nadi istirahat yang tinggi serta usia yang lebih tua meningkatkan risiko tekanan darah diastolik.

Background: Total flight hour may affect the cardiovascular system including diastolic blood pressure (DBP) in pilot. This study aimed to identify whether total flight hours and other factors increase the risk of high DBP of the fixed wing civilian pilots in Indonesia.
Methods: A cross sectional study with purposive sampling was conducted in civilian pilots at Aviation Medical Center (Balai Kesehatan Penerbangan) in May 1-13, 2013. Demographic characteristics, employment, habit and physical was obtained through interviews and physical examination by researchers. While laboratory data was obtained from laboratory tests. Sphygmomanometer was used to measure DBP. Category of DBP was classified into high (≥80 mmHg) and normal (<80 mmHg). Analysis used risk relative by Cox regression with constant time.
Results: Among the 512 pilots who conducted medical examinations, 236 subjects agreed to joint the study. This analysis included 225 subjects which 61.4% had high DBP and 38.6% normal DBP. The subjects with total flight hours of 4000-29831 compared to 4-3999, had 34% increased risk to have high DBP [adjusted relative risk (RRa) = 1.34; 95% confidence interval (CI) =1.03-1.73]. The subjects with resting pulse rate of 80-98/minute compared to 60-79/minute, had 29% increased risk to have high DBP (RRa = 1,29; 95% CI = 1,02-1,63). Furthermore, subjects aged 50-61years compared to 18-39 years, had 26% increased risk to have high DBP (RRa = 1,26; 95%CI=1,00-1,59; P = 0,048).
Conclusion: High total flight hours, resting pulse rate and older age may increase the risk of high diastolic blood pressure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pritha Maya Savitri
"Latar belakang: Orientasi ruang (spatial orientation) merupakan masalah utama untuk penerbang yang ditentukan dengan menggunakan persepsi penglihatan, vestibuler, dan propioseptif. Miopia merupakan kelainan refraksi yang paling sering terjadi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya miopia ringan pada penerbang sipil di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan pengambilan sampel secara purposif. Responden mengisi kuesioner sedangkan data tajam penglihatan dan kadar gula darah didapatkan dari rekam medis. Analisis data dengan regresi cox menggunakan Stata 10. Batasan miopia ringan pada penelitian ini adalah subyek yang mengalami penurunan tajam penglihatan dan menggunakan lensa koreksi -0,25 s/d -0,30.
Hasil : Subyek penelitian adalah penerbang pria dengan usia 21-45 tahun yang sedang melaksanakan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan Kementerian Perhubungan. Persentase miopia ringan dalam penelitian ini sebesar 36,1%. Faktor risiko dominan terhadap miopia ringan jam terbang [risiko relatif (RRa) = 1,23; 95% interval kepercayaan (CI) = 0,96-1,58; P = 0,108], riwayat orang tua miopia (RRa = 5,29; P = 0,000), gejala kelelahan visual kesulitan fokus (RRa = 1,30; 95% CI = 1,01-1,65; P = 0,039), dan gejala kelelahan visual huruf berkabut (RRa = 1,16 ; 95% CI = 0,89-1,48; P = 0,259).
Kesimpulan: Jam terbang total, riwayat orang tua miopia, adanya gejala kelelahan visual kesulitan fokus dan huruf berkabut merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap miopia ringan pada penerbang sipil di Indonesia. Diperlukan koordinasi antara spesialis mata, spesialis kedokteran penerbangan dan balai kesehatan penerbangan dalam pencegahan miopia dan pengawasan kesehatan mata bagi penerbang sipil inisial dan reguler.

Background: Spatial orientation is the main problem to pilot that determined by visual, vestibuler and propioseptif. Myopia is more prevalent refraction error in civilian aviator and other populatian. This study aims to identify risk factors that affect the incidence of mild myopia in civilian pilot in Indonesia.
Method: This study using cross-sectional method with purposive sampling. Subjects answered the questionaire. The researcher using the medical record to get data about visual acuity and fasting blood glucose. Cox regression analyses using Stata 10. Mild myopia in this study is defect distant visual acuity with corrected lens power -0.25 s/d -0.30.
Result : Subject of this study are 21-45 years old male civilian aviators which performs scheduled medical check up at Civil Aviatian Medical Centre. Mild myopia percentage in this study is 36.1%. Dominant risk factor for mild myopia is total flight time (RRa 1.23; 95% CI 0.96-1.58; P 0.108), parental myopia (RRa 5.29; P 0,000), visual fatigue; difficulty in focusing (RRa 1.30; 95% CI 1.01-1.65; P 0.039), and visual fatigue foggy letters (RRa 1.16 ; CI 0.89-1.48 P 0,259).
Conclusion: Total flight time, parental myopia, visual fatigue; difficulty in focusing and foggy letters are influenced risk factors for mild myopia in civilian aviator in Indonesia. Suggested to have coordination among ophthalmologist, aviation medicine specialist, airline and Civil Aviation Medical Centre to preventing myopia and eye health surveillance for initial and reguler civilian pilot.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amilya Agustina
"Latar belakang: Kesejahteraan psikologis penerbang dapat mempengaruhi fungsi kognitif penerbang sehingga membahayakan keselamatan penerbangan. Tingkat kesejahteraan penerbang berhubungan dengan iklim keselamatan yang dimiliki penerbang tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara iklim keselamatan dengan kesejahteraan psikologis penerbang sipil di Indonesia.
Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik dengan menggunakan metode potong lintang. Sampel ditentukan dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh subjek mengenai variabel iklim keselamatan dan kesejahteraan psikologis. Analisis data yang digunakan yaitu regresi linear berganda.
Hasil: Iklim keselamatan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis [ =0,921; p=0,000]. Dimensi iklim keselamatan yang berpengaruh signifikan yaitu manajemen [ =0,135; p=0,049] , sistem keselamatan [ =0,143; p=0,040], prosedur [ =0,176; p=0,018], pelatihan [ =0,153; p=0,035], komunikasi [ =0,232; p=0,000] dan personil operasi [ =0,185; p=0,012].
Kesimpulan: Manajemen, sistem keselamatan, prosedur, pelatihan, komunikasi, dan personil operasi terbukti berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis penerbang sipil Indonesia.

Background: Psychological wellbeing of the pilot can affect the flight cognition function of the pilot, thus endangering the safety of the flight. The level of wellbeing of the pilots is related to the safety climate of the pilot. The purpose of this study is to determine the relationship between the safety climate and psychological wellbeing of civilian pilot in Indonesia.
Method: This was an analytic study using cross sectional method. The sample is determined by consecutive sampling technique. Data were collected by filling out questionnaires by subjects regarding the variables of the safety climate and psychological wellbeing. The data analysis used is multiple linear regression.
Results The safety climate has a significant effect on psychological wellbeing 0.921 p 0.000. The dimensions of the safety climate which have a significant effect are management 0.135 p 0.049, safety systems 0.143 p 0.040 , procedures 0.176 p 0.018, training 0.153 p 0.035, communication 0.232 p 0.000 and operations personnel 0.185 p 0.012.
Conclusion Management, safety systems, procedures, training, communication and operations personnel have significant effect on psychological wellbeing of civilian pilot in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library