Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pohan, Herdiman Theodorus
"Sepsis adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh respon imun pejamu terhadap infeksi atau stimulus lain yang ditandai oleh inflamasi sistemik. Respon klinis pada sepsis dapat bervariasi tergantung dari tahap kompensasi atau dekompensasi, proses inflamasi dan kondisi pejamu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai peran dari parameter (klinis, biokimia, hematologi, analisis gas darah dan koagulasi) dalam menunjang diagnosis sepsis. Dilakukan penelitian dengan disain potong lintang di unit rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, antara bulan Pebruari hingga Juli 2002. Empat puluh dua pasien memenuhi kriteria sepsis, sepsis berat dan renjatan septik. Dikumpulkan data klinis, sampel darah untuk pemeriksaan hematologi, biokimia, analisis gas darah dan koagulasi. Empat puluh dua subyek berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan usia antara 19 hingga 78 tahun. Sebelas subyek memenuhi kriteria sepsis awal, 20 sepsis berat dan 11 renjatan septik. Pemeriksaan klinis menunjukkan Glasgow coma scale menurun secara bermakna pada sepsis berat dan renjatan septik. Denyut jantung, frekuensi nafas dan suhu tubuh meningkat pada semua kelompok. Pada sebagian besar subyek hemoglobin kurang dari 10 g/dl dan hematokrit kurang dari 30%. Hitung lekosit meningkat pada lebih dari 80% subyek dengan jumlah lebih dari 15.000/mm3. Hitung trombosit menurun (kurang dari 50.000/mm3) terutama pada renjatan septik. Kreatinin serum meningkat (> 2 mg/dl) secara bermakna pada sepsis berat dan renjatan septik. Albumin menurun, LDH dan prokalsitonin meningkat. Analisis gas darah menunjukkan: pH dan HCO3 menurun terutama pada renjatan septik; PO2 menurun pada sepsis berat dan renjatan septik; dan PCO2 kurang dari 32 mmHg pada semua kelompok. Pemeriksaan koagulasi menunjukkan fibrinogen menurun secara bermakna pada renjatan septik, PT dan APTT memanjang pada sepsis berat dan renjatan septik lebih dari 18.8 dan 48 detik. D-dimer juga pada umumnya meningkat pada semua kelompok. Disimpulkan bahwa pemeriksaan klinis termasuk tingkat kesadaran, denyut jantung, tekanan arteri rata-rata, suhu dan frekuensi nafas, serta tambahan pemeriksaan laboratorium termasuk hematologi, biokimia, analisis gas darah dan koagulasi dapat digunakan sebagai parameter dalam mendiagnosis sepsis. Beberapa parameter yaitu tingkat kesadaran, kreatinin serum, hemoglobin, hitung trombosit dan fibrinogen dapat membedakan darajat sepsis. (Med J Indones 2004; 14: 26-32)

Sepsis is a spectrum of clinical conditions caused by the host immune response to infection or other inflammatory stimuli characterized by systemic inflammation. Clinical response to sepsis could be varies according to compensate or decompensate state, inflammatory process and host condition. Aims of this study is to assess the role of some parameters (clinical and biochemical, hematology, arterial blood gas analysis and coagulation) in supporting the diagnosis of sepsis. A cross-sectional study was performed in the Internal Medicine Inpatient Unit of Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, from February to July 2002. Forty-two patients who fulfilled the criteria of sepsis, severe sepsis, and septic shock were enrolled in this study. Clinical details and blood specimens for hematological, biochemical, arterial blood gas analysis and coagulation were collected. There were 42 subjects who participated in the study, aged from 19 to 78 years old. Eleven subjects fulfilled the criteria for early sepsis, 20 severe sepsis and 11 septic shock. Clinical examination showed that the Glasgow coma scale (GCS) was significantly reduced in severe sepsis and septic shock. Heart rate, respiration rate and body temperature were increased in all groups. Hemoglobin levels mostly below 10 g/dl and hematocrite levels below 30 %. The leucocyte counts were increased in more than 80%, mostly above 15.000/mm3. The platelet count were low (below 50.000/mm3) especially in septic shock. The serum creatinine were significantly increased (>2 mg/dl) in severe sepsis and septic shock. Albumin was decreased, lactate dehydrogenase/LDH and procalcitonin were increased. The arterial blood gas analysis showed that: pH and HCO3 were decreased especially in septic shock; the PO2 was lower in severe sepsis and septic shock; and PCO2 was below 32 mmHg in all groups. Coagulation examinations showed that fibrinogen was significantly decreased in septic shock; PT and APTT were prolong in severe sepsis and septic shock more than 18.8 and 48 seconds respectively. The d-dimer was also increased mostly in all groups. In conclusions that clinical examinations include level of consciousness, heart rate, mean arterial pressure, temperature and respiration rate and additional laboratory examinations include hamatological, biochemical, blood gas analysis and coagulation examinations can be used as parameters in diagnosis of sepsis. Some parameters include level of consciousness (Glasgow coma scale), serum creatinine, hemoglobin, platelet count and fibrinogen can differ sepsis according to severity. (Med J Indones 2004; 14: 26-32)"
Medical Journal of Indonesia, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fikri Syadzali
"Pendahuluan: Timoma adalah salah satu jenis dari tumor epitel timus yang paling sering ditemukan pada keganasan di mediastinum anterior yaitu sekitar 20% dari keganasan mediastinum. Timoma memiliki angka kejadian antara 0,2 – 1,5% dari seluruh penyakit keganasan. Kemoterapi adalah salah satu penatalaksanaan untuk timoma stage III keatas. Berbagai kombinasi obat kemoterapi dapat diberikan pada pasien timoma dan menunjukkan respon yang baik dari pasien. Paduan cisplatin, doxorubicin, vincristine dan cyclophosphamide (ADOC) adalah salah satu paduan kemoterapi yang digunakan di Indonesia terutama di RS Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan.
Tujuan: Untuk mengetahui efikasi dan toleransi kemoterapi dengan panduan obat cisplatin, doxorubicin, vincristine dan cyclophosphamide (ADOC) pada timoma.
Metode: Analisis observasional kohort retrospektif di RS Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan, Jakarta, Indonesia secara total sampling diperoleh dari Januari 2015 sampai Desember 2019. Kami meninjau rekam medis 118 pasien dengan diagnosis timoma dan 17 rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil: Sebanyak 17 pasien yang termasuk dalam penelitian ini, laki-laki 47,06% dan perempuan 52,94%. Median usia pasien adalah 50 tahun. Jenis sel A (47,06%) dan stage IVA (64,71%) adalah yang terbanyak. Anemia (11,24%) adalah toksisitas paling sering terjadi pada pasien timoma yang mendapatkan kemoterapi paduan ADOC. Rerata PFS sebesar 22,87±5,01 bulan dengan median 23 bulan. Rerata OS pada pasien timoma yang mendapatkan kemoterapi paduan obat ADOC adalah 26,95±4,88 bulan dengan median 25 bulan (IK 95%; 6,46- 43,55).Overall response rate pada penelitian ini yaitu 35,29% dan clinical response rate 88,23%

Introduction: Thymoma is a major type thymic epithelial tumor in the anterior mediastinum with incidence rate of 0.2–1.5% of all malignancy. Stage III thymoma is considered to receive chemotherapy as main treatment. Various combinations of chemotherapy drugs can be given to thymoma patients and show a good response from patients. Cisplatin, doxorubicin, vincristine, and cyclophosphamide (ADOC) is one of the chemotherapy alloys used in Indonesia, particularly in National Respiratory Referral Hospital Persahabatan.
Aims: To determine the efficacy and tolerance of thymoma chemotherapy using ADOC.
Methods: We performed a retrospective cohort observational analysis in National Respiratory Referral Hospital Persahabatan Jakarta, Indonesia. Subjects by means of total sampling were patients between January 2015 to December 2019. We reviewed the medical records of 118 thymoma patients, of which 17 were met the inclusion criteria.
Results: We included 17 patients, of which consisted of 47.06% males and 52.94% females. The median age of the patient was 50 years old. Cell type A (47.06%) and stage IVA (64.71%) were found in this study. Anemia (11.24%) was the common toxicity in thymoma patients receiving ADOC chemotherapy. The mean progression free survival (PFS) was 22.87 ± 5.01 months with median of 23 months. The mean overall survival in thymoma patients receiving ADOC drug chemotherapy was 26.95 ± 4.88 months with a median of 25 months (95% CI; 6.46-43.55).The overall response rate in this study was 35.29% and the clinical response rate was quite good at 88.23%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T55665
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library