Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeremy Adidya
"ABSTRAK
ETBE atau Etil Tersier Butil Eter merupakan aditif oksigenat yang merupakan solusi dalam pemecahan masalah terhadap pencemaran udara akibat emisi karbon, terutama gas CO. Namun, dalam proses memproduksi ETBE masih ditemukan kendala berupa hasil konversi yang tergolong rendah. Pada penelitian ini dilakukan sintesis aditif dengan kandungan ETBE dengan menggunakan fixed-bed reaktor selama 1 jam dengan reaktan etanol dan isobutilena dan bantuan katalis H-ZSM 11 yang memiliki rasio SiO2/AlO3 50 dan volume pori 0,2 cm3/g. Percobaan dilakukan dengan variasi suhu 750C-950C. Berdasarkan uji GC-MS, didapatkan kemurnian aditif 71% dan yield 13% pada suhu reaktor 900C. Aditif ini menaikan angka oktan dari 88,7 menjadi 88,9 dengan penambahan aditif 1000 ppm pada base premium. Penambahan aditif 1000 ppm dalam gasolin mengurangi pembentukan deposit dari 0,0186% menjadi 0,0035% dan pembentukan emisi CO dari 0,723% sampai 0,245%. Data tersebut menghasilkan penurunan pembentukan deposit sebesar 0,0151% dan penurunan emisi CO sebesar 0,478%.

ABSTRACT
ETBE or Ethyl Tertiary Butyl Ether is an oxygenate additive that can be the solution for the air pollutions problems due to carbon emissions, especially CO gas. However, in the process of producing ETBE there is still obstacles in the form of low conversion results. In this study, additive synthesis containing ETBE was carried by using fixed-bed reactor for 1 hour with ethanol and isobutylene reactants and H-ZSM 11 catalyst aid which had a SiO2/AlO3 50 ratio and a pore volume of 0.2 cm3/g. The experiment was carried out with temperature variations of 750C-950C. Based on the GC-MS test, 71% additive and 13% yield were obtained at 900C reactor temperature. This additive raises the octane number from 88.7 to 88.9 with an additive of 1000 ppm at premium base. Addition of 1000 ppm additives in gasoline reduces deposit formation from 0.0186% to 0.0035% and formation of CO emissions from0.723% to 0.245%. The data resulted in a decrease in deposit formation by 0.0151% and a decrease in CO emissions of 0.478%."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhinda Prinita Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi waktu penyalaan dan emisi CO dari biobriket (biomassa ? batubara) dengan melibatkan variasi komposisi biomassa. Hal ini dikarenakan biomassa memiliki kandungan volatile matter yang lebih tinggi dan kadar karbon yang rendah. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi biomassa sekam padi dan jerami padi dengan kadar 0%, 25%, 50%, dan 100% pada biobriket sehingga dapat dibandingkan secara relatif terhadap briket batubara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi komposisi biomassa berpengaruh signifikan terhadap waktu nyala dan reduksi emisi CO. Untuk waktu ignisi, paduan terbaik didapat oleh 50% sekam padi : 50% batubara dengan waktu ignisi 3.67 menit dan 50% jerami padi : 50% batubara dengan waktu ignisi 8 menit sedangkan briket 100% batubara membutuhkan 10.16 menit untuk menyala. Untuk emisi CO, paduaan terbaik didapat oleh 50% sekam padi : 50% batubara dengan emisi CO rata-rata 687.38 ppm dan 25% jerami padi : 75% batubara dengan emisi CO rata-rata 792.92 ppm sedangkan emisi CO rata-rata briket batubara adalah 1239.
......This research aims to reduce the time of ignition and CO emissions from biobriquette (biomass - coal) involves variation of biomass composition. This is because biomass has higher volatile matter content and lower carbon content. In this research, biobriquettes with biomass composition of rice husks and rice straw of 0%, 25%, 50%, and 100% have been compared relative to coal briquettes in terms of ignition time and CO emission. The results showed that the variation of biomass composition significantly influence the ignition time and CO emissions. For ignition time, the best composition was obtained by 50% rice husk: 50% coal with ignition time 3.67 minutes, and 50% rice straw: 50% coal with ignition time 8 minutes while the 100% coal briquettes takes 10.16 minutes to burn. For CO emissions, the best composition was obtained by 50% rice husk: 50% coal with CO emissions average 687.38 ppm and 25% rice straw: 75% coal with CO emissions average 792.92 ppm while the average CO emissions of coal briquettes was 1239."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library