Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinung Rahardjo
Abstrak :
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan, juga memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kaya dan penting, di antaranya adalah terumbu karang, mangrove, dan padang lamun. Laut mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat besar untuk ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun masa depan. Namun di balik potensi tersebut, aktivitas-aktivitas pemanfaatan sumber daya tersebut sering kali menurunkan atau merusak potensi yang ada. Hal tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui perubahan lingkungan di wilayah tersebut. Pencemaran laut mengakibatkan terjadinya degradasi yang terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya dukung lingkungan, hilangnya jenis ikan dan berbagai kekerangan di estuari. Disinyalir bahwa kebanyakan organisme di estuari hidup di dekat batas-batas toleransinya, sehingga perubahan yang kecil sekalipun dari faktor-faktor lingkungan di perairan seperti perubahan panas, salinitas dan oksigen akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Kerusakan ekosistem estuari seringkali disebabkan pula oleh perubahan yang terjadi di daerah hulu karena adanya erosi yang tinggi, perubahan pola aliran sungai, pencemaran dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Sungai Dadap adalah salah satu sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta tahun 2002 sungai ini termasuk dalam kategori buruk. Berbagai limbah dialirkan dari Sungai Dadap menuju perairan Teluk Jakarta, sehingga disinyalir memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan biota perairan di sekitarnya. Penelitian bertujuan untuk : (a) Menganalisis pola sebaran kelimpahan dan keragaman fitoplankton di lokasi penelitian; (b) Menganalisis pengaruh jarak perairan terhadap kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton; (c) Menganalisis kondisi dan pola sebaran beberapa parameter kualitas air di perairan pantai Dadap. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen, menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survei. Pengambilan sampel dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari bulan September sampai dengan Oktober 2003 di perairan pantai Dadap, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penentuan stasiun dilakukan secara purposive, terbagi dalam 6 stasiun, di mana jarak masing-masing stasiun adalah 0,5 mil. Posisi masing-masing stasiun terdistribusi tegak lurus dari muara Sungai Dadap menuju ke lepas pantai. Data primer dikumpulkan selama dua bulan dengan interval waktu 2 minggu sekali. Data kelimpahan fitoplankton yang diperoleh diuji homogenitas dan kenormalannya dengan uji Bartlett dan uji Chi-kuadrat, sedangkan untuk mengetahui pengaruh jarak terhadap kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton digunakan uji anova sampai dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Khusus untuk baku mutu kualitas air laut digunakan Kepmen KLH No. 02/MENKLH/1988 tentang baku mutu kualitas air laut untuk biota laut (budidaya perikanan). Kelimpahan fitoplankton di perairan Dadap pada saat pasang berkisar antara 92.768 ind/I sampai dengan 139.935 ind/I. Dengan demikian maka perairan pantai Dadap tergolong dalam perairan Eutropik yaitu perairan yang kaya dengan bahan organik (unsur hara). Jumlah taksa di setiap stasiun hampir seragam yaitu berkisar antara 10-12 taksa. Indek keanekaragaman berkisar antara 1,51-1,85. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton berada pada kisaran moderat, yaitu mengalami tekanan ekologis sedang. Sementara itu indeks keseragaman dan dominasi di setiap stasiun berturut-turut adalah 0,62-0,75 dan 0,24-0,32. Indeks keseragaman di atas 0,6 mengindikasikan bahwa populasi species dalam komunitas fitoplankton di pantai Dadap memiliki keseragaman yang tinggi atau dapat dikatakan kondisi ekosistem serasi untuk semua species dan tidak terjadi tekanan ekologis pada ekosistem tersebut. Sedangkan indeks dominasi mendekati nol, mengindikasikan bahwa di dalam komunitas fitoplankton tidak ada species yang secara ekstrim mendominasi. Jumlah individu masing-masing species hampir merata atau dapat dikatakan komunitas dalam keadaan stabil dan tidak ada tekanan ekologis terhadap habitat komunitas fitoplankton. Pola sebaran kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton bervariasi, tidak terdistribusi secara linier mengikuti besarnya jarak perairan dari muara Sungai Dadap. Kelimpahan fitoplankton terendah terdapat pada stasiun 3 dan 4 yaitu pada jarak 1,5-2 mil dari pantai. Hal ini disebabkan oleh terkonsentrasinya tempat pemeliharaan kerang hijau di lokasi tersebut sehingga menurunkan kelimpahan fitoplankton karena sifat filter feedernya. Uji anova menunjukkan bahwa jarak perairan dari muara Sungai Dadap sangat mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing stasiun yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya aktivitas manusia, nutrient, tingkat asimilasi dan faktor-faktor oseanografi lainnya. Pola sebaran kualitas air laut di perairan pantai Dadap cenderung terdistribusi secara linier, berubah kualitasnya sesuai dengan besarnya jarak perairan dan muara Sungai Dadap. Parameter kualitas air laut perairan Dadap yang sudah melebihi baku mutu terdapat di muara Sungai Dadap (stasiun 1) yaitu TSS (Total Suspended Solid), Nitrit, Kekeruhan (Turbidity) dan TDS (Total Disolved Solid). Nilai rata-rata ketiga parameter tersebut berturut-turut adalah TSS = 81 mg/I, Nitrit = 0,002 mg/I, Kekeruhan = 32 NTU dan TDS = 34.923 mg/l. Sementara itu berdasarkan scoring sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003, mutu air laut perairan Dadap tergolong buruk (cemar berat). Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil analisis di atas adalah : (a) Pemanfaatan kerang hijau sebagai biofilter alam perlu di atur sedemikian rupa, agar tidak mengandung kadar bahan pencemar yang melebihi ambang batas baku mutu dan dapat dikonsumsi secara aman; (b) Pemerintah daerah perlu melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas lingkungan di muara-muara sungai yang rawan terhadap pencemaran secara berkala untuk mengamati perubahan-perubahan lingkungan; (c) Pengelolaan kawasan pesisir pantai Dadap perlu lebih dioptimalkan agar pencemaran lingkungan pantai dapat diminimisasi.
Most of the Indonesian territory is seawater. Indonesian waters have high potency not only for marine transportation but also have high potency of natural resources such as coral reef, mangrove and sea grass ecosystem. Beside that, oceans has also important rule for supporting some living organism i.e. human being, animal, plant, and other marine organisms. So that, marine ecosystem has high potency for supporting national development. On the other hand, some activities in utilizing marine resources have caused negative impact to the resources. The impact would affect coastal waters organism since the changing of coastal environment. Marine pollution causes the continuous degradation of environment indicated by decreasing carrying capacity, extinction of some fish species and bivalves in estuarine. It is supposed that most of the estuarine organism have low ability in facing environmental changing. So, the small change of environmental conditions, such as temperature, salinity, and dissolved oxygen, would influence living organism. The degradation of estuarine is often caused by the degradation of up stream area because of high level of erosion, changing of water catchments area, pollution as well as over exploitation of natural resources. Dadap River is one of the rivers, which flows to the Jakarta Bay. Based on the Report of the BLHD DKI Jakarta in 2002, shown that this river was classified as low category. Many kinds of pollutants are discharged to the river and finally came to the Jakarta Bay. The aims of the study were: (a) to analyze the affect of offshore distant to the density and diversity of phytoplankton; (b) to analyze the distribution pattern of density and diversity of phytoplankton; (c) to observe and analyze distribution pattern of some parameter of water quality of Dadap's coastal waters; (d) to analyze the water quality compared with the water quality standard. These study applied qualitative and quantitative method and was carried out for 2 months started from. September to Oktober 2003 in Dadap's coastal waters, Kosambi District, Tangerang Regency, Banten Province. Experimental design that was used in this study was Completely Randomized Design. There were 6 sampling station that had distant of 0,5 miles to each other station. Each station position was arranged straight line from the coastal line to the offshore. Therefore, the distance of each station from Dadap's river mouth were 05 mil for station 1, 1.0 mil for station 2, 1.5 mil for station 3, 2.0 mil for station 4, 2.5 mil for station 5, and 3.0 mil for the for station 6. Collecting data were performed frequently every 2 weeks for 2 month. Homogeneity and normality distribution of data of phytoplankton density was tested by using Bartlett test and Chi-square test, mean while the effect of offshore distant to the density and diversity of phytoplankton was analyzed by using one-way ANOVA. In term of water quality standard was compare to the Kepmen KLH No.02/ MENKLH/ 1988. Phytoplankton abundance in the Dadap's waters during high water was having range from 92,768-139,935 ind./l. So, Dadap's coastal waters were Eutrophic water that was indicated by high organic matter (nutrient) concentration. The total number of species in each sampling station was relatively similar of about 10-12 species. Based on the phytoplankton density, the diversity index was 1.51-1.85. It's mean that the water was ecologically moderate. Mean while, similarity and dominancy index of about 0,62-0,75, and 0.24-0.32, respectively. The similarity index of more than 0.6 indicated that the population of each phytoplankton species within community in Dadap coastal waters was similar. It's mean there was no ecological pressure. Furthermore, the dominancy index was very low, since there was no extremely species dominant in the ecosystem. The ecosystem was very stable and no ecological pressure. The distribution pattern of phytoplankton density and diversity vary, and had no correlation with distant from coastal line. The lowest phytoplankton abundant was found at the station 3 and 4. It was caused by green muscle culture. Green muscle is filter feeder organism that consumes huge number of phytoplankton. Based on the Anova test revealed that the density and diversity phytoplankton had highly significant different. It means that the distant of the sampling station from Dadap's river mouth strongly affected abundant and diversity of phytoplankton. The result showed that phytoplankton abundance and diversity were determined by some factors such as human activities, nutrient, assimilation level, and oceanography factors as well. Contrary, the distribution pattern of water quality tended to show liner distribution, which the water quality changes with the distant from the Dadap's river mouth. All stations had low water quality of which such parameters of total suspended solid (TSS), Nitrite, total dissolved solid (TDS), and turbidity. The average values of those parameters were 81 mg/I, 0.002 mg/I, 34,923 mg/I and 32 mg/I, respectively. Based on the results mentioned above, it can be suggested as follows: (a) utilization of green muscles as natural bio-filter need to be managed in order to keep the pollutant concentration is less than threshold value the standard and save to be consumed; (b) Local government needs monitoring environmental quality of around river mouth which is most sensitive area to the pollution; (c) Dadap coastal area management need to be optimized in order to minimize environmental pollution.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Darmayati
Abstrak :
ABSTRACT
Oil pollution is often occurs in Indonesian marine waters and it has a significant impact on ecological and economical aspects. Physical and chemical approaches are common to be used to combat this pollution. Bioremediation is a promising method using biological approach that not been used yet for oil spill cleanup in Indonesian coastal environment. The success stories were reported mostly from sub tropic region. This technique is potential to be used in Indonesia due to tropical climates and enormous microbial resources in Indonesian marine waters. However, intensive research and field tests are still needed to develop an appropriate method for application in Indonesia. One of bioremediation technique limitations is the suitability for each polluted sites. This paper will discuss about the application and the effectivity of bioremediation technique in other countries and research development of this technique for coastal environment in Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, 2017
575 OSEANA XLII:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Kota Tanjungpinang merupakan salah satu kota pesisir yang memiliki permukiman di atas air pada perairan pesisir dengan pelantar-pelantar sebagai aksesnya. Kondisi tersebut sudah terjadi sejak lama, turun-temurun, bahkan sudah menjadi bagian kekhasan budaya dari masyarakatnya. Sayangnya pengaturan mengenai hak atas tanah di kawasan tersebut belum ada. Permasalahannya adalah penerapan hak atas tanah di perairan pesisir tidak dapat begitu saja disamakan dengan daratan, mengingat rezim yang terkait tidak hanya bidang pertanahan, tetapi juga kelautan, lingkungan, dsb. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, pertama, menjabarkan konsep Hukum Tanah Nasional dalam memenuhi penerapan hak atas tanah di perairan pesisir. Kedua, menjabarkan penerapan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang sudah dilakukan Kantah Kota Tanjungpinang selama ini untuk permukiman di atas air perairan pesisirnya. Ketiga, menganalisis dan meberikan rekomendasi pengaturan terkait hak atas tanah untuk permukiman di atas air perairan pesisir Kota Tanjungpinang (sebaga antisipasi). Adapun motode yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terkait. Kesimpulannya, hak atas tanah yang paling tepat adalah Hak Pengelolaan yang diserahkan kepada Pemerintah Kota Tanjungpinang, kemudian diberikan kepada masyarakat yang bermukim di sana baik dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, maupun Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan. Hal ini bertujuan agar pemerintah daerah setempat memiliki kekuasaan yang efektif dalam melakukan fungsi kontrol terhadap pemilikan dan penguasaan tanah di kawasan permukiman tersebut, sehingga kondisi lingkungan dan berbagai aspek lainnya tetap terjaga
ABSTRACT
Tanjungpinang is one of the coastal cities that have settlements on the coastal waters with ?pelantar? as an access. The condition has been going on since long, hereditary, and become part of the cultural distinctiveness of the community. Unfortunately arrangements regarding land rights in the region does not exist. The problem is the application of the right to land in the coastal waters can not be equated with the mainland, given the associated regime not only in land, but also marine, environment, etc. This study has three objectives, first, describes the concept of the National Land Law in the implementation of land rights in coastal waters. Second, describe the application of Hak Milik, Hak Guna Bangunan, and Hak Pakai that has been given during Kantah Tanjungpinang for settlement on coastal waters. Third, gave the recommendations related to land rights arrangements for settlement on coastal waters in Tanjungpinang (as anticipation). The method used normative, that is checking library materials or secondary data related. The conclusion, Hak Pengelolaan submitted to the Government Tanjungpinang, then given to the people who live there either with Hak Milik, Hak Guna Bangunan, and Hak Pakai above Hak Pengelolaan. It is intended that local governments have the authority to perform the functions of effective control over the ownership and control of land in the settlement area, and keep the environmental conditions and various other aspects remain intact
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T42354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Study microbial in the Aceh coastal waters and its vicinity were carried out in the period of August-September2006. The purpose of the study is to monitor the marine and coastal environments related to the bacterial condition in Aceh waters after the tsunami disaster.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nadira
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai pengaturan penggunaan ruang bawah tanah yang saat ini tidak hanya digunakan sebagai bagian dari bangunan di atasnya. Hingga saat ini, hukum tanah nasional belum mengakomodir penggunaan ruang bawah tanah yang tidak digunakan oleh pemegang hak atas tanah di atasnya, tidak seperti negara-negara lain seperti Singapura, Jepang dan Belanda. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pengaturan yang baik mengenai penggunaan ruang bawah tanah, sehingga pembentukan pengaturan di Indonesia dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat yang ada pada saat ini dan masa depan. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan metode analisis data deskriptif kualitatif sehingga simpulan yang diperoleh berupa penjelasan eksplanatif. ...... This thesis discusses about the regulation on the utilization of underground space that is currently used not only as part of a building above it. Up until now, the national land law still does not accommodate the utilization of underground space that is not used by the right holders of the land on it, unlike the other countries such as Singapore, Japan and the Netherlands. The purpose of this study is to provide an overview of a good arrangement on the use of underground space, so the establishment of law in Indonesia can accommodate the needs of communities that exist in the present and the future. This study uses normative with descriptive qualitative data analysis methods so that the conclusions obtained in the form of an explanatory description.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S66622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library